Hallo guys kembali lagi nih. Semoga kalian suka ya sama kisah adinda dan teman-temannya.
Oh iya jangan lupa dukung cerita ini ya agar gue lebih semangat lagi menulisnya meakipun gue bukan penulis yang handal seperti orang lain.
***
Sepulang lari pagi Adinda langsung bersiap-siap mandi mandi mengingat bahwa hari ini dia memiliki janji bersama temannya.
Entah harus berpenampilan seperti apa yang jelas itu membingungkan antara berpenampilan seperti gadis normal atau berpenampilan seperti biasanya. Adindapun bercermin mencoba melihat style yang dia gunakan apakah lebih bagus rambutnya terkuncir atau tidak.
Adinda melepas kuncirannya dan kacamata yang dia kenankan, namun saat dia melihat dirinya di cermin adinda merasa kurang bagus jika rambutnya tidak terkuncir.
Dan pada akhirnya adinda memutuskan berpenampilan seperti biasanya dan tidak peduli apakah dia terlihat cantik atau sebaliknya. Yang jelas itu tidak masalah baginya.
Kedua sudut bibir adinda terangkat, dia tersenyum untuk dirinya. "aku terlihat sama saja tidak ada yang berubah" ucap adinda dalam hati sambil melihat atas dan bawah.
Adinda segera bergegas ke luar untuk menemui temannya, karena dicky dan mila sudah menunggunya di depan rumah.
"hei din" sahut dicky sembari melambaikan tangan yang melihat keberadaan adinda.
Kedua sahabatnya sungguh terlihat keren saat itu, mila yang terlihat cantik dan anggung sementara dicky terlihat cool dengan penampipannya.
"din ayo berangkat" ajak mila.
Adindapun berjalan menghampiri mereka dan masuk ke dalam mobil di bagian kursi tengah sendiri. Sementara dicky mengemudi di samping mila.
Seketika memori adinda berputar sejenak mengingat bahwa dulu ibunya pernah mempunyai dua mobil yang lebih bagus dari ini. Satu rusak saat kecelakaan saat adinda berada dalam kandungan, yang satunya terpaksa di jual saat adinda berusia delapan tahun.
Saat itu bu deasi terpaksa menjuak mobil itu karena keadaan yang menyulitkannya. Dan bu desi hanya mempunyai dua pilihan yaitu melihat adinda terus sakit karena demam berdarah atau menjuak satu kenangan yang tersisa saat bersama almarhum suaminya.
"kenangan hanya kenangan, dia hanya bisa di simpan dalam hati bukan dalam sebuah benda yang bisa hilang dan rusak kapanpun"
Karena tak tega melihat adinda bu deai langsung memjual mobil almarhum suaminya demi kesembuhan adinda.
Jikapun suaminya maaih ada, pasti dia akan melakukan hal yang sama seperti apa yang di lakukan bu desi.
***
Adinda dan temannya memasuki mall, suasana sanagat ramai karena mereka pergi di hari libur. Jadi tidak heran juka banyak pengunjung.
Sedaritadi adinda hanya diam tanpa menulis perkataan apapun. Dia ingin sekali mengobrol namun hal itu hanya akan membuang banyak waktu untuknya menulis.
Adinda hanya bisa menoleh ke kiri dan ke kanan melihat keadaan sekitar untuk menghilangkan rasa bosannya, dan dia juga menjaga jarak beberapa langkah dengan mila dan dicky.
"Gue minta maaf" ucap dicky menghentikan langkahnya, sementara mila malah kebingungan dengan maksud dicky.
Dicky langsung membalikan badan dan melihat adinda yang menjaga jarak beberapa langkah dengannya.
"maaf kalau gue atau mila dari tadi tidak ngajak lo ngobrol" jelas dicky yang sadar jika dia tidak mengajak adinda mengobrol selama perjalanan
"gue juga din.. Gue minta maaf kalau kalau gue diemin lo" sambung mila yang merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMAJA
Teen FictionCerita seorang gadis remaja pintar namun memiliki kekurangan sejak kecil dan membuatnya menjadi bahan bullyan di sekolahnya sendiri. Hingga pada suatu hari dia tidak sengaja menyukai seorang pria yang menjadi rebutan banyak siswi di sekolahnya. Dan...