Dewinta
"Morninggg, Aranggg, Vinannn. Ada yang lihat Dewinta nggakkk?" teriak Palma dari luar pintu kamar ini, ia mulai mencari cari sosok dan keberadaan ku karena aku tidak sedang diam di dalam kamar hotel kami, melainkan sedang mampir ke dalam kamar yang Arang dan Vinan sedang tempati.
Pada pagi hari di awal bulan Desember tahun dua ribu delapan itu, aku ingat persis bahwa aku lagi ngobrol sama Vinan, pacarnya Arang yang kayaknya emang kalem banget, ya... Jujur, aku punya sebuah perasaan aneh sama pacar Arang satu-satunya ini, karena setahuku, Arang memang lumayan kolektif kalau sudah soal urusan dekat sama cewek. Sehingga pacarnya pun bisa dihitung jari. Nggak kayak Palma yang sumpah, mau secara diam diam, mau secara terang terangan, sampai di umumkan, cewek yang dekat sama dia itu betul betul udah nggak bisa di absen lagi.
Terlalu banyak.
Aku ingat, waktu dulu sebelum kami dinyatakan lulus dari sekolah dasar kami, Aku tahu bahwa Arang pernah dekat dengan sepupuku, Lodya namanya, tapi Lodya bilang Arang itu cuma mau menganggap Lodya sebagai sahabat baiknya, dan tidak lebih daripada itu.
Bukannya gimana-gimana sih, tapi sejauh aku mengenal dia, Arang itu orangnya memang agak membatasi diri, dia itu sifatnya agak tertutup, jadi dia selalu berusaha menghindar kalau sedang ada keramaian, atau kalau sedang ada keributan. Arang pasti lebih memilik untuk menyingkir dan mundur secara perlahan lahan. Kecuali mungkin kalau sedang baku hantam. Aku sering lihat Arang tonjok-tonjokin teman lelakinya. Biasanya sih ngebelain si Palma.
Nah, karena pendiam begitu... So pasti nggak heran lah kalau teman paling dekatnya di sekolah kami itu cuma si Freya, Freya dan Freya lagi. Putrinya tante Mangolu yang judes itu kutemukan hampir di setiap waktu, selalu berada di samping Arang. Aku heran deh, kenapa mereka berdua bisa sampai akrab begitu.
Dan jangan salah, aku kenal dekat kok dengan Freya, menurutku, she is one of this particular diamond yang sumpah secara menggelikan nya, selalu mirip kalau di bandingkan dengan Arang. Mereka berdua itu dingin, jail, jago banget jaga image, sanguinis, kadang kadang bermuka dua serta paling risih kalau sudah ku ganggu dengan diriku yang terbilang jauh lebih aktif dan jauh lebih enerjik.
Sedangkan mereka kalau ngobrol aja selalu dalam taraf bisik bisik. Hadeuh... mana kedengaran suaranya.
Suatu saat, aku pernah sih, ngerasa sok keren lalu tiba tiba masuk ke dalam zona perbincangan diantara mereka berdua, lalu tahukah kalian omongan macam apa yang aku dapatkan dari mereka berdua, atau minimal dari Freya deh, dia bilang begini sama aku, "Dewinta, cantikku sayangku cintaku, gih sono main lagi sama Palma." jawab Freya datar dan bernada seperti mengusirku, sebenarnya dia itu memang mengusirku sih, mengusir secara halus.
Dan hey, aku nggak bodoh ya, aku tau kalau aku memang hiperaktif dan aku selalu di satu kelompokkan sama Palma karena kita berdua sama-sama enggak-bisa-diem. Tapi please lah, aku juga kan mau nyobain gimana rasanya jadi teman Arang, aku juga kan mau nyobain gimana rasanya jadi teman Freya.
Hingga kepindahannya ke Kalimantan timur di akhir tahun 2006 itu, hubungan Arang dan Freya jadi sedikit lebih longgar, begitupula intensitas kontak kontakan antara aku, Freya, dan Palma dengan Arang. Hal ini tidak kusenangi, aku bahkan merasakan seperti ada yang hilang dari dalam hidupku, dari lingkup pertemanan ku.
Karena kalian mungkin paham lah... Gimana rasanya jadi anak perempuan bungsu, yang cuma punya satu kakak lelaki, namun kakak lelakinya itu usianya terpaut jauh dengan kalian. Gamal, kakak ku, dia itu sudah Dewasa, jadi waktu aku masih sebesar boneka, Gamal bahkan sudah mulai bekerja sebagai seorang pediatricians.
Dan Gamal adalah tipikal kakak yang jarang mengasuh adiknya, jadi nggak heran kalau ku selalu cari perhatian dari teman temanku, yang mungkin bisa lebih banyak memberikan perhatian mereka kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doyan Cewek, Doyan Party!!
RomanceDi masa mudanya, menjadi seseorang yang hobi berpesta adalah julukannya. Dengan pekerjaan yang menurutnya keren, sebagai Pilot pesawat jet pribadi, Palma tidak pernah mengalami kesulitan untuk membuat ratusan perempuan bertekuk lutut di hadapannya...