Empat Puluh Lima

48 10 2
                                    

Cindy, Ken dan keempat teman mereka bergantian memainkan segala jenis permainan yang ada di timezone. Permainan yang paling banyak menghabiskan waktu mereka adalah Street Basketball. Ken, Arka dan Gilang menyukai permainan itu, sampai-sampai Kayla harus memarahi mereka agar mau pindah ke permainan yang lain.

Mereka lalu berpindah ke mesin capit boneka. Sialnya belum ada yang berhasil mendapatkan boneka di mesin itu. Cindy bahkan memukul tuas kendali saking kesalnya.

"Ngepump aja yuk," ajak Kayla yang langsung disetujui teman-temannya. Mereka segera bergegas menuju permainan Pump It Up, kecuali Cindy yang masih memandang sesuatu di dalam mesin capit.

"Gue pengen boneka minionnya," gumam Cindy sebal. Dia masih ingin memainkan mesin capit itu, tapi teman-temannya sudah pergi ke permainan lain.

Ken menyadari kalau Cindy tidak ada di sekitarnya. Dia kemudian menengok ke tempat mesin capit yang mereka mainkan sebelumnya dan memperhatikan Cindy dari jauh, sedang mengetuk-ngetuk kaca mesin capit, kemudian baru beranjak dengan muka cemberut.

Ken terkekeh pelan sambil membatin, imutnya..

Di depan mesin Pump It Up, Kayla, Dini, Arka dan Gilang bergantian bermain. Cindy tidak bisa ikut karena takut kakinya akan sakit, sedangkan Ken memang tidak tertarik untuk memainkannya. Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah kursi panjang di sebelah permainan.

"Tuan Putri nggak haus?" tanya Ken membuka percakapan.

"Lumayan," jawab Cindy singkat.

"Beli minum yuk, buat temen-temen juga, mereka pasti haus," ajak Ken.

"Nggak mau," tolak Cindy mentah-mentah. Jelas saja, mana mau dia berduaan lagi dengan Ken. Takut nanti bertemu anak Tunas Bangsa yang sedang berseliweran di sini.

Ken tidak banyak protes. "Yaudah kalau gitu lo tunggu sini ya," pesannya.

"Emangnya lo bisa bawa enam minuman?" Melihat respon Ken, Cindy merasa tak enak sendiri.

"Gue pikirin nanti deh gimana cara bawanya," sahut Ken enteng.

Cindy malah jadi makin tak tega pada Ken. Kenapa cowok itu baik sekali?

"Gue ikut deh," ujar Cindy akhirnya. Ken langsung sumringah. Lesung di kedua pipinya tercetak jelas di wajahnya, membuat cowok itu terlihat lebih mempesona.

Mereka berdua kemudian keluar dari area timezone menuju salah satu stan minuman terdekat. Mereka duduk sambil menunggu pesanan dibuat.

"Gue kira lo nggak akan suka main di tempat kayak gini." Ken membuka topik obrolan.

"Dulu emang nggak suka sih, tapi karna Kayla dan Dini sering main di sini, lama-lama gue terbiasa dan akhirnya suka juga."

Ken diam sebentar, seperti berpikir. "Berarti kalau terbiasa bareng gue terus, lama-lama bisa suka juga dong?" tanyanya iseng.

Cindy melotot. "Nggak lah," protesnya cepat membuat Ken tertawa kecil.

"Gue juga nggak suka main di timezone," ucap Ken.

"Terus kenapa lo mau diajak main ke sini?"

"Karna ada Tuan Putri," jawab Ken tanpa ragu. "Gue suka semua tempat yang ada elonya"

Cindy langsung membuang muka. Dia mati-matian berusaha menahan rasa salah tingkahnya.

Jangan baper, dia cuman gombal, batin Cindy memperingati dirinya sendiri. Dia berusaha mengatur ekspresi wajahnya senormal mungkin.

Tak lama kemudian minuman yang mereka pesan sudah siap. Mereka lantas mengambilnya lalu kembali ke timezone.

"Wah thank you," ucap Dini menyambut minuman yang diberikan Cindy.

Unperfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang