beware

179 35 20
                                    

Rintik hujan perlahan berubah deras ketika Felix hendak membentangkan futon di atas lantai kayu kamar yang mereka tempati. Saat itu giliran Changbin yang membersihkan diri setelah Felix. Ia perhatikan pemuda itu tampak lebih sehat setelah makan malam, terutama saat Chan terus berada di sisinya untuk membantu penyembuhan Changbin. Setidaknya Felix tidak perlu khawatir dengan kondisi Changbin karena kekasihnya terlihat baik-baik saja hingga saat ini.

Mungkin nanti malam Felix akan menggunakan kekuatannya demi melindungi Changbin dalam tidur, sehingga ia tidak akan jatuh ke Lorong Kematian lagi dalam mimpi.

Tidak seperti dua tahun lalu, kini para pengendali kekuatan bisa tidur dalam ruangan yang terpisah saat mereka menginap di Kuil. Setiap kamar yang ditempati dihuni oleh dua orang dan letaknya pun berhadapan dalam satu lorong. Chan dengan Jeongin, Minho dengan Jisung, dan Hyunjin dengan Seungmin. Sementara kamar Yuna ada di sisi lain Kuil, di mana para Pelindung perempuan berada.

Setelah tempat tidur mereka siap, Felix segera menghenyakkan diri ke permukaan futon yang empuk. Tatapannya jatuh ke langit-langit kamar yang ditutupi kayu sewarna gading, benaknya sibuk memikirkan percakapannya dengan Yuna beberapa jam yang lalu.

("Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan, Oppa. Tidak ada yang memikirkan soal Kitab Dunia Arwah kecuali ayahku. Tapi Appa kan memang asisten Tuan Bang, wajar kalau beliau memikirkan soal Kitab."

"Kalau boleh kutahu, apa isi pikiran ayahmu, Yuna?"

"Hm, tadi itu seperti khawatir. Appa memikirkan tentang kemungkinan seseorang yang masuk ke sana tanpa izin. Tapi sepengamatan Appa hanya Tuan Bang yang selalu keluar masuk ruang kerjanya. Dan beliau selalu memastikan keamanan ruang kerjanya terjaga."

"Hm...kalau begitu siapa pencurinya? Tidak mungkin bukunya hilang sendiri."

"Apa nggak ada CCTV di ruangan Tuan Bang?"

"Sepertinya nggak ada. Lagipula aneh rasanya kalau di tempat seperti Kuil ini diletakkan CCTV."

"Hehe, iya juga sih, Oppa.")

Felix kembali menghela napas lantaran masih merasa aneh dengan kejadian ini. Ia berusaha menghubungkan satu persatu hal yang terjadi sejak kepulangan Chan tempo hari. Kabar dari Tuan Wang tentang Kakek Bang, Changbin yang hampir kembali celaka, lalu Kitab Dunia Arwah yang hilang. Sekilas ia juga mengingat burung gagak yang muncul tiba-tiba di dalam Kuil, hal itu bisa menjadi pertanda akan hal buruk. Hanya saja, Felix masih belum bisa memikirkan hubungan di antara semuanya.

"Ah!"

Mendadak saja ia teringat sesuatu dan segera bangkit menuju lemari dinding tempat ranselnya disimpan. Felix membongkar isi ranselnya dengan hati-hati, lalu mengeluarkan sebuah jurnal lusuh yang ia masukkan dalam kantung dari kulit agar tidak basah.

"Semoga di sini ada petunjuk."

Sang pengendali api membuka pengikat Journal of Phoenix itu lalu mulai membaca halamannya dengan hati-hati. Sepertinya ia terlalu fokus membaca halaman demi halaman hingga tidak menyadari bahwa Changbin baru saja kembali dari kamar mandi. Pemuda itu keheranan menatap sosok Felix yang memunggunginya sehingga ia pun bertanya saat hendak mendekati kekasihnya.

"Lix? Sedang apa?"

Sekilas Felix memutar kepala untuk menatap Changbin sebelum bangkit dari tempat duduknya, "Sedang mencari petunjuk di jurnal." Ia mengangkat buku itu sebelum meletakkannya di lantai yang dekat dengan bantal. Kemudian pemuda itu berbaring telungkup dan kembali membaca halaman demi halaman jurnal dengan serius.

"Memangnya di sana ada petunjuk?"

Dari suara kerisik futon yang terdengar, Felix tahu Changbin pun ikut berbaring telungkup di sisinya.  Pemuda itu menyandarkan pipi kanannya di lengan Felix selagi sang pengendali api membaca keterangan yang ada di sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ashes of edenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang