unexpected guest

315 66 36
                                    

"Siapa yang menelepon, Lix? Kenapa lama sekali ngobrolnya?"

Suara Changbin yang terdengar dari dapur seketika membuyarkan lamunan Felix. Ia meletakkan ponsel di nakas tempat tidur sebelum melepaskan sarung tangan pelindung yang semula digunakan untuk menghindarkan ponsel dari ledakan akibat kekuatannya. Meskipun inti kekuatannya bisa dikatakan sudah stabil, tetapi sekali dua kali Felix pernah meledakkan ponsel tanpa sengaja hingga membuat alarm kebakaran menyala.

Pemuda itu bergegas menghampiri Changbin yang sedang mengeringkan tangan sehabis mencuci piring, lalu menarik pemuda itu ke sofa. Raut bingung yang tergurat di wajah Changbin membuat Felix lekas memberitahunya tentang hal yang dibicarakan Minho di telepon beberapa saat lalu.

"Nanti ada rapat darurat di apartemen. Chan hyung yang minta," tuturnya. Kerutan di antara kedua alis Changbin terlihat semakin dalam hingga Felix pun berusaha menambah penjelasan, "kayaknya ada masalah."

"Tunggu," Changbin mengangkat sebelah tangannya sebagai gestur agar Felix berhenti bicara, "bukannya kemarin Chan hyungㅡ?"

"Berangkat ke Kuil? Yeah."

"Lalu kenapa dia kembali lagi ke sini untuk mengadakan rapat darurat?" Changbin mengusap dagunya dengan gestur tidak mengerti, "kenapa bukan kita saja yang kesana?"

Pertanyaan itu membuat Felix tertegun, kelopak matanya melebar. Benar juga, tidak biasanya Chan bertindak seperti ini. Jika ada sesuatu yang menyangkut tentang masalah pemilik kekuatan, ia selalu meminta mereka untuk datang ke Kuil Para Pelindung. Selain di sana lebih aman, mereka juga bisa berdiskusi dengan Tuan Bang dan bahkan Kakek Bang. Keganjilan ini membuat Felix pun ikut bertanya-tanya.

Apa ada sesuatu yang terjadi di Kuil hingga Chan tidak bisa leluasa berdiskusi di sana?

"Hyung benar...kenapa Chan hyung malah kembali ke sini, ya?"

Changbin mengangguk membenarkan.

"Kalaupun ada yang harus dibicarakan, dia bisa menghubungi kita lewat panggilan video, kan?"

"Apa mungkin...dia mau mengajak kita melakukan misi rahasia?" tebak Felix asal, membuat Changbin refleks menyipitkan mata.

"Misi apa memangnya?"

"Nggak tahu. Hahaha," Felix menggaruk tengkuk sambil terkekeh malu, membuat Changbin ikut menyeringai geli.

"Kalau ada misi pasti Tuan Bang meminta kita ke Kuil, seperti yang sudah-sudah."

Felix mengangguk sebelum menyandarkan kepala di pundak Changbin perlahan. Sudah hampir dua tahun berlalu sejak peristiwa penyatuan di Hallasan, saat Phoenix akhirnya memberikan separuh nyawanya untuk pengendali es. Sejak saat itu, mereka sama sekali tidak memiliki kegiatan apapun selain melatih kekuatan seperti biasa. Pun selama ini juga tidak ada hal berbahaya yang terjadi, kecuali beberapa kali Kuil dimasuki penyusup sehingga Tuan Bang harus memperketat penjagaan dan rekrutmen untuk para Pelindung yang baru.

"Aku rindu menggunakan kekuatanku," Felix tiba-tiba bergumam sembari memainkan jemari Changbin. Sementara sang pengendali es hanya terkekeh pelan sebelum menyentil kening Felix main-main.

"Mentang-mentang udah stabil lalu mau menggunakan kekuatan buat hal yang nggak perlu? Ingat nggak apa yang dibilang Tuan Bang soal pemulihan yang harus dilakukan seminggu penuh di Kuil?" Changbin terkekeh. Felix hanya merespon dengan helaan napas sebelum menyembunyikan wajah di pundak kekasihnya.

"Iya, sih..."

"Lagipula waktu kita melakukannya, kekuatanmu juga muncul dengan sendirinya. Matamu berubah dan sayapmu juga tiba-tiba muncul," Changbin mencubit pelan hidung Felix lantaran gemas. Ucapan Changbin kali ini membuat Felix memicingkan mata geli, lalu mendaratkan kecupan singkat di bibirnya.

ashes of edenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang