Aku belum cerita ke kalian ya mengenai drama sebelum telepon dengan Echa? Oke, kita mulai saja.
Sebenarnya, teman-temanku sudah mengajakku bermain bersama. Tepat saat Echa meminta bantuan, mereka sudah siap dengan permainan. Namun, entah mengapa aku lebih memilih membantu Echa. Entah, intuisi.Bikin kesal sekali ya mereka. Untung teman-temanku.
Aku jadi agak sedikit was-was dengan perkataan mereka. Kasmaran, jadian, bucin, apa sih? Toh cuma membantu, apa yang salah?
Dan ya, setelah menjadi gurunya Echa, aku memutuskan untuk bermain dengan mereka. Hitung-hitung melepas penat setelah belajar matematika.
Echa? Sekarang dia istirahat.
Bagaimana bisa tahu? Jujur, aku juga tidak yakin apakah dia akan beristirahat. Namun, aku yang menyuruhnya. Kasihan, tampaknya dia lelah. Aku tidak mau melihatnya sakit, jadi kusuruh saja dia untuk istirahat, bersantai tanpa perlu memikirkan ulangan besok terlalu keras. Aku yakin, Echa pasti dapat melampauinya karena dia pintar.Tunggu dulu, kok aku jadi peduli seperti ini? Hm, sudahlah. Tidak ada salahnya memedulikan teman.
Aku dan teman-temanku bermain sambil telepon. Di telepon, mereka tetap menggodaku. Benar-benar memalukan. Karena malu, aku kehilangan konsentrasi bermain dan akhirnya kalah. Aku cukup kesal, sehingga aku tidak melanjutkan permainan. Aku memutuskan untuk menonton anime yang sedang kuikuti.
Setidaknya, rasa kesalku sudah berkurang sedikit.Aku merasa ngantuk, jadi kuputuskan untuk tidur lebih awal dibandingkan biasanya. Sebelum tidur, Echa mengusik pikiranku. Teringat kembali apa yang sudah kita bicarakan dan segala gurauannya. Lucu. Menggemaskan. Ah sudahlah.
Saatnya tidur, Micah. Jangan berpikiran aneh-aneh. Besok ulangan, harus bisa fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ; About Echa.
RomanceInilah ceritaku, mengejar seseorang sebagai pengalaman yang baru. Kamu juga harus tahu bahwa aku mencintaimu. -Micah, untuk Echa.