• Love and Lies •Main Cast:
Sohyun as Ahn Hyunso
Taehyung as Choi Taegyeong
Jimin as Han JeeminCerita ini hanya bersifat fiktif, artinya kejadian di dalamnya tidaklah benar-benar terjadi. Adapun visual tokoh hanya sebagai pendukung dalam cerita, tidak berhubungan dengan kehidupan aslinya.
• Hanya bersifat sebagai hiburan •
[Adegan apapun tidak untuk ditiru!]
[Tidak boleh menjiplak ataupun meniru cerita, terima kasih]
[Love And Lies - 01]
---
"Dasar gadis keras kepala! Apa kau pikir aku tidak berani menghabisimu? Cuih!" Seorang pria berjanggut tipis berusia hampir menginjak paruh baya mengumpat sambil meludah secara sembarang. Meski batang rokok ketiga telah habis diisapnya, tetap saja ia tidak dapat menggoyahkan tekad gadis bermarga Ahn itu, Ahn Hyunso.
Asal tahu saja, pria tidak tahu diri itu benar-benar seorang lintah darat tingkat VIP, tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Melakukan perampasan dengan dalih perjanjian.
"Aku tidak akan pergi dari sini!" Ahn Hyunso tersenyum, memeluk kuat-kuat pilar penyangga di ruang tamu. Padahal tubuh memarnya yang hampir membiru terkapar hampir selama satu jam di lantai dingin itu.
"Begitu bersikeras rupanya..." pria itu bangkit dari duduknya sembari menepuk tangan kagum. Bertumpu dengan salah satu lutut, ia mendekat ke arah Hyunso secara perlahan. Menatap kedua bola mata gadis itu dengan cermat.
PLAK!
Satu tamparan jitu mendarat di wajah Hyunso sekejap mata. Dapat ditaksir rasanya meradang, terlihat dari rona merah yang menyeruak singkat dari sel-sel kulitnya. Meskipun demikian, lagi-lagi gadis itu tersenyum.
Senyum Hyunso yang menunjukkan kepasrahan, tenang, dan begitu lembut itu agaknya sedikit menyinggung musuh---Park Changseok, si pria berjanggut tipis.
Namun pada akhirnya, Hyunso melemah. Deru napasnya mulai terdengar jengah, netranya hampir tak fokus lagi, kelopaknya mengatup penuh beban, hingga akhirnya tertutup.
"Bos! Jangan-jangan dia mati!" Salah satu anak buah Changseok menunjuk panik ke tubuh Hyunso.
"Dasar bodoh! Sudah kukatakan jangan terlalu keras memukulnya!" Changseok menendang lancang paha anak buahnya hingga nyaris kehilangan keseimbangan. Kemudian berteriak sambil menunjuk penuh perintah "Seret dia keluar dari sini, bila perlu buang saja ke tempah sampah!"
"Baik boss!" Pria bertubuh kekar itu segera mencengkeram dua pergelangan tangan Hyunso, berjalan mundur hendak menyeret tubuh tak berdaya itu keluar rumah.
Namun sebelum itu, Changseok beserta senyum liciknya mencari kesempatan untuk mencuri cap jari Hyunso tanpa persetujuan. "Dasar gadis bodoh! Membuang-buang waktuku saja!"
°°°
Tempat usang itu sungguh menyesakkan dada. Aspal-aspal disana habis termakan badai. Berlubang dan tidak layak dipijaki, khususnya untuk roda-roda kendaraan.
Genangan-genangan air itu mungkin akan segera menjadi sarang calon bayi nyamuk, hujan yang kesekian kali baru saja usai.
Pada pinggiran jembatan tak layak pakai itu, Hyunso terkapar tak berdaya. Ia tidak mati, hanya kondisi pucatnya berhasil menipu para mata licik mereka, orang-orang yang telah menelantarkannya tanpa belas kasih.
Jari-jemari cantiknya ternodai lumpur. Ia berusaha menggapai trotoar basah di hadapan wajah. Meskipun tenaganya terkuras cukup banyak, gadis bersurai gelombang itu tetap berusaha bangkit.
Matanya mengerjap kecil, sinar kuning yang baru muncul di ujung sana akan terlelap kembali. Senja datang berkunjung, setidaknya masih ada langit yang tidak melunturkan keindahan. Jingga yang hampir merata seolah memberi isyarat untuk berhenti sejenak. Apa harus menyerah?
Hyunso dalam kondisi lesunya sangat yakin jika hal terakhir yang dipertahankannya dengan susah payah pada akhirnya lenyap juga. Ia melihatnya, Bekas tinta berwarna merah delima yang tertinggal pada salah satu jarinya itu memberi jawaban. Mengartikan bahwa rumah peninggalan kedua orang tuanya sudah bukan miliknya lagi.
Setitik harapannya lebur kembali, perlahan awan hitam dihatinya mulai menggumpal sedikit demi sedikit. Rasa dingin sungai di bawah sana agaknya lebih menarik perhatian.
Hyunso tidak tahan, mata cantiknya memberi jalan pada sebulir air bening untuk melolos dengan lancar. Dada sesaknya mulai terasa panas, samar-samar wajah ayah dan ibunya mulai muncul diingatan. Gadis berpupil teduh itu pada akhirnya terisak menahan derita seorang diri. Ia meringkuk kedinginan, gaun putih selutut itu sama sekali tidak memberi kehangatan.
Tangan mungilnya menggenggam erat sebuah liontin kecil yang melingkari leher jenjangnya. Permata biru laut peninggalan seorang Tuan tidak bernama yang pernah ditemuinya dua belas tahun yang lalu---tepat saat usianya delapan tahun. Dirinya pun belum mengetahui alasan tuan tersebut memberinya benda berkilau itu.
Memori penuh dilema benar-benar membuatnya letih. Dikatupnya mata segera, dengan kelopak yang turun dengan lemah gemulai tak mampu. Pejaman lelap itu menenangkan hatinya sementara, harap-harap ada hal indah di alam mimpi. Namun, dinginnya aspal kembali mengusik rasa pada kulit, bibirnya bergetar kecil dengan rona yang perlahan berubah pucat.
Secara tiba-tiba seberkas cahaya tajam menerawang dalam penglihatannya yang belum terbuka. Entah benda beroda milik siapa itu, warna hitamnya hampir samar di malam yang telah tiba. Sementara itu, ketukan-ketukan langkah kaki secara perlahan terdengar mendekat, membawa presensi seseorang yang bukan lain ialah pemilik mobil Jeep beroda besar itu.
Hyunso mengernyit dengan mata sipit kesilauan. Hingga cahaya terang itu dihalangi oleh pria tinggi yang berjongkok tepat di hadapan wajahnya. Keheranannya mulai menduduki puncak teratas, namun kondisi fisiknya berkata lain. Dalam hitungan detik, Hyunso pingsan di tempat.
Bersambung...
Selasa, 9 Mei 2023
Tinsf__
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND LIES
FanfictionHyunso mengagumi pria itu, seseorang yang telah membawanya keluar dari keterpurukan. Namun kadangkala Hyunso sedikit bingung dengan semua perlakuan baik yang ia dapatkan tanpa sebuah alasan jelas, perlakuan yang selalu membuat batinnya bertanya-tan...