Saat itu aku sedang kelelahan. Bermain seharian memang dapat membunuh perlahan. Aku tidur terlalu nyenyak dari sore dan baru terbangun pukul 8 malam. Itu pun karena kak Michi yang ribut menyuruhku makan.
Ck, kak Michi berisik! Mengganggu orang tidur saja.Dengan malas aku beranjak meninggalkan tempat tidur menuju ruang makan. Mataku masih belum sepenuhnya membuka, seakan-akan lengket karena ada lemnya. Ponsel di sebelah kiriku menyala, ada notifikasi masuk ketika aku sedang makan. Akhirnya, aku tersedak secara spontan. Kaget, ternyata notifikasi itu dari Echa.
Aku langsung cepat-cepat meraih ponsel dan membukanya, berusaha membalas secepat mungkin. Bahkan kedua orang tuaku sudah memperingatkanku untuk menghabiskan makananku terlebih dahulu. Aku hanya merespon seadanya seperti ya, um, dan semacamnya.
Ternyata Echa hendak bercerita mengenai sesuatu. Dengan senang hati aku memperhatikan. Awalnya dia bertanya mengenai pendapatku tentangnya. Aku jujur saja pada dia, saat pertama kali tahu namanya, aku merasa dia sangat rajin. Saat sudah kenal beberapa hari, aku merasa personalitynya seperti laki-laki, memang karena dia yang tomboy. Kemudian setelah itu, Echa bertanya bagaimana cara confess ke orang yang disukai.
Deg.
Aku mendadak berpikir. Apakah Echa sedang mendekati seseorang dan hendak menyatakan perasaannya? Entah mengapa namun aku merasa sedikit sesak di dada. Aku sempat terdiam beberapa saat, lalu kembali meresponnya.
Echa bertanya lagi, mengenai diriku kali ini. Apakah aku sedang menyukai dan ingin mendekati seseorang? Kapan aku mau confess, dan beberapa pertanyaan lain seputar itu.Karena aku merasa Echa sedang menyukai seseorang, aku sadar diri. Aku baru saja kenal dengannya, dan mungkin aku memang tidak pantas untuknya. Dia pintar, cantik, pasti lebih pantas dengan orang lain yang sepadan dengannya.
Aku? Apa yang bisa dibanggakan dariku? Tidak tampan, malas, pintar juga tidak seberapa.
Akhirnya, aku menjawab pertanyaan Echa.
"I think u r good enough kok,"
WOW. ECHA. AKU. KAGET.
Aku memang merasa insecure pada awalnya, namun jawaban Echa membuatku kembali semangat. Oke, aku benar-benar bertekad untuk rajin belajar mulai sekarang supaya aku pantas untuk Echa.
Semangat, Micah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Echa.
RomanceInilah ceritaku, mengejar seseorang sebagai pengalaman yang baru. Kamu juga harus tahu bahwa aku mencintaimu. -Micah, untuk Echa.