Bab 6

667 181 24
                                    

"Sudah ketemu?" tanya Eunwoo mendapati Jiyeon menghampiri meja dengan dua buku dipelukannya.

Jiyeon mengangguk dan ikut mendudukkan dirinya berhadapan dengan Eunwoo yang sudah mulai berkutat dengan tugas-tugasnya.

Mereka menghabiskan waktu beberapa jam di perpustakaan dengan begitu tenang karena masing-masing sibuk dengan urusan mereka. Hingga tidak terasa petang mulai datang. Matahari sudah hampir tenggelam dan sepertinya mereka harus segera kembali sebelum terlalu malam untuk sampai ke rumah.

"Jadi sekarang kau hanya tinggal berdua saja dengan sepupumu?"

Jiyeon sudah menceritakan semuanya, kecuali masalah ciuman Jungkook waktu itu. Ya... gadis itu rasa tidak apa berbagi dengan pria yang baru saja menjabat sebagai temannya.

"Begitulah, paman dan bibi memang sering ke luar kota. Para pelayan tinggal di belakang rumah, mereka mulai bekerja pukul delapan pagi dan pulang pukul delapan malam."

"Ah... begitu. Menurutku, sepupumu hanya menjagamu agar tidak terjadi sesuatu yang buruk. Kau tahu sendiri, 'kan? Bagaimana pergaulan para remaja sekarang?"

"Tetap saja, aku kesal karenanya. Aku sudah dewasa, dan kedua orangtuaku sudah melatihku bertanggungjawab sedari masih belia. Mereka tidak mengekangku seperti apa yang Jungkook lakukan padaku."

Eunwoo tersenyum tipis menanggapi, kemudian mobil berhenti begitu sampai di halaman depan rumah yang Jiyeon tinggali saat ini.

"Kalau begitu, coba ajak sepupumu untuk bicara baik-baik. Pasti ada alasan yang lebih spesifik kenapa dia memperlakukanmu seperti itu," ujar Eunwoo ikut turun setelah gadis itu mengambil belanjaannya dan keluar dari mobil.

"Terimakasih sudah mengantarku." Jiyeon tersenyum manis dan dibalas usapan lembut pada pucuk kepalanya.

Setelah pria itu kembali masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi, Jiyeon berbalik untuk memasuki rumah sebelum kakinya dipaksa berhenti karena presensi seorang pria terlihat menanti dengan tatapan dinginnya di ambang pintu masuk.

"Puas bersenang-senangnya?" Dingin dan mengancam di saat yang bersamaan. Membuat Jiyeon meneguk ludahnya kesusahan sembari melangkahkan kakinya mendekati sepupunya itu.

"Kau terlalu berani melanggar aturan yang baru saja kubuat untukmu."

"Apanya yang salah?"

"Kau membawa pria!"

"Tapi Eunwoo tidak masuk ke dalam rumah," balas Jiyeon tidak ingin disalahkan.

"Sama saja!" Jungkook memijit pelipisnya dengan telunjuk dan ibu jarinya. "Jadi karena ini kau bersikeras menyuruhku untuk menghadiri acara Sena di Paris?"

Jiyeon mendengus kesal, ia sudah lelah dan yang gadis itu inginkan hanyalah mandi dan menghambur ke atas tempat tidurnya.

"Terserah kau berpikir apa." Baru saja Jiyeon mulai melangkah hendak melewati Jungkook, tangannya ditarik kasar oleh pria itu, gendang telinga yang berdengung akibat bantingan pintu yang cukup keras di belakangnya.

Mengabaikan Jiyeon yang meronta minta dilepas, Jungkook tetap saja menarik lengan Jiyeon mengikutinya hingga mereka tiba di lantai atas.

Ketakutan Jiyeon semakin bertambah kala tangan Jungkook yang bebas membuka pintu kamar pria itu, membawa Jiyeon masuk bersamanya dan mengunci pintu setelahnya.

"Jung—akh!"

Jiyeon mencoba bangkit kembali saat tubuhnya dihempaskan dengan kasar oleh Jungkook di atas ranjang. Meringis begitu merasakan ngilu pada tulang pinggulnya. Belum lagi pergelangan tangan yang memerah akibat cengkraman Jungkook yang terlalu kuat.

Tacenda✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang