OOTT : Kilas Balik 98

1.4K 163 15
                                    

Saat ini Indonesia diambang kehancuran. Politik telah memecah segalanya. Yang terlihat baik pun terkuak siapa sosok aslinya.

Polisi yang bertugas mengamankan dan mengayomi rakyat hanya mitos belaka. Mereka justru melukai rakyat yang tidak sedikitpun melakukan perlawanan.

Karena pada dasarnya, yang salah tetap pemerintahan negara.

Rakyat hanya berpendapat. Mereka melakukan itu demi masa depan. Mereka tau mana yang baik dan buruk untuk diterapkan.

Bukan asal mengambil keputusan tanpa mendengar suara orang lain. Bahkan mengabaikannya.

Cukup sampai sini saja, aku akan lanjut menulis kisah kilas balik 1998 dan 2019. Serta kisah hari ini.

-°-

Mizan sedang buru-buru menyiapkan spanduk, masker, dan juga almamater kebanggaan universitasnya.

Niatnya, dia ingin ikut demo ke gedung DPR RI untuk menolak onimbuslaw. Sebuah UU yang dibentuk secara tidak jelas itu.

Mizan terbakar api amarah ketika tau ada UU baru yang disahkan secara terburu-buru, tanpa mendengar pendapat rakyat.

Tidak salah juga mereka mengesahkan UU baru. Tapi setidaknya, dengarkan dulu pendapat rakyat tentang UU tersebut. Baik atau tidak untuk diterapkan.

Namun faktanya, mereka (DPR) terlalu terburu-buru dan langsung mengesahkannya tanpa mendengar jika ada anggota lain ingin menyusul.

"Kak Mizan, jadi berangkat?"

Mizan menatap ke arah pintu. Alan, adiknya sedang berada di sana khawatir akan kondisinya.

"Iya, kakak harus dapat keadilan buat rakyat. Doakan kakak baik-baik saja ya?"

Alan tidak menjawab. Laki-laki itu berlari ke arah Mizan, memeluk kakaknya dengan erat.

"Harus banget ya, Kak?"

Mizan tersenyum, yang lebih tua itu mengelus rambut sang adik. Mencoba menenangkan perasaan takut miliknya.

"Al, doakan kakak saja dari rumah. Insyaallah, kakak baik-baik saja dan pulang sama kak Aksel. Kamu di rumah sama Dika. Dia bakal temenin kamu sampai kakak pulang."

"Janji?"

Mizan tersenyum. "Iyah adikku, kakak janji."

-°-

"Mizan ayok!"

Mizan mengangguk, sebelum pergi laki-laki itu berpamitan pada Alan. Ia tidak mau adiknya cemas meskipun sudah ada Dika di rumah.

"Jaga diri baik-baik, Al. Jangan nyusahin Dika."

Si pemilik nama mengangguk.

Mizan akhirnya bisa bernafas lega. Laki-laki itu pun langsung pergi ke tempat perkumpulan bersama Aksel.

"Zan, yakin kita bakal bisa pulang?" tanya Aksel di tengah perjalanan.

[✓] The Fudan [knowjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang