Malam itu di zona waktu pasifik Amerika, jam menunjukkan tepat pukul 12 malam. Setelah berhasil hengkang dan keluar dari dalam gedung The Regency Ballroom, Theatre and Hall, Dewinta, Palma dan Arang, ketiga serangkai itu harus menghadapi langkah selanjutnya untuk menyelamatkan salah satu sahabat mereka, yaitu Palma. Kala itu, angin musim gugur yang begitu dingin terasa menyeruak pada tengah malam di kota San Francsisco.
Hingar bingar serta kerusuhan dari orang orang yang masih asyik mengikuti konser sambil berpesta pun masih sangat terdengar meski ketiga serangkai itu sudah berada di luar gedung. Dengan Arang yang masih menyimpan rahasia kecilnya.
Nah, karena dulu pada tahun 2008 itu belum ada yang namanya Uber Taxi, maka yang dilakukan oleh Arang adalah berlari ke arah sudut jalan dan mulai mengetuk pintu serta kaca dari salah satu mobil berwarna kuning yang sedang terparkir di jalan tersebut, diintipnya secara perlahan, nampak seorang sopir taksi tengah teler didalam kursi kemudinya.
*Tock tock tock*
"Man, we need your service." Ucap Arang mencoba berkomunikasi kepada sopir taksi itu. Pengalaman nya tinggal selama 5 tahun di Valkenburg, sebuah kota di negeri kincir angin itu (Belanda) membuatnya pandai cas cis cus dalam mengucapkan bahasa internasional, selain holand spreken, salah satunya yang pandai arang gunakan adalah bahasa Inggris ber-aksen Amerika.
"To where?" Jawab sopir taksi itu, begitu sigap lalu terbangun. Pakaian nya terlihat agak kusut dan lusuh.
Diperhatikannya baik-baik logo dari perusahaan taksi tersebut, barangkali akan ada hal hal yang tidak mengenakkan bisa saja terjadi kepada mereka. Tertulis nama San Franc Cab Incorporated. Jadi kalau ada yang aneh aneh, tinggal ingat saja logo taksinya itu untuk dilaporkan kepada SFPD. Tapi saat itu, untungnya, tidak ada kejadian mengkhawatirkan yang terjadi kepada mereka semua.
Setelah berbincang dengan sang sopir taksi, Arang kembali berlari menuju ke arah Dewinta, lalu ia bertanya, "Dew, ogut lupa, kita tuh kemana sih pulang nya?" Tanyanya merasa kebingungan.
"Arangggg, kamu tuh 11-12 ya sama Palma. Nggak beda jauh, kalau udah soal yang kaya begini, pake acara lupa segala! ngerepotin banget tau nggak, hih!" Kesal Dewinta sambil memegangi tubuh seorang Palma, yang hampir saja jatuh.
"I got you a cab, lho, Dew, please cooperate lahhh." Jawab Arang yang nggak mau ribet sama Dewinta.
"Okey, ya udah, kita ke Sutter's Mansion." Jawab Dewinta pasrah di kala itu, angin malam berdesir kencang, lalu Dewinta menyapu rambut yang tergeser dari dekat pelipis wajahnya.
"Lha... Itu sih bukannya deket banget dari sini, kan tinggal jalan kaki, Dew?" Respon arang membalas ucapan Dewinta, gayanya kayak yang paling benar saja.
"Arang, sekarang aku balikin ke kamu ya, please cooperate. Kamu mau nge gendong kebo mabok kayak gini di tengah malem? kalo aku sih nggak, Rang. Udah deh, sini, mending kamu panggilin taksi nya aja." Ucap Dewinta dengan nada sewotnya yang semakin lama, sepertinya semakin seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doyan Cewek, Doyan Party!!
RomanceDi masa mudanya, menjadi seseorang yang hobi berpesta adalah julukannya. Dengan pekerjaan yang menurutnya keren, sebagai Pilot pesawat jet pribadi, Palma tidak pernah mengalami kesulitan untuk membuat ratusan perempuan bertekuk lutut di hadapannya...