new family member

261 57 25
                                    

Rapat darurat mereka berakhir lumayan larut semalam. Felix memutuskan untuk tidak kembali ke kediamannya dengan Changbin sehingga mereka harus tidur bersempit-sempitan di ruang tengah apartemen. Salah satu kamar akhirnya diberikan pada Yuna karena mereka tidak setega itu membiarkan sang gadis tidur di tempat yang tidak nyaman.

"Nanti ganti bajumu dengan baju Jisung saja. Setidaknya nggak terlalu besar seperti bajuku," usul Chan pada Yuna yang sudah bersiap untuk tidur. Ia menyerahkan baju dan celana training yang sudah tidak digunakan Jisung lagi sebagai pengganti piyama untuk sang gadis.

"Makasih, Chan oppa dan Jisung oppa," Felix mendengar ucapan bernada riang gadis itu dan refleks tersenyum. Ternyata kehadiran Yuna di tengah mereka cukup memberikan sedikit warna yang berbeda, meskipun kemunculan gadis itu tak pernah mereka duga.

"Lix?"

Felix menoleh dari balik pundak ke arah Changbin yang berbisik di sampingnya. Pemuda itu diam-diam melingkarkan lengan di pinggang Felix saat yang lain mulai terlelap. Dirasakannya hidung Changbin menempel lembut di tengkuknya sebelum pemuda itu menghirup aroma kulitnya perlahan.

"Hm? Kenapa belum tidur?" tanya Felix, tatapannya kembali terarah ke depan sementara jemarinya mengelus punggung tangan Changbin yang berada di depan perutnya. Felix menahan napas saat sang pengendali es tiba-tiba mendaratkan kecupan di cerukan lehernya. Napasnya yang sejuk terasa menggelitik kulit.

"Firasatku tidak begitu baik soal ini."

"Hm? Maksudnya, hyung?"

"Tentang apa yang terjadi dengan Kakek Bang...kenapa harus ada yang dirahasiakan?" nada gusar yang begitu kentara dalam ucapan Changbin membuat Felix segera membalikkan tubuh untuk menatap kekasihnya, "bukankah apa yang berpotensi membahayakan harus segera diatasi? Lalu Kakek...kenapa beliau berpikiran untuk merahasiakannya?"

"Aku juga tidak tahu, hyung," Felix mengusap pipi Changbin lembut, berusaha untuk menenangkannya, "mungkin itu adalah syarat dari leluhur? Kalau tidak dipenuhi...mungkin akan terjadi kerusakan yang lebih besar."

"Entahlah," Changbin memejamkan mata sambil menggeleng. Jemari Felix refleks menyentuh kerutan yang terbentuk di antara kedua alisnya.

"Kurasa sebaiknya hyung istirahat saja. Besok kita harus ke Kuil Para Pelindung lagi untuk membantu Yuna. Siapa tahu kita malah nggak bisa istirahat saat berada di sana," tutur Felix lembut. Changbin mengangguk membenarkan, lalu mengusap rambut Felix sebelum mengecup keningnya.

"Kemarikan punggungmu. Biar kupeluk," pinta Changbin. Felix mengangguk sambil tersenyum, lalu bergegas membalikkan tubuhnya hingga ia kembali bersandar ke dada Changbin. Di sampingnya ia sempat melihat Jeongin yang mengintip sekilas sebelum pura-pura tidur. Felix hanya terkekeh geli sebelum mengacak pelan rambut pemuda itu.

"Have a nice dream," bisiknya pada udara kosong, sebelum perlahan memejamkan mata dan terlelap di pelukan kekasihnya.

***

Pukul sembilan pagi, mereka sudah menjejalkan diri dalam mobil van yang dikemudikan oleh Chan. Ternyata muat untuk tujuh pemuda dan satu gadis kecil yang memang tidak disangka ikut menjadi penumpang. Jisung terpaksa mengalah dan berteleportasi ke kuil daripada harus menggunakan transportasi umum. Lagipula ia sudah lama tidak menggunakan kekuatannya sehingga pemuda itu pun merasa senang karena bisa bersantai selagi yang lain melanjutkan perjalanan.

"Jisung nggak akan nyasar ke tempat lain, kan?" Hyunjin tiba-tiba saja bertanya, memunculkan celetukan iseng dari Minho.

"Siapa tahu dia mau jalan-jalan ke Eropa dulu sebelum ke Kuil."

"Nggak apa-apa. Asalkan dia bawa oleh-oleh, terserah mau kemana sebelum ke Kuil," tambah Seungmin. Jeongin tiba-tiba mendengus sebelum ikut berkomentar juga.

ashes of edenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang