Apa salah mencintai Bu Dosen secara brutal dan ugal-ugalan?--Galaksi Mahendra
Aku sudah sukses menutup hati dari luka lama, tetapi ada mahasiswaku yang terang-terangan mengajak menikah dan menunjukkan kesungguhan cinta. Aku harus bagaimana?--Titania...
Gala menggelengkan kepalanya pelan. "Aku mau belajar mengaktualisasikan diri di kampus. Rasa tidak suka itu muncul karena aku memang belum mengenal dunia aktivis yang seutuhnya. Aku hanya melihat dari luar. Seperti kegiatanmu yang sangat padat dan kadang mengesampingkan kuliah, meskipun cuma sekali dua kali kalau kamu. Mungkin ada satu hal di sana yang aku harus tahu agar tidak gampang menyepelekannya."
Resta manggut-manggut. Ia memahami penjelasan panjang Gala.
"Niatan yang bagus juga."
"Kamu mau, kan, bantu aku mengenal BEM?" pinta Gala dengan penuh harap. Resta menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Kapan mulai dibantunya?"
"Sore ini setelah kuliah."
"Yes!" pekik Gala begitu bersemangat. Langkah untuk menjadi ketua BEM akan segera terbuka. "Makasih, adik cantik."
"Sama-sama."
Resta tersenyum tipis. Ia selalu sedih ketika mendengar kata adik keluar dari bibir Gala. Dirinya ingin bisa dianggap lebih dari itu. Sahabatnya itu tidak pernah menyadari perasaan khusus yang tersimpan dalam relung hatinya.
Gala dan Resta menikmati jeda waktu kuliah sambil makan siang. Menjelang pukul satu, mereka pun kembali ke kampus. Ada jadwal kuliah hingga sore. Total enam SKS untuk hari ini.
***
Mata kuliah terakhir hampir usai. Gala masih memikirkan respon anak BEM saat dirinya muncul kembali. Jika tidak mendapat sambutan yang baik, pasti akan mendapat timpukan sepatu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Demi rasa cintanya untuk Tita, ia harus menjilat ludahnya sendiri.
Cinta kenapa seberat ini?
Ponsel di saku celana denim Gala bergetar. Ada notifikasi Whatsapp dari Tita. Ia segera membukanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gala menahan tawanya. Ia mengusap keningnya membaca huruf X besar berwarna merah. Tita masih juga menganggap tabu hubungan antara dosen dan mahasiswa.
Perkuliahan pun berakhir. Gala bergegas ke luar kelas. Belum sampai pintu, ia menghentikan langkah, kemudian memutar tubuhnya.
"Ta, ditunda dulu ke BEM-nya, ya."
"Kenapa? Malu sama Ghifari, ya?"
"Enggak, enak saja."
"Terus, kenapa gak jadi?"
"Ada janji, penting," ujar Gala seraya berlalu dari hadapan Resta.
Gadis itu pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan menyusuri koridor lantai lima. Sejenak, ia mendekat ke pagar tembok yang di bawahnya terdapat tempat parkir khusus mobil. Keningnya berkerut saat matanya menangkap sosok Gala yang berdiri di samping mobil Yaris putih. Laki-laki itu sedang membukakan pintu untuk perempuan berkerudung.