Jadi Istri Saya - Tamat

163 3 2
                                    

Pagi itu jam praktek di poli klinik belum dimulai. Seorang perempuan yang memakai pakaian serba putih memasuki ruang poli penyakit dalam. Tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Dia membuka laci meja dokter lalu menutupnya. Kemudian dia memasuki ruang pemeriksaan. Tapi setelah dia keluar dari ruang pemeriksaan ....

Tubuhnya mematung dan matanya membulat. Sedangkan orang yang di hadapannya malah tersenyum yang tidak dapat dia artikan itu senyuman apa.

Harun POV

Ini yang dinamakan pucuk dicinta ulat pun tiba. Gue enggak perlu jauh-jauh ke rumahnya soalnya dianya datang sendiri ke gue. Gue tahu yang dia mau. Tapi dia harus nurutin dulu yang gue mau. Ok stop senyum lebarnya. Lama-lama pegel juga muka gue.

"Selamat pagi, pasien lama. Saya senang kamu sudah sehat."

Tadi matanya melotot, sekarang mulutnya menganga. Dia pasti kaget gue ingat sama dia.

"Tutup tu mulut. Nanti kemasukan kecoa loh."

Dia langsung berhenti menganga.

"Balikin stetoskop saya."

"Boleh. Tapi ada syaratnya."

"Kok pakai syarat segala sih?! Kemarin aja saya enggak ngasih syarat waktu dokter mau pinjam."

"Kamu itung-itungan ya orangnya."

"Bukannya itung-itungan .... Tapi emang itu kan kenyataannya. Dasi dokter ada sama saya loh."

Dia keluarin dasi gue dari sakunya. Terus dia ayun-ayunin si depan muka gue kayak mau menghipnotis.

"Kalau dokter enggak mau balikin stetoskop saya, saya juga enggak mau balikin dasi dokter."

"Kalau kamu mau, kamu boleh ambil dasi saya. Dasi kayak gitu banyak di pasaran."

Mukanya berubah. Marah dia. Dia remas-remas dasi gue terus dia hempasin ke lantai. Dia pungut dasi gue, dia remas-remas lagi, terus dia hempasin lagi. Dia pungut lagi, dia remas-remas lagi, dia hempasin lagi. Gue jadi bingung kenapa dia ngelakuin itu. Dia pungut lagi, dia remas-remas lagi, terus dia lempar ke meja gue.

"Udah marahnya??"

"Belum. Sebelum dokter balikin stetoskop saya!"

"Kan udah saya bilang ada syaratnya."

''Ya udah. Apa syaratnya?"

"Duduk dulu di situ." Gue nunjuk kursinya ners Anna.

Dia pun duduk di situ.

"Sudah saya lakuin syarat dari dokter. Sekarang dokter balikin stetoskop saya."

Gue ketawa.

"Enggak segampang itu kali. Kamu nih polos atau apa sih?"

"Emang bener kan dokter nyuruh saya duduk."

Gue duduk di kursi pasien yang berhadapan sama dia.

"Gini ya, anak manis ...."

Eh tadi gue bilang apa?? Ah udah lah lagian ekspresi dia biasa aja.

"Kebetulan hari ini perawat yang berdinas di sini enggak bisa masuk. Jadi kamu yang gantiin."

"Tapi kan saya masih kuliah, dok."

"Justru karena kamu masih kuliah, ini kesempatan kamu buat belajar!"

"Tapi hari ini saya mau praktek lapangan, dok."

"Pagi ini??"

"Siang sih. Tapi nanti saya capek duluan sebelum praktek lapangan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamu Seperti Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang