Dua Puluh Tiga

491 125 100
                                    

Cindy dan Nia bertemu di salah satu kafe yang terletak di depan rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cindy dan Nia bertemu di salah satu kafe yang terletak di depan rumah sakit. Kebetulan kafe itu sedang sepi pengunjung, mungkin karena gerimis yang tak kunjung reda sejak tadi sore, membuat orang-orang malah untuk keluar rumah.

Cindy dan Nia memilih duduk di salah satu meja paling belakang. Namun, baru saja menarik kursi, suara lonceng dari pintu kafe membuat mereka menoleh kompak.

"Ngapain dia ke sini?" tanya Nia heran saat mendapati suara lonceng tadi disebabkan oleh adiknya yang memasuki area kafe.

Sedangkan Cindy hanya terdiam sambil menatap cowok berhoodie hitam itu berjalan ke arahnya.

"Sori, telat," kata Ken sambil menyengir lebar.

Cindy tidak menjawab, dia kembali menarik kursi dan segera mendudukinya. Astaga, kenapa jantung Cindy berdebar lagi?

"Lo ngapain di sini?" tanya Nia setelah duduk di kursinya juga.

"Belajarlah," jawab Ken sambil menurunkan tas yang digendongnya sejak tadi. Cowok itu kemudian duduk tepat di sebelah Cindy.

"Hah? Gue nggak salah denger nih?" Nia sampai terheran-heran sendiri, melihat adiknya mendadak jadi rajin.

Ken tersenyum lebar lalu mengangguk. Dia kemudian mengambil sebuah buku tulis dan alat tulis dari dalam tasnya.

Sementara Cindy, punya masalah baru sekarang. Tidak tahu kenapa, Cindy merasa kesulitan untuk berhenti menatap senyum manis yang Ken pancarkan setiap saat.

Apalagi kalau cowok itu tiba-tiba menopang dagu lalu menoleh dan tersenyum kepadanya. Jantung Cindy seperti hampir meledak saat itu juga. Entah ini hanya perasaan Cindy saja atau memang Ken yang sekarang terlihat semakin ganteng?

Satu jam belajar bersama Ken dan Nia, terasa seperti satu abad lamanya. Susah payah Cindy berkonsentrasi pada setiap penjelasan yang Nia berikan, tapi hanya bertahan beberapa menit. Setiap Ken ikut menyahut atau membuat gerakan tertentu, konsentrasi Cindy langsung buyar.

Sial. Tidak mau lagi Cindy belajar bersama Ken. Titik.

"Gimana, Cin? Ada lagi yang mau lo tanyain?" Suara Nia mengalihkan perhatian Cindy.

"Oh, kayaknya udah semua, deh." Cindy hampir gelagapan, tapi untungnya dia berhasil mengatasi hal itu dengan membolak-balikkan bukunya.

"Oke. Kita pesen makan, yuk. Laper gue," ucap Nia kemudian bangkit berjalan menuju meja kasir.

Sedangkan Ken, malah menoleh kepada Cindy.

Unperfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang