PROLOG

70 9 0
                                    

HAPPY READING!


Fabian Utara Verdianto. Cowok tampan yang memiliki dua nama panggilan, yaitu Bian dan Utara. Keluarga memanggil dirinya dengan Bian. Sedangkan, sahabat dan orang di sekitarnya memanggil dirinya dengan Utara.

Utara cowok tampan. Namun, berwajah dingin. Utara memiliki sifat yang sangat nakal di antara ketiga temannya. Utara suka berkelahi, ia tidak akan berkelahi jika mereka tidak mengusiknya.

Cowok tampan bernama Utara yang dijuluki sebagai Kutub Iblis di sekolahnya. Ketika emosi Utara sedang memuncak, maka dia akan ngamuk seperti iblis. Dia akan menghajar orang itu tanpa ampun.

Dari ketiga temannya yang bisa sabar menghadapi Utara hanya Awan. Baskara dan Langit ia sudah angkat tangan jika Utara ngamuk. Mereka tidak ingin menjadi samsak mautnya. Mengerikan.

Baskara yang biasa disebut dengan Abas atau Bas memiliki sifat yang jahil plus playboy. Langit pun sama dengan sifat yang dimiliki oleh Baskara.

"Bas, lo udah ada mangsa belom?" tanya Langit yang berada di warung dekat SMA Bumantara-sekolah mereka.

"Belom. Nggak ada yang menarik." Baskara menjawab dengan entengnya.

Sekolah sudah masuk 30 menit yang lalu. Namun, mereka enggan untuk masuk sekolah. Biasanya mereka akan masuk ketika bel istirahat ingin berbunyi.

"Bro, mau gue cariin cewek, nggak?" tanya Baskara kepada Utara. Pertanyaan Baskara mengundang mata elang Utara menusuk.

Baskara yang melihat itu nyalinya berubah menjadi ciut. "Canda, Man. Mata lo kalemin dikit dong. Creepy, anjir."

"Makanya jangan mancing-mancing Utara," sahut Awan sembari menyeruput kopinya.

"Cabut!"

Satu kata yang keluar dari mulut Utara berhasil semuanya terkejut. Jarang sekali Utara meminta singgah sekarang. Mereka bertiga langsung bangkit dan menyusuli Utara.

"Bro, kita ke sekolah?" tanya Langit yang masih bingung.

"Iya. Langit yang playboy-nya tingkat akut," sahut Baskara sembari memakai helm fullface-nya.

"Buset. Sebelum ngacain orang, lo sendiri udah ngaca belom?" sindir Langit.

"Gue nggak perlu ngaca karena gue udah ganteng. Takutnya nanti malah kacanya yang naksir gue."

"Gantengan juga, Pak Bos," ucap Awan yang dibenarkan oleh Langit.

"Ya, bandinginnya jangan sama Utara, lah. Jelas gue kalah ganteng," jelas Baskara dengan kesal.

Utara yang pening melihat perdebatan temannya. Akhirnya, Utara menancap gas menuju gerbang sekolah dan tidak lama kemudian ketiga temannya menyusuli.

Ketika mereka sudah berada di depan gerbang. Mereka langsung meng-klakson dengan keras, agar satpam segera membuka gerbangnya. Nampaklah seorang satpam yang menatap mereka sinis.

"Aduh, Kasep. Sekarang jam berapa? Kalian telat hampir satu jam!"

"Hampir satu jam 'kan, Pak? Berarti sebelum satu jam. Kita boleh masuk, dong," sahut Baskara.

"Tolong bukain, Pak," pinta Utara dengan ramah. Walaupun Utara memiliki aura yang menyeramkan. Utara masih menghormati yang di atas umurnya.

"Nggak bisa! Nanti kalo saya bukain, saya yang kenal omel sama Pak Dewa," jelas pak Mamat-satpam SMA Bumantara.

Pak Dewa adalah guru kesiswaan yang sangat galak. Pak Dewa tidak pernah capek untuk mengurusi mereka dan pak Dewa ketika memberi hukuman tidak bisa dihitung jari, sangat banyak!

"Nggak, Pak. Mumpung Pak Dewa belum jaga di sini. Makanya tolong bukain, please," timpal Awan dengan memohon.

"Kata siapa saya nggak ada di sini, hm?" Itu suara pak Dewa. Ya, pak Dewa berjalan dari arah lapangan menuju gerbang.

"Mampus! Ketauan," celetuk Langit yang mulai was-was.

"Jangan kalian pikir saya bakalan capek buat kasih kalian hukuman. Nggak sama sekali!" tegas pak Dewa sembari berkacak pinggang.

"Saya juga nggak capek untuk ngejalanin hukuman dari Bapak," jawab Utara dengan santai.

Jawaban Utara membuat pak Dewa menatap Utara dengan tajam. "Kamu kapan mau disiplin tentang waktu?"

Utara menjawab dengan mengedikkan bahu. Utara sangat malas jika sudah berhadapan dengan pak Dewa. Utara harus menyiapkan telinganya untuk mendengar ocehan dari guru kesiswaan itu.

TBC!

- Salam hangat, Hara -

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang