Bye, Mr. X ....

101 2 0
                                    

Hari ini Lissa kembali ke rumah sakit untuk menyerahkan hasil USG kepada Harun. Melakukan ritual, itu pasti. Lalu sampailah Lissa di ruang pendaftaran.

"Tumben jam segini udah sepi. Sepi banget malah." Batin Lissa ketika melihat hanya ada petugas loket dan pegawai yang lain.

Lissa jadi bingung sendiri karena keadaan yang tidak biasa ini lalu duduk di kursi tunggu untuk menunggu nomornya dipanggil. Lissa duduk si samping seorang perawat.

"Langsung aja, embak." Ucap perawat itu.

"Iya" Jawab singkat Lissa.

"Di situ, embak! Di loket nomor 4. Petugasnya tamvan! Keturunan Cina!" Ucap petugas yang dulu berteriak-teriak tidak jelas.

Lissa hanya menyengir lalu menuju loket 4.

"Ganteng sih. Tapi gantengan Mr. X. Eh?!" Batin Lissa

"Mau ke poli apa? Poli bedah, poli kandungan, poli mata, sama poli THT tutup."

"Iya, tahu. Emang kamu pikir aku enggak bisa baca??"  Batin Lissa

Karena di meja loket tertulis bahwa poli-poli tersebut tutup.

"Poli penyakit dalam buka, kan?"

"Iya, buka."

"Ini" Lissa menyerahkan kartu pasien, kartu BPJS, dan surat kontrol.

Petugas loket itu pun mengotak-atik komputer lalu tidak lama kemudian dia menyerahkan 2 lembar kertas.

"Makasih ...."

"Sama-sama ...."

Lissa pun menuju poli penyakit dalam. Walaupun sudah sepi, Lissa masih waspada dengan melirik-lirik ke sekelilingnya. Sudah tahu kan kenapa??

Karena sepi, Lissa bisa leluasa memilih tempat duduk. Lissa duduk di depan poli gigi. Lissa menaruh berkas USG nya di kursi yang di sampingnya. Karena jika Lissa memegangnya jelas sekali bahwa itu miliknya sedangkan jika Lissa menyimpannya di dalam tasnya yang kecil itu maka berkasnya akan kumal.

"Itu hasil rontgen kamu, kan? Aku ambilin, ya." Ucap seorang perempuan lalu mengambil berkas USG Lissa.

Lissa hanya diam dan menatap perempuan itu. Toh dia bakal tahu sendiri kan kalau sudah melihat nama yang tertera di berkas itu.

"Eh ternyata bukan. Punya kamu, ya? Maaf, ya ...." Ucapnya sembari mengembalikan berkas itu.

"Iya, enggak papa."

Beberapa saat kemudian ....

"Lissa Rahayu"

Lissa pun memasuki poli pengakit dalam dengan menarik napas panjang. Ya, Lissa gugup. Lissa duduk di kursi tunggu di dalam poli penyakit dalam itu karena Harun masih menangani pasien lain.

"Memar yang minggu kemarin-kemarin enggak muncul sekarang muncul lagi. Malahan hari ini ada 5 memar. Kasih tahu dokter enggak, ya? Kalau aku kasih tahu entar aku diperiksa lagi, buka baju lagi. Malu banget. Kalau enggak aku kasih tahu, memar-memar ini bakal terus jadi tanda tanya. Gimana nih?" Batin Lissa

"Lissa Rahayu" Panggil Harun

Lissa pun duduk di hadapan Harun.

"Ok, Lissa! Gini aja! Kalau dia tanya apakah ada keluhan lain, aku kasih tahu. Tapi kalau dia enggak ada tanya, aku enggak usah kasih tahu. Fix!" Batin Lissa

"Lissa, gimana USG nya?"

"Ini, dok." Lissa menyerahkan hasil USG nya.

Harun pun membukanya.

"Cuma ada penebalan otot ya di USG. Kalau terasa nyeri benjolannya pernah enggak?"

"Enggak pernah, dok."

"Ya udah. (Harun menulis resep obat) Kalau misalnya nyeri,, minum ini, ya." Harun menyerahkan resep obat tersebut.

"Iya, dok." Lissa menerimanya

"Minggu depan ke sini lagi enggak, dok?"

"Oh enggak"

Lissa tersenyum lebar dan dalam hatinya "Yes! Yes! Yes!".

"Terima kasih ya, dok. Permisi."

"Iya ...."

Lissa pun keluar lalu menuju instalasi farmasi. Di sana pun Lissa masih mewaspadai orang-orang di sekitarnya, takutnya ada orang yang mengenalnya. Lissa duduk di barisan paling depan.

"Akhirnya .... Enggak perlu berobat sama dia lagi .... Enggak ngorbanin kuliah lagi, enggak buang-buang waktu, tenaga, uang, dan bla bla bla bla. Tapi penasaran sih ini memar-memar kenapa, ya? Enggak papa juga kali, ya. Toh penyebabnya kan bisa karena kecapekan." Batin Lissa

Sembari menunggu obat, Lissa membuka facebook. Tidak lama kemudian Harun lewat di instalasi farmasi, tepat di hadapan Lissa. Lagi-lagi Lissa malas bertegur sapa dengan Harun walau hanya sekedar senyum ramah dari seorang pasien kepada dokter. Begitu juga dengan Harun yang hanya melirik sekilas kepada Lissa. Tiba-tiba Harun terpeleset! Wajah Harun tampak meringis karena kesakitan. Sesaat kemudian wajah meringis Harun berubah menjadi memerah karena orang-orang di sekitarnya ada yang terang-terangan menertawakannya dan ada juga yang menahan tawanya. Lissa termasuk orang yang menahan tawanya. Harun perlahan berdiri, wajahnya juga sudah kembali datar seakan tak terjadi apa-apa. Lalu dengan santainya Harun berjalan keluar melalui pintu di dekat instalasi farmasi. Lissa pun membuat status di facebook nya :

Bye, Mr. X ....
Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umur panjang
Boleh kan aku minta ajari teleportasi

Kenapa teleportasi? Karena seperti yang dikatakan oleh salah satu petugas loket bahwa Harun bisa menghilang "ting!". Itu juga sebabnya kenapa Lissa menyebut Harun Mr. X. Tidak lama kemudian Harun kembali. Sebagian orang masih ada yang menahan tawanya. Harun berdiri di depan instalasi farmasi sambil menengok-nengok tidak jelas. Lalu Harun menuju ke arah Lissa. Lissa menjadi kaget dan semakin kaget ketika Harun berjongkok di hadapannya hingga membuat Lissa melongo. Ternyata Harun mengambil kunci di dekat kaki Lissa. Setelah mendapat kuncinya, Harun keluar dengan wajah yang datar juga. Rupanya kunci mobil Harun jatuh saat Harun terpeleset tadi.

~"~

Jangan lupa klik tanda bintangnya, ya. 😃

Kamu Seperti Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang