"APA? LO NGEJAUHIN CINDY?"
Clay berbalik. Dia beralih dari kanvas yang sedang dia lukis pada Ken yang bersandar di sofa belakangnya. Mereka berada di studio khusus di rumah Clay, yang hanya Clay gunakan jika dia ingin melukis dengan tenang.
Beberapa menit yang lalu, Ken datang secara tiba-tiba. Menerobos masuk ke dalam ruangannya yang sunyi dan memberi kabar yang tak tahu harus Clay tanggapi seperti apa.
Ken mengangguk. Dia kemudian melonggarkan dasi seragamnya dan merebahkan diri di atas sofa empuk itu.
"Jangan tidur. Lo harus jelasin ke gue, kenapa lo bisa ngejauhin Cindy." Clay tidak bisa menahan rasa penasarannya yang kini meningkat pesat.
"Capek, Clay. Gue mau istirahat dulu. Jalanan panas banget tadi," jawab Ken serak. Lengan kanannya sudah menutupi sebagian wajahnya, bersiap untuk tidur.
Clay bangkit berjalan mendekati Ken. Memandangi wajah sahabatnya yang tak terlihat karena tertutup lengan. Pandangannya kemudian beralih pada tas Ken yang tergeletak begitu saja di ujung sofa, lengkap dengan ritsleting yang terbuka separuh karena Ken sempat mengambil ponsel sebelumnya.
"Makan dulu sana biar lo nggak sakit," kata Clay sambil meraih tas Ken, ingin menutupnya dan meletakkannya di tempat yang aman. Namun saat menyentuh kepala ritsleting, Clay tertegun melihat sebuah kotak berisi remahan bolu kukus di dalamnya.
Sampai terdengar suara dengkuran halus, barulah Clay tersadar dan kembali melanjutkan gerakannya untuk menutup tas Ken.
"Dasar, pelor. Baru nempel udah molor," cibir Clay melihat Ken yang tampaknya sudah tertidur. Dia lalu berjalan keluar meninggalkan Ken yang tertidur pulas di sana.
***
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang selalu berhiaskan awan mendung, hari ini tampaknya matahari sedang percaya diri menunjukkan sinarnya. Terlihat dari bagaimana terik yang menyapa meski baru jam setengah delapan pagi.
Bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, tapi Ken belum bisa mengikuti pelajaran yang tengah berlangsung. Alih-alih berada di ruang kelas, Ken justru duduk di atas kursi sidang di ruang BK.
"Jadi, kenapa kemarin kamu bolos pembinaan olimpiade?" tanya Pak Ali dengan nada yang tenang, tapi terdengar menyeramkan.
"Maaf, Pak." Hanya itu yang bisa Ken ucapkan.
Memang benar, kemarin Ken tidak ikut pembinaan olimpiade dan langsung tancap gas menuju rumah Clay. Hanya untuk curhat tentang hubungannya dengan Cindy yang kini terasa jauh.
Namun, nyatanya sebelum ajang curhat itu berlangsung, Ken malah mengantuk dan tertidur di studio tempat Clay biasa melukis. Tak tanggung-tanggung, dia bahkan baru bangun saat matahari sudah hampir tenggelam sepenuhnya. Itupun karena Tio yang tiba-tiba datang dan membangunkannya karena hari sudah hampir larut.
"Bapak tanya kenapa kamu bolos, bukan nyuruh kamu minta maaf," ujar Pak Ali tegas, membuyarkan lamunan Ken. Bisa-bisanya dia melamun di saat-saat seperti ini.
"Bapak tahu kamu itu pintar, tapi kamu juga harus tahu, kalau olimpiade ini bukan tempat untuk main-main."
Ken sedikit menunduk, mendengarkan teguran dari sang guru BK.
"Ini peringatan pertama buat kamu, Kenzo. Kalau sampai kamu ulangi lagi, kemungkinan Pak Dani akan mencari pengganti untuk posisi kamu di olimpiade ini."
Ken hanya bisa mengangguk pasrah. Setelah mendengarkan serentetan ceramah dari sang guru BK, akhirnya Ken diizinkan untuk kembali ke kelas.
Selepas keluar dari ruangan full AC alias ruang BK, mendadak Ken merasa ada yang aneh dengan badannya. Ken yakin matahari bersinar dengan terang, tapi dia malah kedinginan dan kepalanya mendadak terasa berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Princess
Teen FictionTebak semua teka-teki dalam cerita ini dan temukan tokoh antagonis yang sebenarnya! Rank #1 puimek (21/07/20) #6 nanon (06/09/20) #4 jane (03/10/20) #23 ceritasma (03/12/20) #24 coldgirl (8/05/21) Ps: mohon maaf kalau chapter awal tulisan masih belu...