BAB 5

8 0 0
                                    

"Gabriel mana sih?,udah balik kali ya?" Ujar gue seraya berjalan mencari El,gue menoleh ke kanan juga ke kiri berharap menemukan manusia itu. Hingga tepat di depan gerbang kampus pun tak jua terlihat batang hidungnya,"ya elah,gue balik sendiri dah ini mah!"

"Bang,bang... stop!" Tangan kanan gue melambai memberhentikan angkot biru tua yang melaju normal. "Masih aja naik angkot neng,padahalkan ada ojek online atau taksi online?" Ujar supir angkot sesaat setelah gue naik di bagian depan dekat supir. "Ah si abang,saya kagak punya kuota,dan angkotkan kagak pake kuota hahaha..." jelas gue yang memang kehabisan data kuota untuk online,sebab biasanya gue akan pake wifi atau hotspot dari Gabriel.

"Hahaha si neng,bisa aja... iyalah tapi maaf - maaf kalo kena macet ya. Haha" jawab supir angkot itu seraya tancap gas pelan dan gue hanya tertawa kemudian mengangguk. Gue menatap mantap keadaan sekitar dari jendela mobil angkot ini,sejak tadi cuaca hari ini memang mendung dan gerimis. Tentunya,gue menyukai itu.

"Makanannya masih anget pasti ini enak banget!" Ujar gue pelan dan ternyata didengar oleh supir angkot disebelah gue. "Wah dari pacarnya si neng ya?"

"Hah?,oh ini...i-"
"Iya neng,punya pacar perhatian kaya gitu emang indah banget yak,berasa dunia milik berdua sisanya numpang nginep. Hahaha" tambah sang supir dan membuat gue bingung menjelaskannya.

"Sisanya ngontrak kali bang..." ujar gue memperbaiki kalimatnya. "Nah iya itu neng,wah si neng cocok dah sama yang beliin makanan itu. Haha" bukannya usai gue pun di doakan berjodoh dengan manusia es. Gue hanya memaksakan senyuman dan kemudian duduk menunggu sampai di gang rumah.

***

"Kiri bang!"

"Makasih neng,semoga langgeng ya aamiin"

"Allahuakbar,makasih bang..." gue pun berbalik badan dan berjalan menahan senyum memikirkan ucapan supir tadi.

"Assallamualaikum bun..." gue memasuki rumah dan duduk di ruang tamu dengan sangat lelah. "Waalaikumsallam,wuih bawa apa tuh?!. Wanginya semerbak sampe ke hati wkwk"

"Ih Bunda apaan coba,nih kita makan berdua ya tapi aku mau mandi dulu ah."

"Oke sip!,Bunda beresin dulu ya dimeja makan,nanti baru kita makan."

Gue pun bangkit berdiri dan ngeloyor memasuki kamar mengambil handuk. "Beli dimana Bin,kayaknya enak banget nih."

Gue tak menjawab dan memilih mandi,selang beberapa menit gue pun usai mandi dan mengenakan pakaian didalam kamar mandi. Bunda sudah membagi dua makanan tadi beserta minumannya,kebiasaan yang selalu gue lakukan sejak kecil yakni membawa pulang makanan yang gue beli agar bunda gue juga ikut merasakan makanan yang gue makan.

Sekecil apapun yang gue punya,sebisa mungkin gue akan membagi ,walaupun kadang bunda gue selalu meminta untuk gue habiskan sendiri. Namanya juga seorang ibu pasti selalu menurunkan egonya demi melihat anaknya bahagia.

"Ayo kita makan,bismillah jangan lupa!"

"Iya Bun..."

Kami menghabiskan makanan dengan lahap dengan sesekali Bunda terus bertanya dari mana asal makanan itu.
Jujur gue enggan menceritakan hingga pada akhirnya gue menyerah pada interogasi seorang Bunda yang lebih tau gimana anaknya,haha.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam,El masuk sini..." ujar Bunda dan mengangkat mangkuk kotor dan gelas kotor dari meja dan berlalu kedapur.

Mr. Ambyar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang