"Ini bangunan Posyandunya Bu, mari saya kenalkan dengan Bidan Desa yang bertugas disini". Ucap Kepala Desa Woku kepada seorang wanita dengan Postur tinggi tegap dengan Potongan rambut pendek sebahu.
"Bu Kenalkan, ini Lin Bidan Desa Woku. Lin ini Ibu Rinda perawat dari ibu kota yang akan membantumu memberikan obat kepada Lansia hari ini". Kepala Desa segera mengenalkan Rinda kepada Lin yang tengah bersiap-siap menyambut para Lansia.
"Rinda-Lin". Mereka berdua berjabat tangan sambil melemparkan senyum ramah yang biasa dilakukan orang-orang pada umumnya. Dengan potongan rambut mereka yang sama persis, kini mereka berdua terlihat seperti saudara kembar dengan postur tubuh yang berbeda.
Setelah selesai basa-basi mereka kini duduk di kursi paling depan dengan sebuah meja panjang yang biasa digunakan Lin saat melayani para warga. Para lansia satu persatu mulai berdatangan, mereka mulai masuk ke bangunan Posyandu mengisi kursi-kursi kosong yang menghadap ke tiga orang yang telah datang lebih awal.
Rinda kini mulai membuka isi kotak coklat yang dari tadi ia pegang, Lin terlihat cukup penasaran dengan jenis obat yang dikabarkan dapat mencegah Penyakit misterius yang sedang melanda negerinya. Setelah kotak coklat dibuka, terlihat botol-botol kecil dengan penutup karet kedap udara dengan puluhan alat suntik yang ditata rapi terisi penuh didalam kotak.
"Vaksin? ". Lin sedikit kaget dengan jenis bantuan obat yang diberikan pemerintah, ia tidak menyangka kalau obat yang dapat mencegah penyakit misterius tersebut berjenis Vaksin.
"Kenapa Bu Lin? Ibu Lin tidak biasa menyuntik pasien?". Sahut Rinda.
"Tidak Bu, saya biasa melakukannya". Jawab Lin dengan senyumnya yang ramah.
"Kalau begitu ayo kita mulai, ibu yang paling depan silahkan maju". Rinda segera memanggil lansia di bangku terdepan begitupula dengan Lin.
Setelah beberapa Lansia telah berhasil disuntik kini tiba giliran Ibu Fatur, dengan langkah pelannya yang khas ibu Fatur segera berjalan menuju kearah Lin.
"Ibu sudah siap? ". Tanya Lin setelah Ibu Fatur duduk berhadapan dengannya.
"Ibu sedikit takut Lin". Ibu Fatur dengan wajah yang nampak terlihat khawatir menjawab pertanyaan Lin.
"Ibu tidak perlu khawatir, ini hanya suntikan untuk menjaga kesehatan ibu, coba Ibu lihat mereka yang lain, setelah disuntik mereka baik-baik sajakan? ". Lin mencoba menenangkan Ibu Fatur.
"Sekarang tarik nafas panjang lalu keluarkan biar ibu jadi lebih tenang". Lanjut Lin.
Setelah Ibu Fatur terlihat siap, Lin segera menancapkan alat suntik yang telah terisi penuh dengan cairan Vaksin.
"Huuuhhh". Sambil menahan sakit karena tancapan ujung jarum suntik yang telah menembus kulit, Ibu Fatur melepaskan hembusan nafas panjang, mencoba tetap tenang agar semuanya tetap berjalan lancar.
*****
Suara isak tangis yang coba ditahan terdengar samar-samar dibalik tembok kamar Fatur. Fatur hanya diam dengan sejuta tanya, ia tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya telah dialami sahabatnya kali ini, tak pernah terlintas dipikirannya seorang wanita yang terlihat begitu tangguh dan liar kini telah tunduk tak berdaya dalam duka yang ia rahasiakan.
Tiara yang ceria, berani dengan tipu muslihatnya yang sulit terbaca sontak berubah menjadi gadis yang tak berdaya dan putus asa. Ia terus menyendiri dalam kamar diiringi tangis samar-samar yang tak kunjung henti.
"Memang benar, wanita adalah misteri alam yang sengaja diciptakan semesta, berapapun banyak buku yang kau baca, tetap saja tak mungkin kau sampai pada ruang tempat dimana isi hati dan keinginan mereka disimpan". Fatur mengawang sendiri setelah sadar bahwa setiap buku yang ia baca serasa tak berguna untuk menganalisa karakter dan isi hati Tiara saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Kakung
Ficción GeneralPada tahun 1962 sebuah negeri terserang wabah yang tak bisa dikendalikan. Para ilmuwan dan dokter yang berusaha menciptakan obat untuk segera mengakhiri penyebaran wabah terus mendapatkan hambatan. Meski mendapat hambatan dari berbagai pihak, dua or...