Konon, ada seorang anak miskin yang tinggal di dalam hutan, di atas pohon.
Dia sering berpindah-pindah ke tempat lain asal bisa mencari alas untuk mengistirahatkan badan. Dari ranting pohon, pondok di sawah, dermaga tua, amfiteater desa, bahkan juga di dekat sungai.
Dia miskin. Orangtuanya meninggal karena kelaparan. Hanya soal waktu dia akan menyusul keduanya sebab dia sudah tidak makan lima hari. Minum pun meminum air sumur.
Warga desa sering kali melihat anak itu mencoba mencari sesuatu yang bisa dimakan. Pada nyatanya, banyak sekali buah-buahan yang bisa dimakan di dalam hutan. Tetapi dia tidak melakukannya.
Katanya, dia tidak mau mencuri. Buah-buah itu milik penghuni hutan. Dia tak berhak memakan yang bukan punyanya.
Katanya, dia tidak mau mencuri makanan di desa. Ataupun berhutang, berjanji akan membayarnya lain kali begitu mempunyai alat pembayaran. Dia bukan pengemis.
Katanya, saat dia berhasil menemukan sebuah makanan, itu pun buah-buahan ranum dan tak layak lagi dimakan, dia lagi-lagi menahan lapar dan memberikannya pada yang paling membutuhkan. Para pengemis.
Mendengar hal mulia itu, hati warga desa terenyuh. Bagaimana mungkin ada seorang anak sepertinya berjalan kaki siang-malam tanpa lelah mencari makanan dan masih memikirkan nasib orang lain? Hei, dia bahkan hampir seminggu tidak makan. Hanya meminum air untuk mengisi perut.
Saat warga desa menawarkan beberapa makanan secara sukarela, dia menolak halus. Bilang dia tidak memakan apa yang tidak dari hasil upayanya.
Dia tidak mau berhutang. Katanya, dia tidak tahu cara membalas budi.
Dia tidak mau berhutang. Katanya, bagaimana Tuhan lebih dulu mengambil nyawanya sebelum hutang itu terlunasi?
Dia tidak mau berhutang. Katanya, dia harus mendapat sesuatu atas hasil kerjanya sendiri. Dan dia sama sekali tidak bertalenta.
Warga desa susah payah menyakinkan Anak Tak Mau Berhutang semua makanan yang mereka berikan adalah pembagian sukarela, tidak menuntut balasan. Mereka memberi makanan itu secara ikhlas, nilai kepedulian dan sosial.
Tetapi, Anak Tak Mau Berhutang tetap tidak mau menerimanya.
Katanya, jika dia menerima makanan-makanan itu, dia akan berhutang seumur hidup karena tidak tahu cara membayar kebaikan warga desa.
Kepala Desa yang mulai kesal dengan Si Anak Tak Mau Berhutang pun turun tangan. Orang lain mau memberi kebaikan, dia tidak perlu sampai memperhitungkannya sejauh itu.
Kepala Desa bertanya, "Kenapa Engkau tidak mau menerima makanan ini, Wahai Anak Yang Tak Mau Berhutang?"
"Karena aku tidak mau berhutang."
"Kebaikan dibalas kebaikan, Wahai Anak Yang Tak Mau Berhutang. Kami semua melihat perbuatan baik yang Engkau lakukan selama ini. Engkau pantas mendapatkan makanan itu."
"Aku tidak mau berhutang."
"Kenapa Engkau tidak mau berhutang?"
"Karena orangtuaku kehilangan seluruh organ mereka demi membayar hutang lalu mati." []
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Ajaib [KUMCER]
Cerita PendekAku mendapatkan sebuah cermin ajaib saat bersih-bersih di gudang. Cermin itu menjawab semua pertanyaanku. Siapa yang paling cantik? Ia menjawab Snow White. Gaun yang paling indah di dunia? Ia menjawab Cinderella. Pasangan mana yang paling menyakitka...