The Fudan : chapter 4

1.9K 287 29
                                    

Setelah kejadian lari-lari di cafe. Aksel beserta antek-anteknya pun duduk tenang di kursi.

Dan seperti pembicaraan sebelumnya, Mizan hanya duduk berdua dengan laki-laki dingin di depannya.

Alan dan laki-laki berdarah campuran itu diusir halus ke meja seberang. Mereka tidak mau, dua laki-laki ember itu merusuh di tempat.

"Sejak kapan jadi fudanshi?"

Mizan mengerutkan dahinya bingung. Laki-laki berparas bak patung berjalan itu mengira pembicaraan empat mata yang dilakukan Aksel akan sangat bersifat rahasia.

Tapi faktanya, hanya pembicaraan sepele seputar fudanshi. Merasa terphp si Mizan.

"Udah lama, sejak SMP kelas 7."

"Buset, masih bocah. Nggak ketauan mak bapak lu?"

Mizan menggedikkan bahunya. "Nggak, mereka jarang di rumah. Gue anak tunggal juga. Yang tau cuma Alan doank."

"Aduh ... Kasihannya anak lonely."

Mizan menatap Aksel tajam. "Gue nggak pernah suka dikasihani. Ini tuh udah makanan gue sehari-hari."

"It's okey, gue cuma canda. Jadi file apa yang diapus sama Alan?"

"——"

"Oh itu, gue punya. Ntar lo kerumah gue kalo mau. Minta anter Alan."

Mizan menatap tidak percaya laki-laki dingin di depannya. Semudah itukah dia mengundang Mizan ke rumahnya? Meskipun baru kenal sehari.

ıllıllı The Fudan ıllıllı

"Lo berdua bicara apa sih? Lama banget," keluh Chris.

"Udah lo diem aja. Nggak penting kok."

"Nggak penting-penting. Taunya besok jadian." Laki-laki berdarah campuran itu mencibir pelan.

Ya sepelan apapun itu, Mizan tetap bisa mendengarnya. Laki-laki berparas bak patung berjalan itu langsung melototi si Chris.

"Traktirannya masih berlaku kaga?" sahut Alan yang baru saja mendaratkan pantatnya di kursi di depan Chris.

Mizan menatap malas sepupunya.

"Siapa juga yang mau nraktir elo?"

"Kata Aksel tadi siang ... Mau ditraktir sama elo, bang."

Mizan menatap terkejut. "Temen yang lo maksud itu dia, Sel?"

Aksel mengangguk-angguk saja. Sembari menyeruput vanilla latte miliknya yang baru saja diantar.

"Abis dah duetku dalam semalem."

Mizan menundukkan kepalanya. Laki-laki berparas bak patung berjalan itu pundung. Dia tidak menduga kalau teman deket Aksel adalah si tupai jadi-jadian yang merangkap sebagai sepupunya.

"Sabar, Zan. Gue bantu doa. Semoga lo dapet hidayah. Bulan depan tambahan uang saku lo bertambah." Chris mengelus punggung Mizan. Turut berdukacita atas ludesnya uang Mizan.

"Hehe, maaf ya bang. Sekali gue dapet gratisan nggak bakal gue sia-sia in." Alan dengan senyum laknatnya.

Seketika itu juga Mizan merinding, menatap si tupai jadi-jadian itu.

"ANDWAEE!!!"

"ANDWAEE!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!!

Jangan lupa vote dan comment nya hiks.

[✓] The Fudan [knowjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang