17 | Selamat dari marabahaya

2.7K 379 31
                                    

Adira nampak lemah tak berdaya, karna bantingan itu cukup keras membuat mulut Adira mengeluarkan darah segar, tetapi gadis ini tetap kuat. Karna ini adalah resiko yang harus ia terima.

Saat kuntilanak itu mencekik Satya, sampai Satya kesakitan dan sulit bernafas, Adira mencoba mengalihkan kuntilanak tersebut.

"Ka--kalau lo berani lawan gue!!" ucap Adira yang masih merasakan sakit luar biasa akibat bantingan keras itu

Kuntilanak itu menoleh pada Adira dengan mata yang membulat besar pertanda bahwa ia sangatlah marah, ia menghentikan kegiatannya mencekik Satya lalu kemudian ia menghadapkan dirinya ke hadapan Adira.

"Rupanya kamu masih berani menantangku?"

"Gladis aku tau kalau sebenernya kamu itu sosok yang baik,kamu harus bisa keluar dari iblis jahat itu. Dia nguasain kamu buat jadi arwah yang jahat"

"Hihihihi gadis manis kamu tidak akan bisa mengelabuiku hihihi"

"Aku tidak sedang mengelabuimu,aku bicara fakta! Kalau kamu ingin tenang di alam sana, berhenti jadi budaknya nyi sihir,gladis kamu harus kembali ke alammu dengan tenang. Apa kamu mau melihat ibumu semakin menderita dengan kamu yang seperti ini?"

"Ibu?" Seketika kuntilanak itu nampak menunduk bersedih ketika Adira mengatakan prihal ibunya.

"Iya gladis,ibu kamu masih hidup,dia jadi wanita tak waras dan di bawa ke rumah sakit jiwa. Setiap hari dia menyebutkan namamu,berharap kamu berada di sampingnya dan memeluknya. Apa kamu tidak merindukan ibumu?"

"JANGAN IKUTI DIA GLADIS,IBUMU SUDAH TIADA! JUGA YANG MEMBUNUHMU MASIH HIDUP,MEREKA ADALAH ORANG-ORANG YANG TERLIBAT DALAM PEMBUNUHANMU" Iblis itu terus mempengaruhi gladis dengan fitnah yang ia lontarkan agar gladis terpengaruh ucapannya.

"Dia bohong gladis, ibumu masih hidup. Aku akan menunjukan dimana ibumu, tetapi tolong lepaskan aku dan satya. Satya ataupun aku tidak terkait dalam urusan pembunuhan itu, yang membunuhmu sudah tertangkap pihak berwajib. Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dari membunuh satya, ia tidak akan hidup bersamamu di alammu. iblis itu membodohimu gladis!"

"TIDAKKKKK JANGAN DENGARKAN DIA GLADIS, KEMBALI PADA TUJUANMUUUUU"

Gladis semakin memperlihatkan wajah marahnya, iblis itu mempengaruhi Gladis dan terus menerus memutar pikiran Gladis, hingga Gladis menjadi arwah yang mengerikan. Seketika Gladis yang yang wujudnya menjadi kuntilanak kini berubah menjadi sosok tinggi besar seperti raksasa, dengan mata yang merah dan tawa'nya yang menggelegar.

"LEPASKAN GLADIS DARI PERANGKAPMU IBLIS JAHAT!!!" Adira bangkit dan berdiri menantang

Sementara disana Aatya nampak lemah karna lehernya terasa sangat sakit hingga membuatnya sulit berbicara.

"SAYA TIDAK AKAN MELEPASKANNYA, DIA ADALAH BUDAK DAN SELAMANYA AKAN MENJADI BUDAK SAYA HAHAHAHAHAHAHA!!!"

"Kalau kamu tidak mau melepaskannya, maka aku yang akan melepaskanmu paksa darinya!"

"Silahkan saja jika kamu berani haahahaha"

Adira menarik nafasnya perlahan, ia menutup matanya perlahan lalu berdoa dalam hatinya "Yatuhan bantu aku untuk bisa mengalahkan iblis ini" Gumamnya lalu mengangkat tangannya hendak berdoa sesuai keyakinannya

"HAHAHA KAMU TIDAK AKAN BISA MENGALAHKAN AKU MANUSIA BODOH!!!"

Adira terus mengucapkan doa, ia memberanikan diri membaca doa-doa yang ia ketahui bisa mengusir iblis yang berada dimanapun, dan sejahat apapun. Karna tidak ada kekuatan yang lebih besar, selain kekuatan doa.

Tiba-tiba sosok baik yang selama ini melindungi Satya kini berada di samping Adira, membantu Adira menghadapi iblis itu.

"Tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan Allah Swt. Mundurlah nak, biar kakek yang bertarung dengan iblis jahat itu"

Adira mengangguk paham, ia segera mengangkat tangannya untuk berdoa sesuai keyakinannya. Sementara sang Kakek berdiri di hadapan iblis jahat itu dengan memegang tasbih yang slalu menjadi kekuatannya.

"Tidak ada sesuatu apapun yang ada kecuali dia adalah ciptaan Allâh Azza wa Jalla yang berasal dari kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala, KEMBALILAH KE ASALMU IBLIS TERKUTUK!!!"

Kakek membacakan dzikir, dan doa-doa tertentu. Adira membantu di belakang membaca doa yang sesuai dengan keyakinannya. Angin berhembus semakin kencang, iblis itu nampak kepanasan.

"TIDAKK!!!! PANASSSSSSSSSSSSSSSS!!! BERHENTIIIIIIIIIII"

Iblis itu terus berteriak sekeras mungkin, tetapi Adira perlu mempererat kekuatan doanya agar tidak goyah.

Seketika angin itu terhenti. Wujud iblis itu tlah tiada, Adira membuka matanya perlahan, kakek yang menjadi pelindung Satyapun menghilang.

Kini yang ada di hadapannya hanya arwah Gladis yang sesungguhnya, wajahnya tak lagi menyeramkan. Gladis memang sosok yang cantik meskipun tlah menjadi arwah.

"Terimakasih telah membantuku keluar dari perangkap iblis itu, katakanlah dimana ibuku berada?"

"Ibumu berada di rumah sakit jiwa sebrang desa, temuilah ibumu gladis. Semoga setelah itu kamu tenang di alam sana"

Gladis tersenyum lirih, lalu segera menghampiri Satya dan menyembuhkan luka yang Satya derita akibat cekikannya tadi. Setelah itu ia menghilang begitu saja.

"Dir gua sembuh? Ini leher gua sembuh?" Satya melohok tak percaya.

"Udah deh sat mulai sekarang lo tuh kuatin iman lo jangan sampe yang kaya gini terulang lagi! Gue hampir mati tau gak kalau gak ada mendiang almarhum kakek lo tadi yang bantu gue, guekan gak sekuat itu imannya. Lo tau sendiri kalau gue juga penakut"

"Ya udah tau penakut ngapain coba so-soan kesini?"

"Yakan gue penasaran juga, Astaga Lilly! Gue baru inget Lilly dalam bahaya--sat kita harus buru-buru pergi" Adira menarik Satya untuk buru-buru pergi, tetapi Satya malah memeluk Adira erat

Cup!
Dengan beraninya Satya mencium pipi Adira, tetapi dengan cepat Adira melepaskan pelukan Satya, "Lo gila kali di hutan gini nyium pipi gue! Ketemu pocong mampus lo!" Pekik Adira

"Jangan bawa-bawa nama itu dir ih!"

"Yaudah buruan kita pergi dari sini" Tetapi Adira nampak lemah tidak begitu kuat untuk berjalan cepat, "Sat bantu gue jalan kenapa, malah diem aja!"

Satya tersenyum lirih, lalu kemudian berjongkok di hadapan Adira "Ayo naik tuan puteri, kereta kencanamu ini sudah datang" Lirihnya

"Apaan sih lo LEBAY, kereta kencana pala lo burem!"

"Yaudah ayo naik,mau cepet sampe gak sih ayang?"

Adira segera naik ke atas punggung Satya, akibat perlakuan Satya yang seromantis itu menyebabkan Adira tersenyum kikuk malu-malu karna saat ini wajahnya menyender di pundak Satya dan Satya dengan tangguhnya menggendong Adira tanpa mengeluh lelah sedikitpun.

SIHIR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang