Aksel membatu. Mau menjawab tapi susah. Masa dia harus menangis sih?
"Tuhan, bantu Aksel buat buka mulut," gumam laki-laki dingin itu dalam hati.
"Liano, gimana jawabannya?"
Aksel menutup matanya dan menghela nafas pelan.
"Iya, gue mau."
Mizan yang mendengar jawaban Aksel langsung memekik senang dan memeluk kekasihnya.
Tanpa menghiraukan dua pasangan yang ada di dapur melihat keuwuan mereka.
"Ngeri banget anjim si Liano."
"Kaya abang lo nggak aja."
Alan menoleh ke sebelah. "Dan lo harus tanggung jawab."
"Tanggung jawab apa woy! Gue nggak buntungin elu juga, Kak."
"Lo habis ambil first gue. Mana bisa gue biarin lo lari gitu aja, Handika Dwi Gantara."
Dika menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan kelakuan kakak tingkatnya yang lebih tua.
"Oke-oke gini. Lo mau jadi pacar gue, nggak?"
"Yang pastinya mau. Gue udah nunggu lo sejak lama, Handika." Alan tersenyum sumringah.
ıllıllı The Fudan ıllıllı
Malamnya, kedua pasangan itu memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi kota.
Gemerlapnya lampu jalan dan ramainya suara bel mobil menjadi ciri khas jalan utama yang macet.
Untungnya rumah Mizan tidak jauh dari Monas. Mereka memutuskan untuk pergi ke sana dengan berjalan kaki dan menggandeng pasangan masing-masing.
Di perjalanan menuju Monas. Banyak sekali orang-orang yang terlihat iri dengan kedekatan mereka.
Tidak jarang juga ada yang menggunjing mereka diam-diam karena menjalin hubungan sesama jenis. Mengingat di negara ini hubungan sesama jenis masihlah hal yang tabu.
"Liat tuh, ganteng-ganteng tapi homo. Sayang banget padahal pake mukanya aja bisa dapet cewe cantik."
"Itu yang mirip tupai ganteng bangett. Sayangnya homo .."
Seperti itulah kalimat yang dilontarkan para gadis jomblo nan kurbel saat melihat mereka.
Mizan ataupun Dika tidak merasa tersinggung sedikit pun. Karena merespon hal seperti itu sangat tidak berguna sama sekali.
Tapi justru kalimat seperti itulah yang membuat Aksel terkadang merasa tremor dan tidak ingin terikat hubungan lagi. Bukan untuk satu atau dua kalinya dia merasakan hal yang sama.
Ini saja sudah untuk yang kelima kalinya. Itulah mengapa Dika sangat mengkhawatirkan Aksel saat Mizan menciumnya.
"Kak Aksel mau pulang aja?" tawar Dika lembut saat melihat gerak-gerik kakaknya yang terlihat cemas.
Mizan tentunya kaget saat mendengar Dika berbicara seperti itu. Ia merasa seperti tidak tau apa-apa.
"Kamu kenapa darl?"
"Nggak papa kok. Kita lanjut aja. Dika lo jagain si Alan. Dia sama kek gue. Jangan khawatirin gue."
Dika mengangguk sebagai balasan. Laki-laki semirip rubah itu langsung mengeratkan genggamannya. Membuat Alan yang tadinya cemas pun tenang.
"Makasih," gumam Alan pelan.
"Kamu beneran nggak papa?"
Aksel mengangguk sembari tersenyum. Tidak ingin membuat kekasihnya khawatir.
"Yasudah kita beli makan sekarang. Kamu mau makan apa?"
"Apapun itu, gue laper belom makan sejak tadi."
Mizan mengangguk. "Kita makan nasgor di tempat fav gue sama Alan aja. Sekalian sambung WiFi, gue mau nyari film."
Alan berjalan di belakang Mizan hanya menggeleng pelan. Tidak habis pikir dengan sepupunya. Meski ada WiFi di rumah masih saja.
"Sepupu lu absurd ya?" Dika menoleh ke arah kekasihnya.
"Bukan absurd lagi. Sudah gila dia. Gue jadi curiga pas pembagian kegoblokan pasti dia maju paling depan."
"Ada-ada saja kkk..." Dika terkekeh pelan.
"Udah ayo ikutin mereka. Ntar minta pj sekalian."
Hai!
Aku apdet dalam rangka ultahnya bapak kochenk!
Hbd ya buat Lee Minho❤️sehat selalu. Doa baik selalu menyertaimu. Nggak papa umur berkurang satu yang penting Jisung selalu ada di sampingmu, bukan? Wkwk alah halu.
Oke sekian dari Nay. Jangan lupa vote dan comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Fudan [knowjin]
FanficCrackpair!𖠵⃕⁖🦢ꦿꦶ⃨ຳི⟡ Kisah Aksel, seorang fudanshi standart yang harus berurusan dengan si wanted sekolah bernama Mizan. Minho, dom! Hyunjin, sub! bxb! gasuka menjauh! © Original Story By Lumierenay, 2020