Samara || 0.6

231 79 43
                                    

"Apakah aku tak pantas untuk dicintai? Hingga aku selalu mendapat luka setiap kali membuka hati"
.
.
.
.
.

Sinar matahari, menelusup masuk ke kamar seorang gadis cantik yang masih setia bergelung dengan alam mimpinya, memang hari ini adalah hari libur karena ini hari minggu.

Tok..  Tok..  Tok..

Suara ketukan dipintu kamarnya membuat sang gadis kini mulai terusik, dengan langkah gontai dia berjalan menuju pintu untuk menemui orang yang sedari tadi menggedor kamarnya

"Ada apasih, ganggu orang ihh" Tanya mara yang belum sadar siapa yang berada didepannya

"Ekhmm" Dehem orang yang berada didepannya

Perlahan tapi pasti, amara mendongakkan kepalanya menatap dua orang lelaki yang tinggi menjulang dihadapannya, " Eh, ka ryan ada apa ka? Trus kok gara ada disini? " Tanya mara dengan wajah bingungnya

"Daritadi bangun makanya, kamu ditunggu gara nih. Katanya mau diajak jogging, udah sana siap-siap biar wangi" Cerewet ryan, kakak amara

"Ishh, iya ah. Lagian mara kalo gak mandi juga wangi kok" Jawab mara santai sembari meninggalkan kedua pria yang menatap mara dengan datar

"Lo tunggu dibawah aja gar, bentar lagi palingan tuh bocah juga keluar. Gue tinggal dulu ya, mau ngapel dirumah pacar" Jelas ryan panjang lebar

"Yoi bang"

•••••

Waktu kini menunjukkan pukul 07:00, dan mara belum juga turun menemui gara. Tak taukah mara, jika gara saat ini sedang bosan.

"Maaf ya gar, " Suara amara memasukki indra pendengaran gara yang tengah sibuk melamun

"Hm"

"Loh, ka ryan mana gar?" Tanya mara yang berdiri didepan gara

"Pergi" Singkat, padat, dan jelas. Sungguh gara ini aneh, terkadang cerewet terkadang pula dingin layaknya es di Kutub Selatan

Tanpa menunggu amara berbicara lagi, sagara langsung saja menarik tangan amara dengan lembut menuju motornya.

"Mau kemana gar? " Tanya amara bingung

"Jalan-jalan" Lagi dan lagi, jawabannya sungguh singkat

Melihat mara yang memandangi motornya saja membuat gara mengernyit heran, "kenapa gak naik? " Tanya gara

"Mmm, susah ini tuh tinggi banget" Jawab mara gugup

"Ck, kemarin aja bisa naik" Cibir gara dan tentu itu masih bisa didengar amara

"Ihh, kemarin kan aku dibantuin ya bisa lah" Kesal amara dengan pipi yang dikembungkan, layaknya ikan kembung

"Lo ngode gue gitu? " Tanya gara dengan senyum misterius miliknya

"Y-ya en-enggak ihh, kamu ah" Ujar mara, lihatlah pipinya kini sudah memerah seperti tomat busuk

Dengan gerakan singkat, gara mengulurkan tangannya yang membuat mara bingung "kamu ngapain? " Tanya mara

Samara { End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang