Menjaga Jarak

1.1K 201 17
                                    

Haikal menempelkan kemasan minuman dingin pada pipi Tessa yang terlihat murung. Hal tersebut membuat Tessa berjengit dan memukul tangan Haikal yang tertawa karena berhasil mengerjai Tessa. Namun, begitu melihat wajah Tessa yang masih terlihat murung, padahal Haikal sudah membelikan minuman kesukaan sahabatnya itu. Haikal pun bertanya, "Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terihat murung seperti itu?"

Namun, Tessa menggeleng. Ia hanya menjawab, "Aku hanya lelah karena terlalu banyak memiliki tugas."

Haikal yang sudah mengenal Tessa selama belasan tahun, tentu saja mengetahui jika saat ini Tessa tengah menyembunyikan sesuatu padanya. "Kau yakin?" tanya Haikal lagi.

Tessa mengangguk, tampak enggan untuk melanjutkan pembicaraan tersebut. Melihat hal itu, Haikal pun berkata, "Aku tidak akan memaksamu untuk mengatakan apa yang tengah terjadi dan mengganggumu. Tapi kau harus tau, jika kau bisa datang kapan pun untuk menceritakan hal yang membuatmu terganggu."

Mendengar perkataan Haikal, Tessa pun tersenyum tipis. Haikal saat ini tengah berusaha menunjukkan bahwa dirinya akan selalu ada untuk Tessa. Tentu saja, Tessa merasa senang karena Haikal menghargai dirinya dengan tidak menekan atau memaksanya untuk mengatakan apa pun. "Terima kasih, Haikal," ucap Tessa.

Haikal yang mendengar hal itu tersenyum. "Sama-sama, Tessa. Minumlah, esnya akan mencair," ucap Haikal membuat Tessa segera menikmati minuman yang sudah diberikan oleh Haikal.

Saat Haikal dan Tessa menikmati camilan serta minuman ringan sebelum kelas selanjutnya, Tessa pun mendapatkan pesan mengenai pekerjaan baru. Tessa tentu saja merasa sangat senang, karena dirinya mendapatkan pekerjaan baru yang bisa menambah uang sakunya. Sebenarnya, selama ini ia masih mendapatkan uang saku bulanan dari sang ayah. Namun, uang yang diberikan oleh Galih, selalu tidak pernah diberikan oleh Vania pada Tessa. Karena itulah, Tessa harus bersusah payah untuk mencari pekerjaan.

Karena sudah mendapatkan satu pekerjaan baru, itu artinya Tessa akan mendapatkan tambahan uang. Tentu saja Tessa merasa senang karena hal ini. Setidaknya, Tessa tidak perlu cemas mengenai uang saku untuk biaya transportasi, uang untuk membeli buku, atau uang untuk membeli makanan. Tessa sudah merasa bahagia dan antusias karena ini, hingga melupakan masalah yang terjadi di rumah sebelumnya. Melihat wajah bahagia Tessa, Haikal pun ikut tersenyum. Ia menyentuh pipi Tessa dan berkata, "Kau terlihat lebih cantik jika tersenyum seperti ini."

Pujian tulus Haikal itu disambut tawa oleh Tessa. Keduanya terlihat sangat manis, interaksi keduanya juga terlihat begitu akrab. Hingga semua orang yang mengenal keduanya, akan berpikir bahwa Agel dan Haikal memiliki hubungan romantis. Sayang sekali bagi Tessa, Haikal hanyalah seorang sahabat dan tidak akan pernah berubah status. Sementara itu, Haikal tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya terhadap Tessa. Karena Haikal sendiri tahu, penilaian seperti apa yang Tessa miliki untuknya. Haikal tidak ingin merusak hubungannya dengan Tessa, hanya karena keegoisannya sendiri.






**





Tessa terkejut bukan main, karena ia melihat Aio yang sudah menunggu dirinya di tempat kerja baru Tessa. Padahal, Tessa sudah sengaja mengabaikan pesan-pesan dan telepon yang datang dari Aio, setelah Tessa berkata jika untuk ke depannya selama beberapa hari Tessa tidak bisa di antar jemput oleh Aio. Tessa juga sengaja izin dari klinik, dan memilih untuk bekerja di tempat barunya pada mala mini. Namun secara mengejutkan Aio sudah menunggu kepulangannya di tempat kerja baru Tessa.

"Jadi, bisa jelaskan mengapa kau mengirim pesan seperti itu, lalu mengabaikan semua pesan dan teleponku?" tanya Aio penuh dengan tekanan.

"Kenapa Om terlihat marah seperti itu? Bukankah sudah menjadi hak Tessa untuk memilih membalas atau mengabaikan pesan Om? Selain itu, Tessa juga sudah meminta Om untuk tidak menghubungi Tessa sementara waktu, bukan?" tanya balik Tessa terlihat tidak mau mengalah.

Aio memejamkan matanya, meredam kejengkelannya pada Tessa. Apa gadis satu ini tidak tahu seberapa bahayanya jika Tessa pulang malam sendirian? Aio sendiri tidak habis pikir, kenapa Galih seakan-akan tidak peduli Tessa pulang malam dan tidak memberikan pengawalan atau menjemput putrinya? Sekali pun Tessa menggunakan belajar sebagai alasannya, tetapi hal itu tetap saja tidak bisa Aio terima dengan akal. Galih terlalu bersikap acuh pada putri kandungnya sendiri.

Aio memilih untuk membuka pintu mobilnya dan berkata, "Masuk."

Tessa menggeleng tegas. "Tidak. Om tidak bisa memaksa Tessa lagi," ucap Tessa.

"Ah, jadi kau ingin aku mengadukan apa yang kau lakukan selama ini pada ayahmu?" tanya Aio mulai memberikan ancaman.

Namun Aio tidak mengetahui jika ancaman yang diberikan olehnya terasa sangat sensitif bagi Tessa yang saat ini memang tengah memiliki masalah dengan ayahnya. Tessa mengepalkan kedua tangannya dan berteriak, "Kalau begitu mau Om, adukan saja! Memangnya siapa yang peduli?! Ayah sendiri tidak menyayangiku, ia tidak akan peduli jika Tessa mengabaikan kuliah dan berakhir bekerja part time! Ayah pasti hanya akan memarahiku dan memotong uang jajan yang bahkan tidak pernah aku terima. Lakukan saja semau Om!"

Lalu Tessa menggigit bibirnya kuat-kuat dan beranjak untuk pergi. Namun Aio menahan tangan Tessa dan membuat gadis itu menghadap dirinya. Tessa tidak bisa menahan diri untuk menangis. Untungnya, sudah tidak ada pelanggan di restoran tersebut, dan jalanan pun sudah sepi. Aio menghela napas dan mengusap pipi Tessa dengan lembut. Ia pun sadar, sepertinya sudah ada yang terjadi hari ini, hingga Tessa merasa begitu tertekan dan suasana hatinya begitu buruk. "Sstt, tenanglah. Om tidak akan mengadukan apa pun pada ayahmu. Om melakukan semua ini demi dirimu sendiri. Om tidak ingin kau pulang sendiri, ini sudah malam. Jalanan berbahaya untuk seorang gadis sepertimu," ucap Aio mulai menjelaskan secara perlahan.

"Selain itu, jika ada masalah apa pun, jangan memendamnya sendiri. Jika memang terlalu sulit, kau bisa menceritakannya padaku. Anggap aku sebagai temanmu," ucap Aio lagi membuat Tessa mengusap air matanya seperti anak kecil, dan sukses membuat Aio mengingat Princess, adik bungsunya.

"Tidak bisa. Om sudah terlalu tua untuk Tessa anggap sebagai teman," ucap Tessa membuat Aio mencubit kedua pipinya dengan gemas.

Tentu saja Tessa merengek kesakitan, dan meminta Aio melepaskan cubitan pada pipinya itu. Suasana yang semula tegang dan menyedihkan, secara tiba-tiba berubah menjadi manis karena interaksi keduanya. Aldi yang menyadari hal itu memilih untuk tetap berada di dalam mobil dan mengabaikan interaksi manis itu, karena hal itu membuatnya merindukan kekasihnya yang sudah satu minggu tidak ia temui. Ketiganya terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri, hingga tidak menyadari jika ada sepasang mata yang mengawasi interaksi Tessa dan Aio dengan penuh kemarahan.

"Aku akan benar-benar memastikan jika kau menyesal, Tessa," gumam sosok tersebut lalu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang sudah benar-benar sepi.

The Billionaire Chasing CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang