(9) Serba Salah

1K 124 18
                                    

Pluem tidak habis pikir sama tingkahnya Chimon akhir-akhir ini. Bukannya tidak senang, hanya saja rasanya aneh ditempelin terus kemanapun.

"Bukannya bentar lagi kamu ujian akhir kelulusan?"

Chimon ngangguk, masih nyender nyaman dibahu Pluem.

"Gak belajar?"

"Ini kan lagi belajar"

Ucap Chimon cuek. Memang sih, mereka sekarang bisa dikatakan sedang belajar. Tapi Pluem jadi tidak leluasa menyelesaikan ketikan jurnalnya, karena bahunya terus disandari kepala Chimon. Bahkan lengannya digelayuti manja.

"Dulu kakak banyak ngerjain soal latihan. Gak cuma baca-baca doang kaya yang kamu lakuin sekarang"

"Males"

"Gak boleh gitu"

Sebuah sentilan Chimon dapatkan dijidat berponinya.

"Kakak kenapa sih? Aku kan lagi kangen sama kakak"

"Aneh aja, gak biasanya nempelin kakak terus, biasanya Nan--"

"Shut up! Aku pacar kak pluem, wajar dong kalo aku nempelin kakak terus"

"Kamu juga sering nempelin nanon, apa itu artinya kamu juga pacar nanon?"

"....Kakak ko ngomongnya gitu"

Padahal Chimon lagi berusaha buat berubah. Mengubah kebiasaan lamanya. Mata dan hatinya hanya ingin dia isi Kak Pluemnya saja. Tapi kok disudutkan seperti ini malah bikin hatinya sakit?

Tidak ingin menangis didepan Pluem, Chimon perlahan bangkit, membereskan buku-bukunya yang berserakan diatas karpet lantai kamar Pluem.

"Mau kemana?"

"Aku mau pulang aja Kak. Dari pada aku disini cuma bikin Kakak repot"

"Engga repot. Jangan ngambek. Oke, kakak minta maaf kalo omongan kakak sebelumnya bikin kamu tersinggung. Sini duduk lagi"

Pluem memegang tangan Chimon yang sudah berdiri disebelahnya.

"Engga ko, aku sadar diri aja. Walaupun gak disinggung juga aku tau kalo aku salah"

"Mon..."

"Gak apa-apa Kak, lagian aku mau belajar di Rumah aja, biar lebih konsentrasi hehe"

Hehehe padahal pengen nangis :"

Tanpa melihat respon dari Pluem, Chimon langsung pergi meninggalkan Kamar. Yang ditinggal hanya bisa menghembuskan nafasnya prustasi.

"Capek juga punya pacar yang pikirannya masih bocah"

ʕ•ﻌ•ʔ

Menuruni anak tangga dengan langkah tergesa, Chimon hampir saja terpelesat kalau saja seseorang tidak memegang lengannya dengan cepat.

"Tadi itu hampir aja, lain kali kamu harus hati-hati Mon. Eh kamu nangis?"

"Ng-ngga apa-apa Dad"

Tay menatapnya curiga. Ingin bertanya lagi namun enggan membuat suasana hati anak sahabatnya itu semakin buruk.

"Palingan berantem"

Kata nanon yang baru saja melewati mereka dari arah dapur ke Ruang keluarga, kemudian duduk disana sambil menonton televisi.

Chimon sempat meliriknya sinis.

Nanon sih sudah masa bodo. Kepalang capek akibat penolakan Chimon beberapa hari ke belakang. Sahabat kesayangannya itu kerap menghindar saat ingin didekati.

CONFUSED (NanonChimonPluem)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang