urgent meeting

268 64 37
                                    

Changbin bertukar pandang bingung dengan Felix dan Jisung yang berada di sampingnya. Lantas ia menatap Chan yang kini menghela napas melihat gadis berambut gelap itu tiba-tiba bersembunyi di balik punggungnya.

"Teman-teman, boleh kami masuk dulu? Aku capek sekali menyetir sendirian dari rumah orangtuaku ke sini," ujar Chan. Lantas Hyunjin serta yang lain bergegas memberi jalan sementara Chan melangkah masuk bersama gadis remaja itu. Rasanya Changbin belum pernah melihat gadis ini di Kuil Para Pelindung. Mungkin dia baru tinggal di sana saat mereka hanya berkunjung sekali tiga bulan untuk melatih kekuatan. Pantas saja rasanya asing.

"Permisi...," gadis itu bergumam takut-takut saat mengekori Chan memasuki apartemen. Di belakang gadis itu, Minho juga mengikuti langkah merekaㅡkali ini tanpa memegang payung seperti tadi. Jeongin menutup pintu dengan sekali hentakan kaki, membuat si gadis terkesiap kaget dan menatap pemuda itu dengan mata membulat.

"Maaf kalau bikin kaget," Jeongin mengangkat sebelah tangannya sebelum ikut melangkah menuju ruang tengah di mana Chan sudah mempersilakan gadis itu duduk.

"Hyung, kukira kau datang sendirian. Kenapa malah bawa teman ke sini? Mana kami nggak kenal sama temanmu ini," Jisung bertanya bingung. Mendengar hal itu, Chan makin menghela napas berat sebelum mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Teman-teman, aku nggak membawanya ke sini. Dialah yang masuk ke mobilku saat di Kuil tanpa sepengetahuanku," jelasnya. Ketujuh pasang mata menatap si gadis dengan sorot tidak terbaca hingga membuatnya kembali menunduk.

"Maafkan aku, Chan oppa. Aku...aku cuma...mengikuti takdirku," bisiknya takut. Mendengar perkataan itu, Changbin menaikkan sebelah alis heran. Ia bertatapan sejenak dengan Felix, lalu memutuskan untuk membuka suara.

"Takdir apa maksudmu, Nona? Apa di sini...ada yang menjadi belahan jiwamu?"

Yang lain terkesiap mendengar pertanyaan Changbin, tetapi Felix terlihat tenang. Jika tebakan Changbin benar, mungkin ada seorang peramal yang memberitahu gadis belia ini tentang takdir yang akan ditemukannya saat usianya mencapai kedewasaan.

"A...aku...," gadis itu bergantian menatap Changbin dan Chan, lalu Felix yang masih belum mengalihkan pandangan darinya, "bagaimana Yang Mulia tahu?"

"Yang Mulia?!" enam pemuda yang ada di ruangan itu serentak bertanya, sementara Changbin dan Felix yang terlampau kaget hanya bisa melongo mendengar panggilan mengejutkan dari si gadis.

Lantas sang pengendali es menggelengkan kepala, "Maaf, tapi aku bukanㅡ"

"Ayahku bilang kalau Yang Mulia Pengendali Es dan Yang Mulia Phoenix harus dipanggil seperti itu," jawabnya lugas. Mereka semua semakin bingung, tetapi Chan tiba-tiba memgangguk pelan sebelum tersenyum pada teman-temannya.

"Ayahnya juga salah seorang Pelindung kepercayaan keluargaku," jelasnya, lalu kembali menoleh pada anak perempuan itu, "apa kamu ikut menyaksikan ritual penyatuan inti kekuatan es dan api dulu, Yuna?"

Gadis bernama Yuna itu mengangguk, mata almondnya terlihat berbinar saat berbicara, "Kalian semua keren sekali. Yang Mulia Phoenix dan Pengendali Es juga...aku bahkan menangis waktu Yang Mulia Phoenix terjatuh dan pingsan."

Mendengar ucapan itu, ingatan Changbin pun kembali pada kejadian dua tahun lalu. Saat ia berpikir hampir kehilangan Felix selamanya. Perlahan Changbin berusaha meraih tangan sang Phoenix dan menautkan jemari mereka saat memori menyakitkan itu kembali membuat jantungnya mencelos sedih.

Kalau saja saat itu Changbin tidak berhasil menyatukan inti kekuatan merekaㅡ

"Yang Mulia Pengendali Es nggak perlu sedih. Kan sudah berhasil menyatukan inti kekuatanmu dan Yang Mulia Phoenix. Terus kalian juga sudah menyelamatkan satu sama lain. Jadi Yang Mulia dua-duanya nggak perlu sedih lagi karena masa lalu yang udah berhasil dilewati," Yuna tiba-tiba berucap, membuat Changbin, Felix, serta teman-teman lain di sana kembali terkesiap dibuatnya. Sejenak suasana apartemen berubah hening hingga gadis itu akhirnya sadar bahwa ia baru saja mengucapkan sesuatu yang harusnya tidak ia ketahuiㅡkarena itu hanya ada di pikiran Changbin dan Felix.

ashes of edenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang