1 Bulan Sabit.

1.1K 171 34
                                    

Maaf kalau ada typo, edit soon. Happy reading.

***

Yuki memasuki rumahnya saat hari menjelang petang. Suasana rumah sederhana itu sepi, hari ini Ibunya mendapat jadwal shift malam jadi mungkin dia sudah di pabrik tempatnya bekerja sekarang. Yuki mengganti bajunya, mengobati luka di lutut, telapak tangan dan goresan di pipi sebelum mulai membersihkan rumah. Sesekali terdengar gemuruh kereta api yang sanggup menulikan telinga, rumah mereka tepat berada di bawah perlintasan kereta api. Bukan tempat yang nyaman untuk menjadi rumah, namun hanya tempat ini yang biaya sewanya paling murah.

Setelah piring terakhir Yuki letakan di kabinet, dia mulai menghangatkan makanan yang telah Ibunya siapkan. Hanya semangkuk bubur hambar, tapi Yuki menghabiskannya dalam waktu singkat. Gadis delapan belas tahun itu melihat jam, ternyata dia menghabiskan banyak waktu membersihkan rumah. Pukul tujuh malam Yuki masuk ke kamarnya setelah mengunci pintu depan, dia membongkar tasnya dan mulai bersiap untuk belajar. Tapi kemudian Yuki mengingat sesuatu.

Dia masuk ke kamar mandi dengan pouch make up di tangannya. Yuki menuang micellar water pada kapas, menyapunya pada wajah terutama kening. Perlahan make up yang digunakannya luntur, memunculkan tanda kecil yang berada di keningnya tepat di tengah-tengah. Tanda berbentuk bulan sabit itu ada sejak Yuki lahir, namun itu bukan sekadar tanda lahir biasa.

Itu adalah tanda untuk seseorang yang telah memiliki takdirnya di dunia. Soul, adalah jiwa yang terikat pada Sang Alpha, pemimpin dari kaum serigala Bangsawan. Yuki sendiri tidak mengerti, bagaimana bisa Londo sepertinya adalah seorang Soul. Yang dia tahu Soul haruslah seorang darah murni. Karena itu Yuki menyembunyikan tanda ini dari semua orang. Takdirnya sebagai Londo saja sudah rumit, bagaimana jika semua orang tahu bahwa ia adalah Soul. Dunianya bisa semakin kacau.

***

Pagi buta saat aktifitas kereta api mulai berjalan, Yuki terbangun oleh gemuruhnya. Saat dia sedang mengumpulkan niat untuk beranjak dari tempat tidur, Yuki mencium aroma harum dari dapurnya. Dia pun mulai beranjak keluar dari kamar.

"Bunda masak apa?" Yuki mendekati Ibunya yang berdiri di depan kompor. "Baunya enak banget."

"Bunda masak makanan favorit kamu, bakso kecap. Kamu mandi dan siap-siap, setelah itu kita makan sama-sama." Jawab wanita dewasa itu riang tanpa memandang Yuki.

"Bunda nggak minjem uang kan?" tanya Yuki khawatir. Sebab Ibunya sering meminjam uang hanya untuk membelikannya sesuatu. Alhasil orang-orang akan menatap mereka rendah, menganggap Yuki manja dan berpikir bahwa Ibunya bodoh.

"Nggak kok, kamu tenang aja. Bunda dapat bonus dari pabrik, jadi bunda mampir ke pasar dan belikan kamu bakso. Sudah sekarang kamu mandi aja, terus kita bisa..." Fahira tak melanjutkan kata-katanya saat ia berbalik, terpaku pada wajah anak gadisnya yang terluka.

"Ini kenapa?" Fahira menangkup wajah Yuki, memandangnya cemas.

"Nggak papa kok, ini karena Yuki teledor. Jatuh di kamar mandi." Yuki menenangkan Ibunya.

"Kamu yakin, bukan karena kamu diganggu lagi sama mereka?" Yuki tak mengatakan apa-apa, dia hanya tersenyum kecil dan meninggalkan Ibunya seorang diri dengan rasa bersalah.

Bagi Fahira Yuki adalah kesalahan paling indah dalam hidupnya. Hanya saja, dia sendiri kadang tak sanggup saat melihat Yuki mendapat prilaku tidak adil dari orang-orang. Memang apa salahnya jika darah campuran, itu bukan keinginan Yuki, itu kebodohan Fahira sendiri. Jika ada seseorang yang patut untuk disalahkan, orang itu adalah dia dan bukan anaknya.

Yuki keluar dari kamarnya beberapa saat kemudian, dia duduk di meja makan kecil dengan Fahira yang selesai menyaajikan masakannya. Fahira mengernyit saat melihat plester luka di tengah kening Yuki.

RedMoon || AlphaSoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang