BAB 28

596 52 2
                                    

BAB 28

Tertawa bukan berarti bahagia. Karena bahagia tidak butuh pura-pura.”--Laughter Scares Me

Seseorang masuk ke dalam gudang untuk mencari bangku yang akan di benari. Namun melihat sosok Nara yang tergeletak pingsan membuatnya harus menolong terlebih dahulu. Dibawanya Nara ke UKS untuk mendapatkan perawatan.

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Nara mengerjapkan mata. Nara terkejut saat tahu dirinya terbaring di ranjang UKS bersama seseorang yang menemani.

"Satria," panggil Nara.

Satria tersenyum dan langsung mengambilkan teh hangat yang sengaja dibuatnya tadi. "Minum dulu," titah Satria.

Nara mengubah posisinya menjadi duduk lalu meminum tehnya. "Makasih ya," balas Nara.

"Sama-sama," ujar Satria. Akhirnya ia bisa bersama perempuan yang selama ini disukainya. Benar-benar tidak ada keberanian untuk mendekati Nara, hingga pada akhirnya Satria melihat Nara dengan Aksel berpacaran.

Nara memijat kepalanya yang pusing. Kejadian di gudang membuat Nara berpikir sekaligus takut. Apa kali Nara harus meninggalkan Aksel?

"Kenapa Nar? Perlu aku ambilin obat?" tanya Satria khawatir. Nara menggeleng.

"Gak pa-pa Satria. Mungkin ini kecapean aja." Sengaja Nara mengatakan itu agar masalah ini tidak membuat masalah baru.

"Emm, Sat, aku boleh minta tolong?" tanya Nara.

"Apa?"

"Tolong ambilin tas aku ya. Aku mau pulang, kamu jangan bilang siapa-siapa kalo aku pingsan."

Satria mengerutkan kening. "Tapi Nar kenapa?"

"Satria pliss, kamu jangan banyak tanya," pinta Nara menyatukan dua tangannya ke depan. Benar-benar memohon.

Satria yang tidak tega menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. Padahal dalam hati ingin sekali mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku ambil dulu. Kamu tunggu di sini," ujar Satria. Nara mengangguk dengan senyuman yang manis.

Beberapa menit kemudian Satria kembali mendatangi Nara dengan membawakan tas gadis itu. Sembari menunggu Nara memesan ojol untuk pulang.

"Nih, tas kamu." Satria memberikan tas kepada sang pemiliknya. Terpancar jelas kebahagiaan diwajah Nara.

"Makasih Satria. Aku hutang budi banget sama kamu," ujar Nara.

"Jangan berlebihan. Aku lakuin ini karena kamu yang minta."

"Sini aku anterin ke depan," ajak Satria menawarkan jasa untuk membantu gadis itu.

"Kamu masuk aja ke kelas. Udah masuk tuh," tukas Nara yang tidak ingin merepotkan Satria lagi.

"Udah izin tadi," ujar Satria. "Aku juga udah izinin kamu." Satria melakukan itu agar Nara bisa pulang ke rumah dengan cepat.

"Kamu baik banget Satria. Makasih sekali lagi."

Tidak tahu lagi harus bagaimana Nara membalas kebaikan Satria. Kebaikan kecil yang dilakukannya sangat berarti bagi Nara.

Nara kemudian berusaha beranjak dari kasur dengan bantuan Satria. Dengan adanya Satria, dirinya merasa terbantu. Dengan hati-hati Satria memapah Nara hingga ke depan sekolah.

Sesampainya di gerbang sekolah Nara meminta Satria untuk kembali ke kelas. Lelaki itu bersikeras untuk menunggu hingga ojol datang, namun Nara memohon agar Satria menurut. Dengan berat hati Satria kembali ke kelas. Jika bukan Nara yang meminta mungkin ia tidak melakukannya.

Laughter Scares Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang