|18| Ke mana dia?

7 4 0
                                    

Selamat membacaaaa!

                                                                                   🧀🧀🧀

"Uwooo! Hebat banget!" pekik salah satu anak kecil yang posisinya tidak jauh dariku.

"Iya, ya, ternyata aslinya gede banget!" sahut teman sebayanya.

Aku mengalihkan pandangan dari mereka, dan menatap sekitar. Kenapa, sih, Antares membawaku ke tempat ini? Dari awal aku menanyakannya, ia selalu melempar jawaban yang tidak jelas.

"Julaeha," panggil Antares dengan sedikit berteriak. Aku tentu mendelik, malas sekali bersama Antares. Dia selalu memalukan seperti ini. Memanggilku dengan nama Julaeha? Plis, deh, namaku Jupiter Andromeda. Juju, bukan Julaeha.

"Apa sih?"

"Lo dipanggil gak nyaut-nyaut deh," katanya. Aku merotasikan kedua bola mataku, dia selalu merasa benar sampai membuatku mual.

"Kamu ... ish! Jawab jujur, kenapa bawa aku ke sini?" tanyaku.

"Kan gue udah bilang, gue bawa lo ke sini supaya lo bisa ketemu sodara," jawabnya.

Saudara? Apanya yang saudara?

"Huh?"

"Lo liat, tuh?" Ia memutarkan kepalaku ke kiri.

Aku mengangguk, lalu menimpali lagi, "Terus?"

"Itu apa?"

"Monyet," jawabku seraya menoleh ke arahnya.

"Ck! Kasar banget lo sama gue, ngatain gue monyet," ketus Antares.

"Eh, ngga gitu!"

Antares berdecih. Mulutnya berkomat-kamit mengejekku.

"Iya itu MONYET," ucapnya seraya melotot ke arahku ketika menyebutkan kata monyet. "jadi udah paham, kan?"

Aku mengernyit tak percaya. Dia ngomong apa sih? Enggak ngerti. Belibet!

"Kamu gak usah main kode-kodean deh, aku bukan anak pramuka."

"Lo nya peka dong, gue terus yang harus ngalah perasaan," gerutunya.

Apa sih? Dia kenapa coba?  Memangnya aku kurang peka bagaimana lagi? Ya ampun Antares.

"Yaa, gue kan ngajak lo ke sini supaya lo bisa ketemu dan saling sapa-menyapa dengan saudara lo. Dan dia lah saudara lo yang gue maksud," jelasnya sembari menunjuk lagi monkey yang tadi.

Aku lantas menatapnya dengan sengit. "Gak lucu, ya!"

Aku pun segera bergegas dari sana. Tidak tahan berlama-lama dengan Antares, rasanya aku sering emosi kalau sama dia. Bisa-bisa malah cepat tua.

"Eh, mau ke mana? Ntar nyasar, gue yang repot!"

Masa bodo! Pokoknya sebal sama Antares.

Masih berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan langkahku yang kecil, dia asik berceloteh.

"Lihat kebunku penuh dengan hewan."

Aku mendengkus, kebiasaan deh seenaknya. Harusnya, kan, "lihat kebunku penuh dengan bunga", lah ini main ganti saja.

"Ada yang tinggi, dan ada yang pendek," lanjutnya, "setiap hari ku kusayang semua. Binatang, dan hewan, semuanya gendut!"

Enggak jelas terooss!

"Eh, eh, Ju!" Ia mencolek-colek bahuku.

"Juju, kita foto, yu!" serunya.

"Nggak ah, sendiri aja," jawabku.

Galaxy MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang