Cindy menyumbat telinganya dengan earphone, kemudian memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri di atas kasur. Suara Dini dan Kayla masih terngiang karena sejak jam istirahat berakhir kedua sahabatnya itu tak lelah berceloteh tentang kejadian di kantin. Mereka seperti orang tidak waras ketika mendengar kabar kalau cowok yang disebut sebagai pangeran sekolah itu, dihajar oleh Raja. Heboh menggunjing Raja yang menurut mereka terlalu berlebihan. Untuk kalimat terakhir, Cindy setuju dengan teman-temannya, walaupun ia tidak menampakkannya secara langsung.
Cindy menghela nafas berkali-kali, lalu otaknya memutar ulang saat Ken berkata akan mengungkap satu fakta menarik tentang Raja. Kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya itu bukan sebuah omong kosong belaka. Raja bahkan sampai memukul Ken karenanya.
Tapi, memangnya Ken siapa sampai tau rahasia Raja? Teman-temannya di klub basket pun bahkan nggak akan tau banyak perihal cowok dingin itu. Raja sangat tertutup dan Cindy cukup tau diri kalau ia tidak bisa melakukan apapun dengan hal itu. Jadi, siapa Ken sebenarnya? Kenapa juga Raja harus semarah itu dengan Ken? Kenapa pula harus Ken yang tau rahasia itu?
"Aish!" Cindy menarik kedua earphonenya dengan kasar. Tentu saja kesal karena dia jadi kepikiran terus dengan cowok paling menyebalkan di sekolahnya itu.
"Ya ampun, Cindy! Mama kaget tau. Kirain kamu sudah tidur." Cindy sampai tidak sadar kalau Mama ada di dalam kamarnya, sedang merogoh-rogoh isi tasnya seperti mencari sesuatu.
"Mama nyari apa?" tanya Cindy setelah mengubah posisinya menjadi duduk.
"Salep yang tadi pagi Mama titip ada dimana ya? Kamu nggak lupa beli, kan?"
Cindy menepuk jidatnya sendiri, ia lupa kalau salep itu sudah diberikan kepada Ken. Bertambah lagi kekesalannya karena kembali memikirkan cowok itu.
Ia kemudian menyengir lebar di depan mamanya. "Cindy beliin besok ya, Ma," sahutnya. Untung Mama Cindy itu sabar, tidak seperti dirinya yang bersumbu pendek.
***
Ken melangkah masuk ke dalam rumah dan segera menuju ke kamarnya, ingin secepatnya membasuh tubuh dan tentunya memakai salep pemberian dari Cindy.
"Widih, jadi jagoan lo sekarang."
Ken terperanjat kaget mendengar suara yang menyapanya, "Kak Nia? Kok lo di sini?"
"Kan ini rumah gue juga," sahut Nia santai.
"Nggak kuliah?"
"Papa yang nyuruh, tadi gue abis belajar tentang manajemen di rumah sakit. Kan semester depan gue magang di sana."
"Oh." Hanya itu respon yang Ken berikan.
Nia memandang Ken dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seragamnya kotor, rambutnya berantakan, serta ujung bibir yang memar dan berdarah sukses membuat Ken terlihat seperti gembel.
"Kenapa muka lo? Abis berantem sama siapa? Pasti gara-gara cewek ya?" tanyanya bertubi-tubi.
Ken membuang nafas panjang, "Kepo ya lo. Gue mau mandi dulu deh. Capek."
"Dih." Nia melangkah mendekat, "Pinjem hp dong. Mau hotspot," pintanya kemudian.
"Kan ada wifi."
"Lagi gangguan sejak gue dateng. Buruan dah gue banyak tugas nih," desak Nia tak sabar.
Dengan setengah hati Ken memberikan ponselnya, "Jangan dibuat main youtube," ucapnya memperingati.
"Kalo buka netflix boleh, kan?" Ken baru saja membuka mulut untuk protes, tapi Nia sudah melesat cepat masuk ke dalam kamar. Ujung-ujungnya, ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kakaknya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Princess
Ficção AdolescenteTebak semua teka-teki dalam cerita ini dan temukan tokoh antagonis yang sebenarnya! Rank #1 puimek (21/07/20) #6 nanon (06/09/20) #4 jane (03/10/20) #23 ceritasma (03/12/20) #24 coldgirl (8/05/21) Ps: mohon maaf kalau chapter awal tulisan masih belu...