Krek...
Krek...
Krek...
Bunyi putaran kipas kamarku yang tak bagus lagi, anginya juga kurang kencang...
Ia terus saja berputar...
Ini hari keempat oktober, lampu kamarku masih mati, masih gelap, yang terasa hanya angin dari kipas yang sedikit menerbangkan rambutku...
Seharian aku belum kelur dari kediamanku, aku cuma sibuk memandangi kipas dalam gelap dan mengeluarkan suara di depannya, lalu suaraku terdengar seperti aaaauuuaaaa, ooooooeeeaaaaaoooo...
Hahahahhaha...
Aku senang...Perlahan mulai kudengar sayup suara anak keempat, suaranya agak sedikit pelan, mungkin diluar hujan tapi tak deras...
Lagi-lagi hujan memang susah mengharapkan kemarau di akhir tahun...
Sama halnya ingin melihat telinga sendiri tanpa kaca...Sajauh ini cuma kemarin yang beruntung, bahkan tak sedikitpun basah sampai sepertiga malam tadi...
Tapi, kenapa liburku di basahi???
Aku sudah muak terkurung dalam kamar...
Aku ingin berjalan ke luar...
Aku ingin lagi menjamah cakrawala seperti lekuk senja yang kemarin dan seperti memandangi nirwana yang tampak sayu melambai di pelupuk mataku yang perlahan mulai terbawa suasana fana merah jambu di akhir pekan kemarin...
Aahh...
Badanku sakit...
Gerakku terbatas...
Kakiku enggan memulai hari biru kelabu di hujan sore ini...
Kamarku masih saja gelap...
Diluar masih saja hujan, sepertinya begitu...
Perlahan ku mulai paksa sukmaku yang menggerutu bergerak keluar kediamanku, keluar dari kamar almahera 2×3 katanya...Krrooeekk...
Krrooeekk...
Hahahahaha...
Bunyi perutku...
Aku lapar...
Eh, hujannya sudah teduh...
Pikiranku konyol...
Aku berpikir hujan takut karena aku sudah terbangun dan keluar dari kamarku...
Hahahaha...
Hujannya kabur...
Taman almaheraku senyum lagi...
Langit sebelah kananku mencuat mentari...
Yang seakan mau manunjukkan eloknya juga ke pelupuk mataku...
Mengiris retinaku...
Memekarkan bunga taman almahera...Disini lagi-lagi kududuk didepan teras yang lumayan basah...
Kulihat sapu sedang menyender di tiang sebelahku...
Percuma saja, sampahnya basah...
Lalu...
Kubungkus kabar sajakku dengan kata yang rancu sembari menunggu tombol rice cooker bebunyi dan pindah ke atas, ku lantunkan melodi sajak kabar alamahera sedikit basah...16.53 bentuknya seperti ranum cahaya bulan malam tadi sedikit tertutup awan...
Melarungkan sebuah ingin yang tak kunjung menerpa dedaunan batang kayu itu...
Sayup kudengar suara burung yang lalu lalang mencari mkan setelah usai hujan 4 oktober...
Dan lembayung senja menghantarkan pada sebuah nirwana...Kata-kataku kurang puitis...
Hidupku dramatis...
Kusam bak pengemis...
Yang berujung pada tinta merah dibarisan tulisan berwarna hitam, bentuk nya seperti secuil luka yang menganga di sebuah sosok yang tampak tragis...
Miris...
Memang miris...
Senggamaku berubah sejak itu...
4 oktober melukaiku...Hari ini minggu...
Hampir saja kelabu...
Ada sebuah kata rindu...
Ada sebuah kata belenggu...
Yang menjilat sebuah raga pada insan...
Setelah ini ada november...
Aaahh...
Disana ada 19 berdarah...
Tunggu saja...
Lukanya masih menganga...
Lalu...
Harus aku apakan luka ini???
Katanya ada yang sedang mengaturnya...
Dan katanya aku harus menunggu...
Dan katanya lagi sebentar lagi luka itu akan hilang...
Katanya...
Aku percaya...Sampai jumpa...
Oh, iya malam tadi malam minggu kelabuku yang keseribu...Padang, 04 november 2020
Nomaden_human.