02. Bolos

26 1 0
                                    

HAPPY READING!


Utara, Awan, Langit, dan Baskara jalan di koridor yang sudah sepi karena memang jam belajar mengajar sudah dimulai. Mereka bukannya ke kelas 11 IPS 3-kelas mereka-justru memilih ke rooftop. Pikiran Utara saat ini ialah ke rooftop. Di sana sangat cocok untuk mencairkan pikirannya.

Utara selalu membawa kunci duplikat pintu rooftop. Baskara dengan sengaja mengambil secara diam-diam kunci duplikat rooftop di ruang OSIS. Lalu, Baskara memberikan duplikatnya kepada Utara.

Awalnya pintu rooftop tidak pernah dikunci, tetapi karena mereka sering bolos ke sini maka pak Dewa dan bu Anin sengaja menguncinya. Sehingga mereka selama 3 hari tidak ke rooftop dan mereka mencari kunci duplikatnya. Akhirnya, yang menemukan kunci itu adalah Baskara.

Pintu rooftop sudah dibuka. Lalu, Utara segera mengunci pintunya kembali. Utara duduk di kursi yang sudah disediakan di sana. Embusan angin yang menyentuh kulitnya dengan lembut. Utara memenjamkan matanya, ia ingin menikmati embusan angin ini.

"Gue penasaran deh sama siswi yang bakalan ngajarin kita. Kira-kira siapa, ya?" tanya Baskara dengan tiba-tiba.

Awan dan Langit melihat ke arah Baskara dengan wajah penasarannya juga. "Iya, ya. Kira-kira siapa, ya? Gue berharap, sih, orangnya cantik. Biar gue dapet mangsa lagi," ucap Langit dengan kekehannya.

Awan memukul bahu Langit yang cukup keras. "Pikiran lo cewek terus. Nggak bosen selalu mainin cewek?"

"Bro, inget ucapan gue baik-baik. Nggak ada kata bosen di dalam diri gue."

"Inget karma, woy!" Baskara mengingatkan Langit dengan menggeleng. Playboy seorang Langit melebihi Baskara.

"Tar, lo sebenernya normal nggak, sih?" Pertanyaan Langit membuat Utara terbangun. Utara cukup terkejut dengan pertanyaan dari Langit.

"Heh, goblok! Lo kalo nanya disaring dulu." Baskara memukul lengan Langit dan mendapatkan ringisan dari sang korban.

"Normal." Satu kata yang keluar dari mulut Utara. Langit menarik napas sejenak. "Lo lagi suka sama siapa? Kasih tau kita dong, Bro."

Ucapan Langit membuat Awan dan Baskara berpikir sejenak. Di antara mereka hanya Utara yang mereka tidak tahu perempuan yang disukai. Perihal perasaan Utara selalu menutup diri.

"Iya, dong, Tar. Lo belum jujur sama kita. Siapa cewek yang lo sukain," timpal Baskara dengan nada penasarannya.

"Orang."

Jawaban Utara cukup menjengkelkan. Awan berusaha sabar. "Iya, tau. Nggak mungkin dong, lo suka sama setan."

"Ngomong jangan satu kata bisa, nggak? Plis, deh. Lo ngomong nggak disuruh bayar kok," ucap Langit dengan kesal.

"Lanjut! Lo suka sama siapa? Namanya, ya. NAMA!" Baskara berusaha sabar menghadapi temannya satu ini.

Utara mengedikkan bahunya dengan acuh. Lalu, ia menutup kembali matanya. Awan, Baskara, dan Langit saling tukar pandang dan mereka tersenyum sabar. Mereka tidak habis pikir, bagaimana jika Utara memiliki pacar? Ah, pasti pacarnya menahan batin setiap hari.

"Kawan lo, tuh," tunjuk Awan dengan ketawa.

"Kawan lo juga, bodoh."

SELAMAT PAGI SEMUANYA. DIBERITAHUKAN KEPADA SISWA YANG BERNAMA FABIAN UTARA VERDIANTO, MUHAMMAD BASKARA, AWAN IBRAHIM, DAN LANGIT BUWANA. SEGERA MEMASUKI KELAS! SAYA TUNGGU DI KELAS 11 IPS 3. TERIMA KASIH.

Pengumuman dari ruang TU cukup menyebalkan. Lagi dan lagi, pak Dewa mengecek mereka di kelas. Mau tidak mau mereka segera bangkit dari kursinya. Awan membangunkan Utara dengan pelan.

"Tar, bangun. Pak Dewa ada di kelas," panggil Awan sembari menggoyangkan tubuh Utara.

Utara membuka matanya dan dari raut wajahnya tampak sedikit emosi. Utara sedang menikmati mimpinya diganggu oleh pengumuman itu.

Mereka langsung keluar rooftop dan menuju kelas. Jenjang kakinya berayun dengan santai. Tasnya yang mereka sampirkan di sebelah kiri. Rambutnya yang acak-acakan dan baju yang tidak rapi.

"Bentar. Kalo Pak Dewa liat penampilan kayak gini. Kira-kira bakalan ngamuk lagi, nggak?" Langit memberhentikan langkah mereka.

"Coba lo tanya sama Bu Anin," usul Awan dengan jengah.

"Ah, nggak deh. Bu Anin kalo liat gue emosian terus."

"Makanya, Ngit. Biar lo dipandang sama Bu Anin, playboy yang ada di dalam diri lo kurangin."

"Nggak bisa. Eh, serius ini. Pak Dewa ngamuk, nggak? Gue lagi males denger Pak Dewa nyanyi."

Baskara menggeleng kepalanya. "Bukan kawan gue, fix."

"Abas, lo jahat, ya, sama gue," ucap Langit dengan wajah dramatisnya.

Membuat Baskara mendelik jijik. "Najis. Gue masih normal."

"Bro," panggil Langit kepada Utara.

"Apa?"

"Pak Dewa ngamuk, nggak?"

"Ngamuk."

"Aduh, mampus! Gue ke toilet dulu. Mau rapiin baju, mau jadi anak rajin dan sholeh," pamit Langit dan langsung berlari menuju toilet.

Utara, Awan, dan Baskara melanjutkan langkahan kakinya. Mereka melihat pak Dewa yang sudah ada di depan kelasnya-11 IPS 3-dengan tubuhnya yang disandarkan ke tembok sembari tangannya yang dilipat dada. Awan dan Baskara berjalan menjadi di belakang Utara. Utara yang melihat pak Dewa begitu santai.

Ketika pak Dewa ingin membuka mulutnya. "Assalamu'alaikum," salam Utara yang mengalihkan omelan pak Dewa.

Jujur, Utara sangat malas mendengar ocehan dari guru tersebut. Setiap hari Utara dan ketiga temannya diberi asupan oleh pak Dewa.

"Wa'alaikumsalam. Kalian dari mana aja, hah?" galak pak Dewa dengan volume yang cukup tinggi. Membuat teman kelasnya langsung menoleh ke arah pintu.

"Rooftop," jawab Utara dengan jujur.

Mata pak Dewa melotot. "Kamu dapet kunci rooftop dari mana?"

"Nemu."

"Bisa nggak kamu jawabnya lebih dari satu kata?" tanya pak Dewa dengan gemas.

"Bisa."

"Ah, sudahlah. Saya capek ngomong sama kamu. Sekarang silakan kalian duduk yang sudah saya siapkan," ucap pak Dewa seraya menunjuk dua kursi paling depan.

Utara melangkahkan kakinya duluan. Awan dan Baskara tersenyum miris. Hukuman kali ini benar-benar sangat istimewa. Ah, sial!

TBC!

- Salam hangat, Hara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang