Side Story - Seandainya...

23 2 0
                                    

"Us flyers have a personal fear that makes us stop piloting the plane, it's not the storm that gets in our way, nor the murky, big-sized anvil clouds that smite us like a little prey," terang bokap di sore hari itu, di rumah kami, semua lagi pada kumpul, kebetulan kami lagi selebrasi ulang tahun pernikahan Papa dan Ibu yang ke enam belas.

"On the next morning. It's the fear of not seeing the smile of your family members." omong bokap lagi, saat dia menyudahi sesi sok bijaksana nya di sore hari itu. Gue ingat persis, Dee udah setengah mati waktu dia lagi ngedengerin kiasan super keren a la bokap gue, dia pasang mata, telinga, dan semuanya yang mau dia pasang waktu itu.

Terus... gimana dengan gue? halah, gue menganggap hal ini biasa biasa aja, gue kalau ditanya lebih jauh lagi, bakalan menjawab bahwa gue enggak tertarik sama sekali sama dengan hal hal yang berhubungan dengan aviasi, kayak the nature of air, dan yang lain lain nya. Big NO for me.

Apalagi ngobrolin tentang suatu masa dimana Papa masih bekerja untuk sebuah commercial airlines. Gue kadang sampai ngantuk saat mendengarkan nya, karena jujur, obrolan nya itu rigid dan penuh dengan penjelasan mengenai standar standar seputar dia dan perusahaan nya. Dan gue paling mual kalau sudah diminta mendengarkan betapa kerennya ketika Papa melakukan pitching airbus nya di saat dia mengudara diatas gunung superstisi.

For fuck sake, Pa!

...kalau bicara mengenai hubungan antar kru pesawat, seperti cabin crew yang naksir sama pilot in command atau first officers nya, itu hanyalah obrolan bonus. Too bad my old man didn't do the naughty stuff. Kalau enggak, gue mungkin tidak akan pernah bisa merasakan atmosfir dari keluarga harmonis seperti yang gue miliki dalam hidup gue. I bet, everyone does, envy this shit, dan gue akan memperjuangkan nya sampai kapanpun... sebisa mungkin...

Imagine kalau bokap gue berselingkuh, atau nyokap gue juga.. hell, man. Mungkin kelakuan gue nggak akan jauh dari hal yang seperti itu juga. Tetapi mereka tidak berlaku seperti itu, makanya kalau gue nggak pegang satu wanita dalam hidup gue, bisa dibayangkan betapa malunya diri gue kalau tidak satu jejak seperti mereka, seperti Papa dan Ibu. Mau ditaruh dimana wajah gue, man, kalau gue ketahuan selingkuh setelah menikah. Tetapi selagi belum menikah, puas puaskan dulu... lah.

In other words, i also think, that nothing beats this one. Gue, lebih tertarik untuk menjadi seorang tentara atau orang yang bekerja, dan mengabdi untuk negara, nggak pakai basa basi lagi, man, militer adalah dunia yang pantas buat orang yang perlu dididik seperti gue ini, dan menjadi tentara adalah bentuk pekerjaan nya.

Gun and bullets, that's me! Holding Les Baer had always been more cool for me than stirring the yoke of an old, trashy Piper. Di sisi lain, gue selalu dipengaruhi oleh adik adiknya Ibu yang bergabung ke dalam komando pasukan khusus, serta Amangnya Axel, camkan kata kata gue disini. Gue ingin jadi tentara, benar benar ingin, jadi tentara.

Tapi Papa selalu menawarkan gue suatu opsi yang enggak bisa gue lewatkan begitu aja, seperti, "Good wage, big uses of services, some lovely girl onboard, unlike a soldier, waste nothing of your time, that wasn't my expertise, nak... I can't support you," begitu, kalau kata Papa.

Speaking of being a soldier in New Zealand, and in this country, or starting a career in that profession. Di NZ, Papa didn't give a sh*t about being a soldier. Sedangkan di negeri kita? gue diketawain habis habisan sama Ibu, katanya begini, "Anak Ibu mau jadi AL, kamu itu nyium bau laut aja langsung nyari nyari Seldane, (sejenis obat mabuk laut) gimana mau jadi AL? hahah~" lalu setelah itu, ada suara ketawa Dewinta yang kecil, dan hampir nggak terdengar, namun bernada meremehkan.

"Something funny, Dee?" sewot gue sama Dewinta.

"Gak, nggak," jawabnya cepat, gue tahu bahwa tadi dia itu cuma pura pura aja. Waktu itu, kami baru pulang sekolah, Dee lebih duluan sampai dirumah gue. One thing that i always remember, adalah ketika masih SMA, Dewinta selalu pakai seragam putih abu abu, sedang gue enggak pernah mendapatkan kesempatan untuk mencicipi seragam SMA negeri, padahal kan gue kepingin banget pakai seragam putih abu abu :-( dan ya, kita beda SMA.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Doyan Cewek, Doyan Party!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang