Tiga puluh menit sebelumnya ...
Yuki duduk di salah satu tempat yang terlihat lebih terang. Kakinya yang telanjang terluka, tapi Yuki tidak merasakan sakit kecuali di hatinya. Air mata Yuki lagi-lagi menetes. Dia memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya yang menangis.
Bertahun-tahun, selama bertahun-tahun Yuki harus menanggung penderitaan karena dia terlahir sebagai Londo. Tapi ternyata kedua orang tuanya adalah Pribumi, lalu kenapa hanya Yuki yang berbeda. Ini tidak adil.
Yuki mengangkat kepalanya ketika mendengar sebuah bisikan. Bisikan lemah yang datang bersama angin itu hilang ketika Yuki menoleh mencari asalnya. Tapi di tempat yang gelap itu, hanya ada Yuki seorang. Yuki mengabaikannya, mungkin dia hanya salah dengar- pikirnya untuk menenangkan diri. Gadis bulan sabit itu menghapus sisa air mata di wajahnya saat lagi-lagi suara bisikan itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas.
"Siapa dirimu?"
Yuki mulai merasa ada yang tidak beres, mungkin lebih baik dia menunggu di tempat lain. Sambil terpincang-pincang Yuki menjauh dari tempat itu. Namun baru empat langkah dia ambil Yuki dikejutkan oleh suara keras yang berasal dari salah satu bangunan, juga terlihat sebuah cahaya kemerahan seperti api yang menyala di dalam sana.
Yuki tahu seharusnya dia pergi dari sana sesegera mungkin, tapi tubuhnya seolah bukan lagi miliknya. Dia bergerak mendekati bangunan itu, semakin dekat semakin cahaya itu terlihat jelas. Serta suara itu, terdengar seperti teriakan kesakitan. Apa seseorang tengah terluka?
Yuki terpaku di atas kakinya, dalam matanya bayangan nyala api berkobar. Di tengah-tengah kobaran api tersebut, seorang wanita meronta dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat pada sebilah kayu. Sedangkan di sekeliling api yang perlahan melahap wanita itu, sekelompok orang menggunakan jubah mengelilinginya dengan kedua tangan terangkat. Sebuah lingkaran bercahaya muncul dari bawah kaki mereka, tulisan kuno yang perlahan naik membentuk perisai melingkar itu seperti tidak asing bagi Yuki.
Yuki seharusnya pergi selagi orang-orang itu tidak melihatnya, tapi tubuhnya kaku seperti batu. Yuki bahkan terlalu takut hanya untuk menggerakan ujung jarinya saja. Teriakan wanita itu akhirnya berakhir, bersamaan dengan lenyapnya ia ditelan api. Api itu kemudian menyusut menyisakan kobaran kecil dengan abu jasad yang tak lagi berbentuk. Lingkaran bercahaya itu pun ikut lenyap secara perlahan.
"Siapa di sana?" Yuki tersentak, dia ketahuan. Orang-orang itu menyadari keberadaannya dan segera mendekat.
Otak Yuki memerintah tubuhnya untuk lari, tapi dia tidak sanggup. Bagaimanapun juga dia baru saja menyaksikan seseorang dibakar hidup-hidup. Ketika orang-orang itu semakin mendekat kaki Yuki tiba-tiba lemas, tubuhnya jatuh ke lantai berdebu. Mata coklat terangnya mulai berkaca-kaca, jelas sangat ketakutan.
Jika dia tertangkap, apa nasibnya akan sama seperti wanita itu. Dibakar hidup-hidup. Tubuh Yuki gemetar, jantungnya berdetak abnormal. Tiba-tiba dadanya terasa panas seperti terbakar, dalam sekejap pandangan Yuki berubah menjadi gelap.
Di dalam kegelapan itu, Yuki bisa mendengar suara teriakan manusia dan geraman binatang buas. Yuki tidak bisa bergerak, rasanya seperti terombang-ambing dalam air. Sampai kemudian dia mendengar suara Raphael.
***
Raphael menggeram marah, hujan mulai turun membuat aroma Yuki hampir tak tercium lagi. Pada saat itu Raphael mendengar suara teriakan nyaring yang berbaur dengan geleegar petir. Nalurinya membawa Raphael mencari asal suara tersebut.
Pertarungan, bukan, tetapi pembantaian. Raphael terpaku melihat seekor harimau putih yang tampak seperti kehilangan kendali, orang-orang yang ada di sekelilingnya berusaha melawan namun tak mampu menandingi kekuatan harimau putih itu. Bahkan walau mereka telah berubah menjadi Barong, dia masih tidak tertandingi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RedMoon || AlphaSoul
FantasyWARNING 18+ Sebagai darah campuran, Yuki tak bisa meminta banyak hal. Yang dia inginkan dalam hidupnya hanyalah ketenangan. Karena itu dia berusaha agar orang-orang tak melihatnya, agar hidupnya yang berat menjadi sedikit lebih ringan. Tapi bagaiman...