Tidak Percaya

1K 210 20
                                    

Tessa melangkah berjinjit, dan mengintip dari balik bangunan gedung kampusnya. Hari ini, Tessa mendapat libur dari semua tempat kerjanya, dan kebetulan bisa pulang lebih cepat. Saat ini, Tessa berusaha untuk memastikan jika Aio tidak ada di depan kampusnya dan menunggu kepulangannya. Mungkin, saat berhadapan terakhir kalinya dengan Aio, Tessa masih belum sadar sepenuhnya, dan belum merasa malu. Namun sekarang Tessa merasa begitu malu karena tingkahnya sendiri yang marah, dan meluapkan semua kemarahannya itu pada Aio hingga dirinya menangis. Itu sungguh memalukan dan Tessa tidak ingin bertemu dengan Aio.

"Tessa?"

"Astaga!" Tessa berjengit terkejut dan berbalik untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.

Tessa menghela napas lega karena ternyata orang itu tak lain adalah Haikal. "Kenapa di sini? Kau tidak pulang? Ini sudah hampir maghrib," ucap Haikal.

"Aku ingin pulang, tetapi tidak ada ojek online yang menerima pesananku," keluh Tessa.

"Kalau begitu ayo kuantar," ucap Haikal menawarkan tumpangan.

Biasanya, Tessa akan menolak karena rumah Haikal dan rumahnya berlawanan arah dan Haikal harus memutar jika ingin mengantarkan Tessa. Namun kali ini Tessa tidak bisa menolak tawaran Haikal, karena dirinya memang membutuhkan bantuan dari sahabatnya itu. "Kalau begitu, aku tidak akan menolak tawarannya," ucap Tessa lalu tersenyum manis.

Haikal pun terkekeh. Tentu saja ia senang karena pada akhirnya Tessa tidak menolak tawaran yang sudah ia berikan. "Kalau begitu ayo," ucap Haikal menggandeng Tessa menuju area parkir.

Haikal memang selalu siap sedia membawa dua helm, berjaga-jaga Tessa mau diantar pulang olehnya. Haikal memakaikan helm pada Tessa dan membantunya untuk naik ke atas motor. Setelah memastikan jika Tessa duduk dengan nyaman, Haikal pun melajukan motornya. Saat di tengah perjalanan, Tessa pun mengirim pesan untuk Aio. Mengabarkan jika dirinya sudah pulang dan Aio tidak perlu menunggu atau berniat untuk mengantarkannya pulang. Aio tidak membalas, tetapi Tessa yakin jika Aio sudah membaca pesannya dan mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Tessa hingga menghindarinya seperti ini.

Namun entah kenapa motor Haikal tidak bisa memasuki area perumahan Tessa. Secara terpaksa Haikal menurunkan Tessa bahkan belum sampai ke rumahnya. Tessa melihak kekecewaan di wajah Haikal, dan segera berkata, "Tidak apa-apa, ini sudah dekat. Di dalam juga pasti aman, kau tidak perlu mencemaskan apa pun."

Setelah bertukar beberapa kata dengan Haikal, Tessa pun melangkah menuju area perumahannya dengan Haikal yang mengawasi langkahnya. Setelah memastikan Tessa benar-benar memasuki area perumahan, Haikal pun kembali mengemudikan motornya untuk menuju rumahnya. Sementara Tessa sendiri tidak memerlukan waktu terlalu banyak untuk sampai di rumahnya. Tessa masuk ke dalam rumahnya, tetapi terkejut saat melihat sang ayah, ibu tiri dan kakak tirinya tengah menunggu kepulangannya. Lebih dari itu, Tessa melihat sebuah koper yang dikenali Tessa sebagai miliknya.

Belum sempat Tessa menanyakan apa pun, Galih sudah lebih dulu berkata, "Pergi dari rumahku."

Sejak pertengkaran terakhir kali Tessa memang belum sempat berbicara lagi dengan sang ayah. Begitu mereka memiliki kesempatan untuk berbicara, ayahnya malah mengatakan sesuatu yang terasa sangat tidak masuk akal. "Apa maksud Ayah?" tanya Tessa sembari mengepalkan kedua tangannya saat melihat Elena yang jelas-jelas mengejeknya.

Ekspresi Galih terlihat sangat buruk, dan beberapa saat kemudian Galih berkata, "Jangan pernah memanggilku seperti itu lagi. Karena aku tidak pernah memiliki seorang putri sepertimu. Angkat kakimu sekarang juga dari rumah ini!"

Tessa pun bertanya, "Memangnya apa salah Tessa hingga Ayah tidak mau lagi mengakui Tessa sebagai putri Ayah?"

Galih pun melemparkan sebuah kalung dan satu amplop yang dikenali oleh Tessa. Kedua barang itu jatuh di dekan kaki Tessa, tetapi Tessa tidak berniat untuk mengambilnya dan hanya mengamtinya dalam diam. Itu adalah amplop berisi gaji yang ia terima dari klinik di mana dirinya bekerja paruh waktu. Padahal Tessa menyimpannya dengan baik di laci yang terkunci karena belum sempat ke bank untuk menyimpan uangnya di rekening. Kenapa ayahnya bisa menemukan uang itu? Dan apa maksud kalung yang ayahnya lemparkan itu?

"Apa maksud Ayah?" tanya Tessa lagi.

"Kau masih mau berpura-pura tidak tau? Sepertinya aku memang sudah sangat salah mendidikmu selama ini. Bagaimana putri yang aku besarkan berubah menjadi seorang pencuri?"

Tessa pun terlihat tidak percaya. "Jadi, Ayah menuduh Tessa mencuri semua ini?" tanya Tessa terlihat sangat terluka dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya.

"Aku tidak menuduh. Semua bukti menunjukkan jika kau memang melakukan hal itu. Kau mencuri uang ibumu dan mencuri perhiasan kakakmu. Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak bisa memintanya saja? Kenapa kau hars melakukan hal yang sangat memalukan seperti ini?!" seru Galih tidak bisa menahan emosinya.

Namun Tessa sama sekali tidak merasa takut, ia malah merasa sangat kecewa. Bagaimana dirinya tidak kecewa jika ayahnya memperlakukannya seperti ini? "Bukankah seharusnya Ayah bertanya terlebih dahulu? Lebih dari itu apakah Ayah percaya jika Tessa melakukan hal tidak beradab seperti itu? Apakah Ayah tidak percaya pada putri Ayah sendiri?" tanya Tessa dengan raut terluka.

"Sejak awal, seharusnya kau mengatakan saja pada Kakak jika kau ingin kalung itu. Kakak pasti akan memberikannya, tidak perlu melakukan hal seperti ini," ucap Elena.

"Jika kau membutuhkan uang tambahan, katakan saja pada Bunda. Tidak perlu mencuri seperti ini, Tessa," tambah Vania membuat Tessa tidak bisa menahan diri untuk terkekeh pelan.

Galih yang melihat hal tersebut pun mengernyitkan keningnya. Air mata Tessa mengalir saat dirinya terkekeh. Tessa menyeka air matanya dan berkata, "Semakin lama, aku semakin sadar. Bahwa sebenernya di sini aku hanyalah orang asing. Bahkan, ayahku sendiri tidak pernah berdiri di sisiku dan percaya padku. Jika Ayah memang ingin percaya pada hal itu, maka percayalah. Tapi Ayah akan kehilanganku untuk selamanya."

"Aku tidak akan pernah menyesal kehilangan putri sepertimu," ucap Galih tanpa memikirkan perasaan sang putri. Vania dan Elena tentu saja merasa senang dengan hancurnya hubungan Galih serta Tessa.

"Ternyata, sejak awal Ayah memang tidak pernah mengenalku dan menyayangiku. Hanya Ibu yang menyayangiku dengan tulus." Ucapan Tessa yang menyebut ibunya, membuat Galih secara alami mengingat sosok mendiang istrinya yang hingga saat ini pun masih sangat ia cintai.

"Baiklah. Terima kasih karena selama ini Ayah sudah mau memberikan tumpangan padaku. Aku akan pergi. Semoga Ayah hidup bahagia dengan keluarga baru Ayah," ucap Tessa lalu mengambil kopernya dan meninggalkan rumah itu begitu saja.

Galih sendiri terlihat gamang pada akhirnya saat melihat punggung putrinya yang menjauh. Namun Vania segera menyentuh tangan suaminya dan berkata, "Sayang, percayalah, Tessa pasti akan baik-baik saja di luar sana. Anggap saja ini adalah hal yang baik untuk memberikan pelajaran dan didikan padanya. Tak lama lagi, pasti Tessa akan kembali ke rumah ini dan berkumpul bersama kita."

Galih pun menghela napas dan mengangguk. Ia yakin jika Tessa akan kembali saat dirinya sudah merasa sangat kesulitan untuk bertahan sendiri di luar sana. Namun hal yang tidak diketahui Galih adalah, Tessa tidak akan pernah kembali. Karena hati Tessa sudah terlalu terluka. Galih sudah terlalu dibutakan oleh bisikan Vania dan Elena. Bagi Tessa, Galih tidak lagi bisa menjadi rumah baginya. Karena Galih tidak lagi menyediakan pelukan hangat baginya, tetapi hanya menunjukkan punggung dingin yang membuatnya membeku.

Sama seperti apa yang dilakukan oleh ayahnya, Tessa juga akan berusaha tidak menyesal telah melangkah ke luar dari rumah itu. Tessa, akan mengubur semua hal yang sudah terjadi di masa lalu. Tessa tidak peduli walaupun dirinya disebut sebagai anak durhaka. Namun sejak detik ini, bagi Tessa, hanya akan ada mendiang ibunya yang berhak ia anggap sebagai sosok orang tua. "Ibu, maafkan Tessa yang tidak bisa menjaga Ayah. Karena sudah sejak lama, Ayah sendiri yang membuang Tessa."




.

.

.

Ayo tumpahkan amarah kalian sama ibu teri, kakak peda, dan ayah rasa ayah pungut ini.
Wkwk.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Sayang kalian semua!🥰

The Billionaire Chasing CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang