samara || 0.7

208 80 44
                                    

"Tingkat tertinggi seseorang dalam hal mencintai adalah mengikhlaskan"
.
.
.
.
.


Lagi-lagi hanya ada keheningan yang terasa diantara kedua remaja itu, tak ada satupun yang berani memulai. Mungkin mereka masih canggung? Bisa saja.

Tujuan gara kali ini adalah danau yang terdapat rumah pohon ditepiannya, itu buatan gara sendiri. Dia sangat suka dengan pemandangan yang ada disini.

Mara mengerjapkan mata beberapa kali lantaran takjub dengan pemandangan yang ada didepan matanya, "wahh indah banget gara" Seru mara

"Lo suka gak? " Tanya gara

"Jelas, suka banget aku" Ujar mara, "terus itu ada rumah pohon juga bagus banget" Semangat mara, seperti anak kecil yang dibelikkan permen

Gara hanya terkekeh melihat tingkah gadis disampingnya ini yang tiada henti menganggumi keindahan danau ini.

"Kok kamu bisa tau tempat ini? " Tanya amara melirik gara

"Udah lama gue tau, bokap gue yang nunjukkin tempat ini dulu dan mulai saat itu tempat ini jadi yang terfavorit buat gue nenangin diri" Jelas gara

"Waah, aku suka banget!! Ayoo kita kesanaa" Pekik mara girang sembari menunjuk rumah pohon yang nampak terawat itu

"Mara, sebenarnya gue mau ngomong sesuatu sama lo" Ujar gara menghentikan gerakan mara

Mara menengok kearah gara yang terlihat berfikir, "ngomong apa? " Tanya mara

"Gue mau lo jadi pacar gue, amara clara aristiana" Ujar gara dengan mantap

Amara tercengang dengan pengakuan gara, apakah dia salah dengar?

"H-hah? Kamu ngomong apa barusan? " Tanya mara cengo

Sagara menghembuskan nafas kasarnya, rupanya butuh kesabaran juga untuk menyatakan perasaan terpaksa ini.

"Gue, Sagara arsya alferanza meminta lo Amara clara aristiana jadi pacar gue. Apa lo mau? " Ujar gara sekali lagi, namun dengan suara selembut mungkin

'Sabar gara, ini demi harga diri lo didepan faro nantinya' batin gara gusar

"M-mara g-gak t-tau jawab apa gara" Ujar mara dengan nada lirih diakhir kalimatnya

"Gue tau lo sebenernya suka sama gue sejak kelas 10 kan? Gue tau Mar, jadi lo mikir apalagi sekarang? Disaat gue udah mau nerima perasaan lo ini, tapi lo mau mundur gitu aja? Ikuti kata hati lo" Jelas gara panjang lebar

"Mara cuma takut kalo gara nanti jadi ikut dibully sama yang lain. Mara gak mau itu, lebih baik mara nyimpen perasaan ini diem-diem daripada libatin orang lain tapi nanti orang itu ikut tersakiti juga. Cukup mara yang mereka sakiti, gara" Ujar mara, dengan mata yang mulai mengeluarkan bulir-bulir airmata

Sagara ternganga dengan gadis yang kini berada dihadapannya, bagaimana gadis ini bisa berpikir sejauh itu?

Dengan sangat hati-hati, sagara mulai merengkuh tubuh mungil mara yang kini menangis tersedu-sedu, hatinya tiba-tiba merasakan sakit saat melihat gadis ini menangis.

"Maafin gue terlalu maksa lo, gue gak bermaksud apa-apa" Sesal gara, mengelus pucuk kepala mara

Mara menggeleng, "ini bukan salah gara kok, emang mara aja yang terlalu suka berharap sama hal yang mustahil mara gapai" Ujar mara tersedu-sedu

Setelah tangis mara reda, gara pun melepas pelukan singkat mereka dan segera menangkup pipi bulat mara itu dengan lembut "Mara, dengerin gue. Gue gak akan biarin lo dibully sama stella dkk lagi dan lo gak perlu khawatirin keadaan gue, pegang kata-kata gue ini. Kalo sampe stella atau siapapun nyakitin lo, maka orang itu akan lenyap saat itu juga" Janji gara, sembari mengusap lembut pipi mara yang masih terdapat sisa airmata

"Tapi kalo gara yang melanggar janji itu sendiri? " Tanya mara memastikan

Gara tampak berfikir, 'aishh garaa, omongan lo emang kadang gak direm sih! Bodoamat lah, demi harga diri gue didepan faro' batin gara frustasi

"Kalo gue yang ngingkari janji itu, maka gue pastiin saat itu juga. Gue bakal jadi manusia terbodoh karena udah sia-siain cewek sebaik dan setulus lo mara" Jawab gara memandang mata indah mara

Mara tampak menimang perkataan gara barusan, masih dengan keadaan kedua pipinya ditangkup kedua tangan Sagara.

"Mara mau kok" Jawab mara dengan sekali anggukan

"Serius? " Ujar gara tak percaya

Lagi-lagi anggukan yang mara berikan. Karena terlalu terkejut, Sagara refleks memeluk mara dengan erat sembari mengucapkan "terimakasih"

•••••

Adegan kedua remaja itu tentu saja tak terlepas dari empat sorot mata yang bersembunyi didekat tempat Sagara menyatakan perasaannya kepada mara.

"Buset, gampang banget sih tuh anak kalo nembak cewek. Lah gue? Susahnya kayak buat anak" Celetuk salah satu lelaki

"Heh! Lo kalo ngomong bisa di filter dikit kagak, " Sewot satunya

"Maap dah, lagian nyata bro kalo bikin anak itu susah. Perjuangannya 24 jam ar" Ujar temannya

"Bacot fer, bacot" Emosi lelaki yang dipanggil 'ar' tadi

"Karena mereka udah jadian, kita tunggu aja drama selanjutnya. Gue gak sabar banget" Kekeh lelaki yang bernama alfaro,

Ya! Kedua penguntit itu adalah sahabat sagara, mereka bertiga sebenarnya sudah menyiapkan rencana ini dari jauh-jauh hari.

"Serah kalian berdua dah, gue mah tinggal liat endingnya aja" Malas Arya

"Sabar ar, lo bakal dapet tontonan terbaik disini." Senyum seringai terbit diwajah faro, dengan mata yang terus memperhatikan kedua remaja yang tengah berpelukan itu.

••••

Haii aku update nii
Maap ngilang hehe

Tinggalin jejak ya gaiss🥳

Jangan lupa vote & coment😉

Hayooo ini belum masuk konflik sesungguhnya loh😃

Jangan bosen mampir yaaa

Udahan ah, maap part ini sedikit

See you readers😚😚






Samara { End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang