the raven

357 55 14
                                    

Begitu memasuki ruang tempat yang lain berkumpul, Felix dan Changbin disambut oleh teman-teman mereka yang terlihat lega. Jisung adalah yang pertama kali menghampiri, disusul oleh Hyunjin, Seungmin, dan Jeongin. Minho sendiri berdiri di belakang mereka sembari mengangguk pada Felix dan Changbin, senyum kecil tersungging di bibirnya.

"Changbin hyung! Apa hyung baik-baik saja?" Jisung segera menggenggam pundak Changbin dan mengguncangnya pelan. Felix sampai harus mengingatkan Jisung agar jangan terlalu kuat melakukan hal itu, padahal bagi Changbin sendiri ia tidak apa-apa. Sejujurnya Felix memang masih takut.

"Aku baik," jawab sang pengendali es. Ia menepuk pundak Jisung sebelum mengangguk pada yang lain untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Lantas Felix menuntunnya menuju salah satu sofa dan membiarkan Changbin duduk di sana, sementara yang lain pun ikut duduk mengitari mereka.

"Tadi itu...kenapa Changbin hyung dibawa ke ruangan khusus lagi?" Jeongin bertanya, sorot khawatir masih tergambar di wajahnya.

"Tadi Changbin hyung hampir...yah, seperti dulu, Jeongin. Kami belum mengetahui sebabnya," Felix menjawab cepat, lalu mengisyaratkan pada mereka semua untuk mendekat, "Dengar. Ada masalah lain yang sedang kita hadapi tetapi aku belum bisa mengatakannya sebelum Chan hyung kembali."

"Masalah apa, Felix?" Minho bergumam dari tempatnya berdiri. Felix bertukar tatapan dengan Changbin sebelum ia menggeleng pelan pada sang pengendali angin.

"Aku tidak bisa memberitahukan tentang hal itu sekarang, hyung. Kita tunggu hingga Chan hyung kembali."

"Yang pasti, Kuil ini sudah tidak aman lagi," Changbin menambahkan, ekspresinya serius. Beberapa dari teman-teman mereka terkesiap, sementara Felix menundukkan wajah sedih.

"Berhati-hatilah selama di sini. Jika ada orang yang mencurigakan, segera tangkap dan laporkan pada Tuan Bang," ujarnya. Selama beberapa detik, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara sebelum keheningan dipecahkan oleh pertanyaan Seungmin.

"Apa ini ada hubungannya dengan kemunculan penyusup akhir-akhir ini?"

Changbin mengerjap, perlahan mulai menyadari bahwa ucapan Seungmin barusan bisa dibilang masuk akal. Sempat beberapa kali penyusup memasuki Kuil dan Tuan Bang harus memperketat penjagaan, tetapi seingat Changbin waktu itu tidak ada yang hilang. Hanya saja ia tidak tahu bagaimana kondisi ruang kerja Tuan Bang. Jika tidak dibahas oleh pria itu, kemungkinan ruang kerjanya bisa dikatakan aman.

"Aku juga tidak tahu, Seungmin," Changbin memijat pelipisnya sekilas, "sebaiknya memang kita tunggu saja kedatangan Chan hyung atauㅡ"

"AAAAA!"

Jeritan yang terdengar tak jauh dari ruangan mereka membuat ketujuh pemuda itu serentak terkesiap kaget. Changbin bahkan tak melanjutkan perkataannya lantaran ia sudah terlebih dahulu berlari keluar ruangan dan mencari sumber teriakan. Ketika ia berbelok di sudut, sang pengendali es menemukan sosok Yuna yang terduduk di lantai kayu, wajahnya disembunyikan di balik telapak tangan yang gemetar. Changbin segera menghampiri gadis itu untuk memastikan kondisinya, diikuti oleh yang lain.

"Yuna!" Changbin lekas berjongkok tanpa menyentuh gadis itu, "Yuna, kenapa berteriak? Apa yang terjadi?"

Barangkali karena ia mendengar suara Changbin, gadis itu perlahan menurunkan tangan dari wajahnya. Changbin tidak sengaja melihat ada kulit yang tergores di punggung tangannya dan mulai berwarna kemerahan, tetapi tidak cukup dalam untuk menimbulkan luka yang menyakitkan. Keningnya mengernyit khawatir dan ia menoleh ke arah Felix dengan tatapan penuh arti.

"Tadi aku sepertinya terkejut...karena tiba-tiba ada burung gagak yang terbang ke arahku. Aku nggak suka burung gagak," Yuna berbicara dengan nada pelan. Kalimat Yuna terdengar aneh sehingga Changbin pun menoleh ke arah teman-teman lain untuk memastikan bahwa bukan hanya dirinya yang merasa bingung di sini. Nyatanya, mereka pun terlihat heran mendengar perkataan itu.

ashes of edenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang