Hari ini, aku sudah berjanji dengan Echa untuk telepon. Dia memintaku untuk menjadi gurunya lagi.
Aku sudah mengiyakan, dan kami sepakat untuk memulainya pukul 3 sore.Kelas berlangsung seperti biasa, dan tentunya dengan beraneka ragam tugas yang diberikan serta waktu pengumpulan yang tidak bisa dilogika. Duh, sudahlah. Tanggungan semakin besar seiring dengan bertambahnya usia.
Siang hari, temanku menawarkan untuk mengajarkanku materi seputar kuliah. Aku sangat tertarik. Lumayan, bisa untuk bekal sehingga aku dapat menguasainya terlebih dahulu.
Tanpa basa basi, aku setuju.
Sial, aku lupa kalau ada janji mengajari Echa. Aku harus bagaimana?Terpaksa, aku membatalkan janjiku ke Echa. Aku merasa sangat jahat, namun aku juga sangat ingin belajar.
Echa tampaknya kecewa, namun dia berusaha menutupi dengan "tak mengapa".
Maaf, Cha.---------------------------------------------------------------
Saatnya belajar. Aku sudah siap dengan buku dan alat tulis untuk membuat catatan. Namun, konsentrasiku tak dapat terpusatkan. Temanku sampai bertanya-tanya mengapa aku seperti ini.
Aku tidak mau jujur dengannya, karena aku malu. Tetapi aku tak dapat membohongi diriku terlalu lama, ini semua karena Echa.
Aku masih merasa sangat bersalah.
Awalnya, aku ingin menghubunginya. Memastikan apakah dia baik-baik saja. Tetapi, aku bukan siapa-siapanya. Untuk apa aku bertanya? Kuurungkan saja niatku.Yang jelas, aku harap kamu tetap bahagia, Cha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Echa.
RomantizmInilah ceritaku, mengejar seseorang sebagai pengalaman yang baru. Kamu juga harus tahu bahwa aku mencintaimu. -Micah, untuk Echa.