PART 3

266 12 11
                                    

Aku bernafas dengan lega saat ujian diberitahukan dan aku lulus. Fiuh !

Aku mengoreksi pakaian-ku dari atas hingga ujung kaki-ku. Hari ini, kelas 12 akan mengadakan perpisahan. Aku tersenyum puas dengan hasih dandananku. Aku gak terlalu suka dandan, tapi ini buat memperlihatkan pada Fian. Hehehe...

Aku memasuki ruangan ini, tempat ini lebih mirip club. Suara riuh dari Dj terdengar di telingaku. Aku lupa untuk membawa penutup telinga.

" Hai. ", spontan aku membalikan tubuhku dan tersenyun melihat Fian.

" Hai. ", kataku, aku agak risih dilihat seperti itu.

" cantik. ", katanya yang membuat pipiku merah tomat.

" Makasih. Kau juga ", kataku. Aku tidak bohong. Dia memang cekep 2× lipat dari biasanya.

Fian melingkarkan tanganya di pingganku dan itu membuatku merinding senang. Banyak tatapan mata yang melihat ke arah kami.

Aku risih, sungguh. Dilihatkan seperti itu membuatku takut. " Kamu tidak perlu malu ", katanya. Dan itu membuatku makin cinta .

" Woah, woah ! ", kata teman-teman Fian-- Rick, Kras, Tylor, Derek, Resn, Jass.

" Cewe lu, bro ? ", tanya  Rick- yang dikenal 2× lipat lebih playboy. Mereka sih cogan semua. Tapi, yang bisa membuatku terpesona tanpa ampun -- Fian.

Fian mengangguk dan semakin mempererat pelukan di pinggangku. Setelah lama kami disini, Fian mengajak-ku jalan-jalan.

Drtt...drtt...drtt...

Deringan ponsel milik Fian membuatnya melepaskan gandengan-nya. Aku harus ikhlas.

" Hallo... hah ?... bagaimana bisa ?.... baiklah... tunggu aku disana... ", Aku dibuat penasaran oleh Fian.

" Ada apa ? ", tantaku penasaran.

" Aku akan antar pulang kamu. Aku harus ke rumah sakit. Maaf, penyakit ayahku kumat lagi. Maaf ", katanya dan berhasil membuatku tertegun.

" Gak usah dianterin. Keselamatan ayah kamu jauh lebih penting ", kataku.

" Trimakasih. Kau memang wanita paling baik yang pernah kutemui setalah ibuku ", kata Fian yang membuatku tersenyum.

Hari demi hari sudah kulewatan. Dan setelah Fian pergi saat acara perpusahan itu, aku tidak melihatnya lagi. Aku kecewa, sangat kecewa. Bagaimana kalau Fian telah memiliki wanita baru ? Aku segera menghilangkan pikiran buruk-ku.

Drtt...drtt...drtt...

Aku membuka ponselku. Senyumanku kembali terukir di wajahku.

" Hallo ? Kau dimana ? Kenapa tidak menghubungi-ku ? ", kataku kesal.

" Hallo ? Kenapa diam saja ? ", kataku makin kesal.

" ehm, alice, ada yang ingin aku bicarakan. ", kata Fian to the point.

" Baiklah. Dimana? ", kataku.

Suasana canggung. Ya, hanya itu yang bisa di diskripsi-kan.

" Ada apa? ", kataku memuai pembicaraan. Aku lihat Fian seperti sibuk mencari jawaban.

" Fi, ada apa ? ", kataku mulai bingung akan sikapnya.

" Aku... Aku harus pergi ".

Aku tertunduk lemas. Air mataku tidak bisa tertahan lagi.

" Maaf. Ayahku harus berobat di Inggris. Tapi aku janji. Aku akan balik Ke Indonesia dengan status sendiri. Aku janji. ", katanya.

" Tap-- "

" Boleh aku mencium-mu untuk terakhir kalinya kita bersama. ", katanya dan aku mengangguk pasrah.

Cup !

Fian mencium bibirku. Air mataku kembali mengalir. Fian menyudahi aksi ciuman kami.

" Sudah. Ku harap, kita akan ketemu lagi. ", katanya sambil tersenyum hangat dan menciumku lagi. Aku segera melepas ciuman itu.

" Kau... kau membuatku gila ", katanya.

TBC

:)

MORNING SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang