Bab 5 - Dia, Echa

4 1 0
                                    

Saat pelajaran, kami disuruh memperkenalkan diri satu persatu. Supaya lebih dekat katanya, namun menurutku itu hanyalah pencitraan belaka. Untuk apa berkenalan? Toh tidak ada murid baru disini. Semua sudah ada di sekolah ini sejak kelas 10. Jika memang ingin berkenalan mengapa tidak usaha sendiri? Sudah ada media sosial, masih saja menggunakan cara anak TK. Mereka saja sudah mengerti cara menggunakan telepon genggam canggih itu.

Dengan terpaksa aku memperkenalkan diri. Ketika giliranku, aku ditanya mengenai hobi. Tentu saja, sebagai anak yang jujur aku menjawab bermain game. Lagipula itu hal yang wajar dilakukan orang seusiaku. Bahkan yang lebih tua pun masih seperti itu.
Namun ada satu hal yang menarik perhatianku di sesi perkenalan ini. Ada satu anak yang entah siapa itu, aku tak pernah bertemu padahal kami di sekolah yang sama. Katanya, belajar adalah hobinya.
Manusia macam apa yang mengabdikan hidup untuk belajar? Apakah karena aku yang terlalu malas atau memang dia yang rajinnya luar biasa?

Dari muka, terlihat garang. Cara berbicaranya tegas dan lugas. Tak perlu basa-basi, cukup dengan nama dan hobi. Ketika ditanya mengapa suka belajar, dia hanya menjawab karena itu hobinya. Hm, perempuan ini menarik. Memang beda dibandingkan kebanyakan spesies perempuan pada umumnya.

Setelah kuperhatikan dia berbicara aku langsung mencari namanya. Ah, itu dia.
Echa Veerand.

Nama yang menarik dan cukup sederhana, kupikir.

Reflection ; About Echa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang