Subuh itu bunyi gesekan lembaran buku membangunkan Tiara dari tidur nyenyaknya. Ia melihat Mino telah duduk di depan meja kecil sudut kamar pribadinya.
Bocah berkepala plontos itu terus membuka lembaran-lembaran buku hitam tebal dan sesekali berhenti di halaman yang memperlihatkan gambar ilustrasi tanaman didalam buku.
"Gambarnya bagus ya?". Ucap Tiara dengan suara pelan yang kali ini telah bangun, lalu kemudian duduk disamping Mino diatas karpet berwarna hijau toska tua bermotif.
Mino mengangguk tanpa sedikitpun melirik kearah Tiara, ia terus fokus dengan ilustrasi gambar tanaman merambat dengan bunga menggantung panjang berwarna biru terang kehijau-hijauan. Setelah beberapa halaman dilewati, Mino kembali berhenti dihalaman dengan gambar ilustrasi tanaman daun menjari bergerigi dengan bunga-bunga kecil berwarna putih di ujung ranting.
Ia menatap gambar ilustrasi sambil memiringkan kepalanya lalu menatap Tiara dengan senyuman sambil menunjuk gambar ilustrasi yang ada di halaman buku.
"Itu namanya tanaman Selendra, kau menyukainya?". Dengan mata yang masih terlihat bengkak, tanya Tiara.
Mino mengangguk lalu memindahkan telunjuk yang melekat di gambar ilustrasi menuju ke arah pintu kamar Tiara.
"Kau pernah melihatnya?" Tiara segera menafsirkan bahasa tubuh yang diperlihatkan Mino, kemudian memberikan pertanyaan dengan suara yang pelan, ia menduga kalau bocah plontos itu mungkin pernah melihat tanaman Selendra di suatu tempat.
Mino mengangguk dengan telunjuk yang terus berganti arah antara halaman buku hitam dengan pintu kamar Tiara.
"Bisakah kau mengantarkan kakak untuk melihatnya?". Pinta Tiara dengan senyum ramah dan sorot mata penuh semangat.
Mino kembali mengangguk kemudian berjalan menuju pintu kamar sambil memiringkan kepala, seolah mengajak Tiara untuk segera mengikutinya. Dengan menggendong ransel merah bergaris abu-abu miliknya Tiarapun segera bergegas.
Mereka berdua keluar kamar dengan begitu senyap, tak ada sedikitpun suara yang tercipta diruang tamu kecuali detakkan jarum jam dinding lonjong disudut ruangan yang menunjukan pukul setengah empat pagi.
Setelah keluar rumah, Mino segera menuntun Tiara menuju ke sebuah lembah yang diapit oleh dua bukit hijau yang tidak begitu jauh dari Desa.
Memasuki Lembah Tiara segera menyalakan senter kecil yang ia keluarkan dari ransel punggungnya. Cahaya temaram senter kecil Tiara menampakan suasana yang tidak begitu bersahabat, tanaman liar yang lebat dipagari kain merah tua usang yang diikat mengelilingi luas area lembah membuat siapa saja berpikir dua kali untuk memasukinya.
Saat akan melewati batas Kain, langkah Mino tiba-tiba terhenti, ia hanya menggeleng dan tidak lagi melanjutkan langkah kakinya.
"Kau Takut?". Tanya Tiara dengan wajah yang masih bersemangat.
Mino menggeleng kemudian menunjuk punggung belakangnya yang kini ditutupi salah satu kaos milik Fatur.
Tiara terkejut, ia paham apa yang disampaikan Mino melalui bahasa tubuhnya. Meski tau apa yang akan menimpanya, wajah Tiara tak menampakan rasa khawatir sedikitpun. Niatnya untuk menemukan tanaman Selendra tetap saja membuatnya berpikiran nekat.
"Kalau begitu kau jangan kemana-mana, tunggu disini sampai kakak kembali". Ucap Tiara tanpa ragu.
Tiarapun berjalan maju melewati kain merah yang ada didepannya terus menerabas masuk diantara tanaman liar dan semak belukar yang cukup padat. Setelah masuk beberapa meter melewati semak belukar ia kini memasuki area dengan tanaman hutan tropis yang luas. Setelah mengamati keadaan sekitar langkahnya kini terhenti dengan wajah terkesima setelah cahaya temaram senter kecilnya menyinari sebuah tanaman yang melekat di atas batang pohon yang berada beberapa langkah didepannya. Tanaman dengan daun hijau mengkilat dengan bunga berwarna kuning keemasan bergaris hitam lurus itu terlihat begitu menawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Kakung
General FictionPada tahun 1962 sebuah negeri terserang wabah yang tak bisa dikendalikan. Para ilmuwan dan dokter yang berusaha menciptakan obat untuk segera mengakhiri penyebaran wabah terus mendapatkan hambatan. Meski mendapat hambatan dari berbagai pihak, dua or...