Misunderstand

929 117 32
                                    

"Aw! Sa-Sakit, Jun,"

Lagi-lagi Xiaojun meringis. Perih mendera jari telunjuknya yang sedang diobati Renjun dan juga dahinya yang sedang diobati WinWin.

Xiaojun sudah bilang jika ia tidak mau diobati, tapi kedua orang itu memaksa. Iya, kedua orang itu tahu jika bukan mereka yang mengobati luka Xiaojun, maka luka itu tidak akan terobati dan berakhir infeksi.

"Sudah, Kak. Jangan digerakan dulu," ucap Renjun sambil membereskan kotak P3K, memasukkan semua sisa perban kemudian menaruhnya di lemari kaca.

Alasan kenapa Xiaojun menurut untuk diobati adalah karena diancam kalau Winwin akan memberitahukan Jaehyun soal kejadian ini jika ia tidak mau diobati. Maka dari itu Xiaojun pasrah.

"Jaehyun pulang!"

Suara itu membuat seisi rumah terkejut. Xiaojun menatap Winwin meminta penjelasan, tapi Winwin menggeleng, dia tidak bicara apa-apa pada Jaehyun.

Jaehyun menelisir yang terjadi. "Kenapa bisa gini? Kamu kenapa, hm?" Tanya Jaehyun sembari memperhatikan perban di kepala dan jari Xiaojun. "Kenapa, Win? Kok gak bilang ke gue kalau Dejun luka gini?" Tanyanya pada WinWin. "Jun?" Tanyanya juga pada Renjun.

Ketiganya tidak ada yang menjawab pertanyaan Jaehyun, membuatnya berdengus kesal.

"Siang!" Sontak suara itu membuat keempat orang di dalam rumah terkejut untuk kesekian kalinya.

Jaehyun menatap sinis laki-laki yang baru saja masuk. Tapi laki-laki itu tidak menyadari tatapan tajam Jaehyun.

"Jun, kamu--"

"Ngapain ke sini?" Sinis Jaehyun, membuat kalimat Hendery terpotong. "Gue bilang ngapain?! Lo yang buat adek gue sampai gini 'kan!"

Xiaojun panik. Kenapa bisa Jaehyun menyalahkan Hendery padahal kekasihnya itu tidak tahu apa-apa? "Kak, bukan seperti itu kejadiannya. Dengarkan aku," tahan Xiaojun.

Jika Jaehyun sudah marah, maka kemungkinan terlepasnya satu kepalan tangan Jaehyun adalah 99%. Apalagi targetnya sekarang adalah Hendery, ia takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Tadi aku tanya kamu diam, sekarang aku tidak bertanya kamu mau menjelaskan. Kamu maunya apa sih?!" Kesal Jaehyun membuat Xiaojun tersentak.

Jaehyun mengusak kepalanya frustrasi, bingung dengan kelakuan adiknya. Dia khawatir, tapi tidak ada yang mengerti. Alhasil kekhawatirannya sendiri menyakiti adiknya.

"Udah! Mending Lo keluar! Keluar dari rumah gue!" Usir Jaehyun.

Hendery mengelak. Dia baru sampai dan sudah diminta pergi, tentu dia tidak terima. "Tapi, Kak. Gue cuma mau ketemu Dejun," jelas Hendery.

"Gue bilang pergi! Atau lo gue bogem pakai tangan gue sendiri!" Ancam Jaehyun.

Hendery menggeleng tidak mau menurut. Baginya, tidak salah tidak harus mengalah. Otomatis emosi Jaehyun semakin memuncak. Tangannya sudah terkepal, siap mendarat di wajah Hendery. "Pergi gue bilang! Lo---"

Akh!

"Jae!" Winwin ikut turun tangan ketika melihat jari yang sudah diperban rapi oleh Renjun tadi mengeluarkan darah kembali.

Hendery ikut panik. Xiaojun tidak bisa menahan tangisnya. Antara sakit dan juga takut. Takut jika jarinya akan lebih parah dari sebelumnya.

"Kita ke rumah sakit sekarang, ya? Ayo," ajak Hendery langsung menggiring Xiaojun ke dalam mobilnya.

Hendery jadi merasa bersalah. Jika tadi dia menuruti perkataan Jaehyun, mungkin Jaehyun tidak akan mencoba membogemnya, dengan begitu Xiaojun tidak akan menghalanginya hingga jarinya seperti ini.

My Sweet Boyfriend || Henxiao XiaoderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang