2. Tentang penilaian manusia

97 3 1
                                    

Beberapa dari kalian pasti banyak yang pernah bilang bahwa,

"Percuma cantik, kalau akhlaknya enggak baik!"

"Dia cantik ya... Agamanya bagus pula!"

"Dia anak broken home, pasti gak punya masa depan."

Atau mungkin,

"Dia baik sih, tapi tampang nya biasa aja tuh!"

Apa aku benar? Ya karena, aku juga pernah menilai seseorang seperti itu. Aku juga sama seperti kalian, manusia. Punya penilaian tersendiri, makhluk yang subjektif. Tapi yang ingin ku tanyakan disini ialah,

Apa kamu gak capek, terus menerus menilai orang lain seperti itu?

Atau,

Apa kamu gak capek, berusaha mewujudkan penilaian dari manusia lain, agar sempurna dimata manusia tersebut?

•••

ATURAN MEMBACA :

1. Siapkan niat dan hati.

2. Berikan komentar di setiap bagian yang menurutmu menyentuh hati, agar aku bisa terus bercerita.

3. Screenshot dan share di Instagram  Stories atau platform medsos lain yang kamu suka! Jangan lupa tag aku
ya, di @ceritakuntukmu

Selamat membaca!

•••

Baiklah. Ini adalah bab kedua ku. Masih berkaitan dengan bab pertama sebelumnya. Tentang penilaian manusia. Karena banyak yang bercerita padaku, bahkan aku pun pernah mengalaminya sendiri. Biar ku perjelas.

Manusia, pada dasarnya adalah makhluk yang subjektif. Iya. Seperti contoh,

Manusia selalu menilai seseorang dari hartanya. Padahal harta, tak menjamin seseorang itu bisa membantu orang tersebut. Padahal harta, bukan sesuatu yang perlu di "besar" kan, seakan ia bisa kau bawa mati kelak.

Manusia selalu menilai orang lain dari latar belakang keluarganya. Nyatanya, setiap pribadi seseorang itu berbeda-beda. Anak yang terlihat bahagia saat bersama keluarganya, belum tentu tidak memiliki tekanan lain. Atau bahkan, anak yang kerap kali kau labeli korban "broken home" belum tentu tak punya kebahagiaan sama sekali.

Manusia selalu menilai seseorang berdasarkan penampilannya. Padahal sudah jelas, bahwa penampilan hanya sebatas sampul belaka. Tidak ada jaminan pasti seseorang yang berpenampilan menarik, memiliki hidup yang lebih bahagia dibandingkan yang tidak. Tidak pula menjamin, ia memiliki kekayaan yang lebih. Pernah familiar dengan quote "don't judge by it's cover" bukan?

"Jadi, sebenarnya apa sih penilaian yang terbaik, kalau bukan dari manusia?"

Aku yakin, banyak juga dari kalian yang sudah tau persis apa jawaban nya. Hanya saja, terkadang jawaban itu tertutup oleh segudang penilaian-penilaian dari makhluk-Nya yang seakan tak pernah habis.

Jadi, kuingatkan lagi padamu.

Penilaian terbaik ialah menilai diri seseorang berdasarkan isinya. Isi hati, lebih tepatnya.

"Mengapa begitu? Apa itu akan menjamin seseorang bahagia?"

Begini. Hati yang baik akan membentuk sifat dan akhlak yang baik juga. Sehingga untuk ke depannya, kita tidak mungkin menyesal mengetahui watak asli seseorang.

Misalnya, coba kau ingat-ingat kembali pertemuan pertama dengan seseorang yang sekarang paling dekat dengan kalian. Sahabat atau teman dekatmu. Sebelum kenal mereka lebih dalam, kau hanya melirik mereka dari batas poin poin yang ku jelaskan tadi. Tapi setelah kau mengenalnya lebih lama, banyak watak asli mereka yang sama sekali tidak pernah kau fikirkan sejak awal bertemu bukan?

Tetapi sekali lagi, aku tidak ingin kalian untuk menghakimi seseorang berdasarkan poin poin diatas saja. Semisal, jika seseorang memang memiliki sifat baik, lalu kau berkata,

"Ah, paling dia hanya cari muka saja!"

Itu sama saja, kau tidak suka melihat orang lain berbuat baik. Bukankah seharusnya sesama manusia, kau akan senang melihat ada manusia lain yang lebih baik darimu? Menjadikan ia sebagai motivasi besar, supaya kamu bisa menjadi versi dirimu yang lebih baik lagi. Upgrade iman.

Alangkah baiknya jika kau mengoreksi seseorang yang salah, bukan menghakimi mereka. Menasihati dengan baik, bukan dengan sindiran kasar.

Dan untukmu, yang merasa sering diberi "penilaian" dari orang lain, jangan hiraukan mereka. Kau boleh menganggap itu hanya sebatas masukan positif belaka, ambil saja yang menurutmu baik untuk meng-upgrade diri. Karena hakikatnya, penilaian makhluk-Nya tidak pernah ada kata puas. Tetap semangat, kau bahkan tidak perlu penilaian dari manusia lain untuk terlihat baik. Penilaian manusia untuk terlihat kaya, rupawan, sempurna fisik, dan yang lainnya.

Jadi sekarang, kau ingin terlihat baik di mata-Nya, atau hanya di mata manusia semata? Memangnya, apa yang bisa diharapkan dari penilaian sesama makhluk ciptaan-Nya?

•••

Catatan penulis :

Kenapa aku masih membahas topik yang sama? Sederhana.

Karena, aku sendiri terkadang masih merasakan apa itu "menilai orang lain dan menerima penilaian dari orang lain" pada diri sendiri. Jadi, jika aku menemukan jawaban positif, mengapa aku harus memendamnya sendiri sementara diluar sana banyak teman-teman ku yang belum bisa lepas dari rasa yang sama?

Jadi, apa kata hatimu sejauh ini? Jika sudah rampung, yuk cerita lagi.

Ya karena sebenarnya, ceritamu adalah cerita untukku juga!

- Dwita Amalia

Jangan lupa untuk menemui ku juga di Instagram @ceritakuntukmu

Disana, kamu bisa bercerita padaku seputar pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu mu. Aku tunggu, ya!

Ini Cerita ku UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang