di sudut peluk mu

6 1 0
                                    

Sekali lagi selamat berkenalan dengan semesta.
Semoga suka yah.

Waktu sudah menunjukan tengah malam. Yang lain sudah bergegas untuk tidur. Sementara agri masih duduk diam sembari menatap langit malam dan air laut yang berlomba menghasilkan ombak-ombak kecil. " Kamu seperti laut, semesta. Aku tak pernah tau ada apa di dalam diri kamu. Jika jatuh kadang aku bisa berenang ke daratan atau bahkan ngak akan pernah bisa. Aku mungkin tenggelam dan mati, tapi tidak apa. Asalkan di pelukmu." Gumam agri.

" Gri.. kamu belom tidur?" Tanya wandi.
" Duluan aja wan, aku masih nyaman sama bintannya."
" Aku duluan yah, tapi jangan kelamaan. Ntar masuk angin.". Ucap wandi sambil bergerak pergi meninggalkan agri.
" Bay wan. Mimpi indah yah" ..
" Iyaaaaa...." Jawab wandi dari kejauhan.

Udara di pantai itu terasa begitu dingin. Namun suasana hati agri sedang hangat, mungkin karena efek hatinya sehingga ia mampu bertahan lama memandangi anak-anak ombak yang menari-nari sepanjang pantai. Otak agri tak pernah terlepas dari kenangan tentang semesta. Segalanya hanya tentang semesta. Agri tak punya cara untuk lepas dari kenangan itu meski kakinya sudah berusaha melangkah jauh pergi. Namun tetap saja ia kembali kepada hal yang paling ia jauhi, kenangan.
Alam memang punya cara sendiri untuk membuat isi nya takjub atau tidak percaya dengan segalanya. Seperti agri yang tak pernah berharap untuk ketemu dengan satu manusia yang selalu jadi alasan ia berlari dari satu langkah ke langkah yang lain.
" Semesta. Tidak kah kau tau bahwa aku lelah menghindar dari mu? Aku sudah berjalan terlalu jauh untuk sekedar menghapus tentang mu. Aku tau keselahanku adalah terlalu berharap pada sesuatu yang palsu. Rasa ku hanya jadi angin lalu yang tak pernah kau sentuh, hanya lewat dan bagimu itu biasa saja, semesta. Bagiku di ijinkan mencintaimu adalah terimakasih paling tulus yang pernah ku utarakan. Namun mengapa, terimakasih ku tak pernah jadi terimakasih mu juga? Mengapa harus aku yang di beri rasa suka terhadapmu melampaui batas manusia biasa? Mengapa harus aku yang di hantui kerinduan atas tatap mu hingga kini? Mengapa harus aku yang haus akan gengaman tangan mu yang ku harap sehangat cahaya matahari pagi? Semesta. Sekali lagi, mengapa harus pada mu ku jatuhkan hati sejatuh-jatuhnya?". ucap agri membatin

" Kamu ngak tidur?.. ini sudah larut!". Ucap seseorang dari arah belakang agri.
" Eh.. belom, aku belom ngantuk kok". Jawab agri sambil menoleh ke belakang.
Agri tau persis itu adalah gio. Suara yang selama ini agri hafal akan bunyi nya, seperti lagu pengantar tidur yang hampir tiap malam ibu nyanyikan agar anak nya mimpi indah. Suara ini persis seperti suara di tiga tahun lalu di bulan desember.
" Begadang itu gak baik buat kesehatan kamu.." ucap gio sambil duduk di samping kanan agri .
" Kamu sendiri belom tidur ngapain aja..?"
" Aku nungguin kamu tidur dulu.."
" Apaan sih, gajelas deh gi.."
" Udah lama yah gri, tiga tahun yang lalu kita pernah seperti ini, duduk di tepi pantai berdua aja. Semua udah pada tidur kita malah sibuk bercengkrama layaknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta..." Ucap gio sambil menatap mata agri di sampingnya.
Sedang agri yang tidak tahu mau berkata apa hanya gugup dan diam sembari menatap mata gio yang sejak dahulu ingin sekali ia selami.
" Gri... Kamu denger aku kan..?" Tanya gio
" Eh.. iya gi aku denger kok, tadi kamu ngomong apa..?"
" Yah,ampun gri. Kamu masih sama yah ternayata.. tiga tahun ngak mampu ngubah kamu jadi manusia lain..."
" Sama gimana maksut kamu..?"
" Sama manisnya, bau tubuh kamu juga masih sama. Wangi yang manis-manis kan? Aku masih hafal segala sesuatu tentang kamu gri..."

Hal yang paling agri takutkan juga harapkan adalah hal seperti ini. Saat segalanya sedang ia usahakan mati kemudian seakan di paksa hidup kembali. Dunia kadang tidak adil perihal rasa. Namun obrolan dua anak manusia yang sering di pisah waktu ini seakan menghidupkan segala inti dahulu yang pernah mati. Agri sadar ia sedang tidak berbicar dengan orang asing yang baru di kenal atau baru saja ia temui di kedai kopi. Namun sebaliknya, orang ini adalah sesuatu yang sedari dahulu selalu menjadi alasan ia pergi jauh, selalu menjadi alasan ia kadang kalah dengan rindu.

" Kamu apa kabar semesta?" Tanya agri tiba-tiba,membuat Wajah gio seketika menoleh ke arah agri.
" Aku sebaik kabar mu, semesta." Jawab gio
" Baguslah.."
" Gri..."
" Iya.."
" Kamu ngapapa kan?" Tanya gio
" Maksutnya?"
" Kaki mu lelah tidak?".
" Kok nanya nya gitu sih gi..?
" Aku tahu kamu terlalu banyak berlari gri..."
" Kamu hanya cukup tau gi, untuk masuk kedalam nya sebaiknya jangan.."
" Maksut kamu?"
" Ah tidak apa-apa,"
" Aku boleh nanya ngak?"
" Boleh aja.."
" Apa yang kamu suka, gri?"
" Tidak ada.."
" Oh..."
" Kalau kamu?"
" Yang nanya.."
Seketika wajah agri langsung memerah untung saja cahaya bulan tidak terlalu terang seperti lampu, sehingga mampu menutupi segala kegugupan di wajahnya. Dalam hati agri bergumam." Semesta sudah kembali, namun caranya sedikit berbeda dari biasanya".

***

Malam semakin larut dan mereka berdua memutuskan untuk kembali ke tenda masing-masing untuk tidur. Sementara suasana banda naira masih saja se nyaman peluk semesta. Dia hangat, tak banyak berulah dan pastinya agri suka.

" Gri.."
" Iya gi.."
" Jangan lupa yah.."
" Lupa apa?"
" Tetap senyum.."
" Iya, semesta"

Keduanya lalu berlalu dan memilih diam pada pilihan mereka masing-masing. Malam sudah begitu banyak memaksa agri maupun gio untuk berbicara apapun yang mereka diamkan selama ini. Namun tetap saja. Tidak semua agri utarakan, ada yang akan tetap jadi rahasianya, entah sampai kapan ia mampu pendam. Sebab menurut agri bukan semesta jika ia tak meninggalkan luka parah di hati agri. Yang kadang membuat agri harus tetap hati-hati dan tak mudah untuk jatuh hati kembali.

  Tuhan
Semesta ku itu abu-abu
Namun nihilnya aku mencintainya
Kadang tidak
Kadang iya
Matanya adalah lautan paling rahasia yang tak pernah aku tau isinya
Hati nya adalah adalah ruang paling sunyi yang tak bisa ku masuki walau hanya singgah

Tuhan
Semesta ku itu baik
Namun tidak untuk ku
Tapi aku tetap mencintainya
Tangan lembutnya yang sunyi selalu saja ingin ku genggam
Rambutnya yang terurai selalu saja menampilkan kasih sayang yang tak pernah sedikitpun untuk ku

Tuhan
Jika ia pulang
Katakan padanya. Rumah dan peluk ku selalu ada
Aku tempatnya tinggal
Aku tempatnya menangis
Aku tempatnya tertawa
Aku tempatnya mengeluh
Jika tidak di aku
Maka ku mohon jangan buat ia merasa luka

Dia ada
Maka ku bahagia



Selamat tersenyum semesta
Bahagia di sana

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanda Tanya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang