the spirit world

269 52 11
                                    

"Aku bertemu nenekku di tempat pertemuanku dengan Raja Seo dan Tuan Yongbok dulu. Tempatnya serba putih. Sebelum Nenek muncul, aku melihat tempat yang serba putih itu hampir ditelan oleh warna hitam. Aku juga hampir tidak selamat jika bukan karena Nenek yang menghapus selubung hitam itu. Tetapi saat aku bicara dengan Nenek, selubung itu muncul lagi."

Felix dan dua orang lainnya mendengarkan dengan seksama penuturan Changbin tentang hal yang terjadi padanya di dalam mimpi tadi. Kedua tangan Changbin yang bertautan dengan jemarinya mulai terasa dingin hingga Felix segera mempererat genggaman untuk menghangatkan.

"Lalu?" Tuan Bang bergumam, tubuhnya sedikit condong ke depan lantaran tertarik mendengar cerita Changbin, "apa yang terjadi setelahnya?"

"Nenek menghilang," Changbin bergumam, wajahnya terlihat sangat sedih hingga Felix berusaha untuk terus menenangkannya agar pemuda itu tidak membekukan ruangan, "Sepertinya dibawa oleh selubung hitam itu. Aku pun hampir terbawa kalau Felix tidak segera menyelamatkanku."

Felix memejamkan mata erat-erat, berusaha tidak mengingat kembali imaji mengerikan itu yang membuat seluruh tubuhnya gemetar karena rasa takut.

"Aku juga mendengar suara lain. Seperti suara tawa familiar, tapi aku tidak bisa mengingat sosoknya," Changbin menggelengkan kepala sebelum menyembunyikan wajah di balik tangan yang masih menggenggam jemari Felix, "tawanya...mengerikan."

Selama beberapa saat, tak ada satupun dari mereka yang berada di ruangan itu mengucapkan sepatah kata. Masing-masing sibuk dengan isi pikiran mereka, termasuk Felix. Ia berusaha mengingat tempat yang diceritakan Changbinㅡkarena ia pun pernah bertemu dengan Raja Seo maupun Tuan Yongbokㅡtetapi ia justru mengingat hal yang berbeda. Tempat ia bertemu dengan Raja Seo dan Tuan Yongbok di alam mimpi adalah Kuil Gwaneumsa.

"Kurasa kamu berada di Lorong Kematian, Changbin."

Ucapan Tuan Bang yang baru saja tercetus membuat sekujur tubuh Felix membeku. Rasa dingin yang begitu nyata ia rasakan bukan dari Changbin, tetapi dari dirinya sendiri. Setelah memiliki separuh inti kekuatan pengendali es, Felix mulai mengalami perubahan suhu yang beragam pada tubuhnya. Meskipun ia tidak akan mempengaruhi sekitar layaknya pengendali es, tetapi Changbin barangkali merasakan perubahan itu hingga membuatnya segera memeluk Felix untuk menenangkannya.

"Jadi...Changbin hyung tadi itu...benar-benar...," Felix tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia membiarkan Changbin menarik pinggangnya hingga kini ia sepenuhnya bersandar pada sisi tubuh pemuda itu.

"Felix, it's okay. Aku baik-baik saja berkatmu dan Tuan Bang serta Channie hyung," Changbin berusaha menenangkannya.

Meskipun demikian, Felix tetap saja merasa takut karena Changbin nyatanya masih rentan mengalami hal-hal mengerikan meskipun ia sudah memberikan inti kekuatannya pada pemuda itu. Tatapannya lantas beralih pada Tuan Bang yang terlihat berpikir keras sebelum beranjak menuju rak buku yang menjulang di dinding ruang kerjanya.

"Apa yang terjadi padamu bukanlah hal yang biasa, Changbin. Ini pasti ada hubungannya dengan terbukanya Gerbang Arwah."

Tuan Bang menjelaskan sembari terus mencari sesuatu dalam deretan kitab para pemilik kekuatan di rak bukunya. Ketiga pemuda yang masih berkumpul di meja saling menatap satu sama lain, hingga salah satu dari mereka memutuskan untuk bertanya.

"Gerbang Arwah? Tempat apa itu, Appa?"

Felix yang sama bingungnya dengan Chan ikut menatap punggung Tuan Bang dengan sorot bertanya. Hanya saja sebelum pria itu menjawab, Changbin sudah terlebih dahulu bersuara.

"Apakah Gerbang Arwah...yang membatasi Dunia Arwah dengan dunia para manusia yang masih hidup, Tuan?"

Felix tersentak kaget mendengar jawaban Changbin, begitu pula dengan Chan dan Tuan Bang. Pria itu bahkan berhenti sejenak mencari kitab yang ia inginkan sebelum menatap Changbin dengan alis berkerut, "apa kau tahu soal Dunia Arwah, Changbin?"

ashes of edenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang