tujuh

1.5K 101 12
                                    

5 years later

"Hyung, selamat ya! " Seru Mark pada Taeyong dan Jennie yang sudah mengucapkan janji suci dihadapan Tuhan beberapa jam yang lalu.

Ya, lima tahun setelah kepergian Jaehyun, kehidupan mereka cukup banyak berubah.

Taeyong menikahi Jennie, dan kedua adiknya sangat antusias akan hal itu. Akan ada ibu baru, pikir Haechan.

Mark, anak itu kini sudah memiliki kekasih. Namanya Kang Mina. Gadis lugu dengan sikap lemah lembut yang membuat Mark bangga akan hal itu. Haechan saja yang selalu menjadi sasaran sikap lembut seorang Kang Mina malah sangat menyukai wanita itu. Dua ibu baru, pikir Haechan.

Dan Haechan, bocah itu kini sudah menduduki kelas 5 sekolah dasar. Katanya, Haechan menyukai seorang anak perempuan yang satu satu sekolah dengannya. Jeon Somi. Anak blasteran yang menduduki kelas 4 sekolah dasar.

Namun kedua kakaknya selalu mengatakan jika itu adalah cinta monyet. Masa bodo, yang terpenting adalah Jeon Somi yang sangat cantik menurut Haechan.

-Back to the topic-

Taeyong tersenyum mendengar perkataan Haechan. "Terimakasih. Mark, dimana kekasihmu? " Tanya Taeyong.

"Dia tidak bisa datang. Mina sedang sakit. Maaf, hyung. " Ucap mark dengan wajah murung.

Jennie membulatkan matanya. "Hei, kekasihmu sedang sakit dan kau malah diam disini? Cepat jenguk kekasihmu, Mark. Kasian dia. "

Mark mengangguk. "Baiklah. Aku pergi. " Ucapnya.

.
.

Mark menatap Mina yang sedang menangis sembari meringis kesakitan diatas ranjang. Bukan sakit parah, wanita itu hanya sedang datang bulan. Katanya sakit perut, sakit sekali.

Mark mengusap kening Mina yang dibanjiri bulir bulir keringat. "Sakit sekali, ya? "

Mina mengangguk. Ia memeluk perut Mark yang sedang duduk di sampingnya, sementara ia berbaring. Mark balas memeluk kekasihnya. "Istirahatlah. Aku disini. " Bisik Mark.

Perlahan mata Mina tertutup karena usapan lembut yang pada rambutnya. Setelah benar benar terlelap, Mark melepaskan pelukan mereka perlahan lalu mengecup lama kening Mina. "Cepat sembuh, ya. " Ujarnya sebelum berjalan keluar kamar.

Di ruang keluarga sudah ada Ibu Mina. "Mark, apa Mina sudah tidur? Dia tidak bisa tidur semalam. " Cercanya dengan nada khawatir yang cukup kentara.

Mark duduk disamping Ibu Mina dan tersenyum. "Mina sudah tidur. Aku pamit pulang, ya bu. Jika ada apa apa hubungi saja aku. " Ujarnya.

Ibu Mina mengangguk. "Iya, Mark. Terimakasih. Maaf Ibu dan Mina tidak bisa datang ke pesta pernikahan Kakakmu. Karena ibu tidak bisa meninggalkan Mina yang sedari pagi terus menangis kesakitan." Ujarnya penuh sesal.

Mark mengusap punggung Ibu Mina dengan lembut. "No problem, mom. "

"Yasudah, aku pulang, ya. " Lanjutnya.

.
.

Malamnya, Taeyong, Jennie, Mark dan juga Haechan sedang makan malam. Kali ini Jennie yang memasak. Padahal Mark sudah melarangnya karena takut kakak iparnya kelelahan setelah berdiri sepanjang hari untuk menyapa para tamu undangan. Namun Jennie tetap kekeh untuk memasakkan makan malam.

"Haechanie, besok pagi aku tidak bisa mengantarkanmu ke sekolah. " Ujar Mark.

Haechan merengut sebal. "Kenapa? "

"Mina sedang sakit. Besok aku mau mengunjungi rumahnya. "

Akhirnya haechan mengangguk. "Semoga Mina Noona cepat sembuh, ya. "

.
.

Malam ini hujan cukup deras dengan petir yang cukup kencang.

Haechan bersembunyi dibawah selimut tebalnya sambil menangis. Ia sangat takut Petir. Mau pergi ke luar kamar pun ia tidak berani.

Ctarrr

"AAAA! " Haechan berteriak cukup kencang saat petir mulai berusara.

Teriakannya ternyata terdengar oleh Mark yang sedang berada di kamarnya.

Sedangkan Taeyong dan Jennie, mereka pasti mendengarnya, namun  mereka tidak bisa menghampiri Haechan. Errr.. Kalian tahu mereka sedang melakukan apa. Namanya juga pengantin baru.

Mark segera menghampiri Haechan dan menyibak selimut yang menutupi tubuh adiknya.

"Hei, bocah. Kau kenapa? " Tanya Mark.

Haechan langsung memeluk Mark dengan erat. "Mark Hyung, Haechanie takut. Tidur disini, ya? " Bujuknya dengan wajah memelas.

Mark menggeleng. "Tidak mau. Aku sedang mengobrol dengan Mina. " Tolak nya dengan melepaskan pelukan Haechan. Mark pikir ada apa sampai Haechan berteriak begitu, ternyata hanya karena petir. Huftt.

Haechan memandang Mark dengan wajah bingung. "Mina noona ada disini? " Tanyanya.

Mark lantas menggeleng. "Mengobrol lewat telepon, maksudku. "

Rasa kesal tiba tiba bercokol dihati Haechan. "Hyung ini, bisanya hanya cinta cintaan saja! " Serunya kesal.

Melihat Haechan yang kesal begitu, Mark menghela nafas lelah. Ia juga tak ingin melihat adik kecilnya merajuk gara gara tidak ditemani tidur olehnya.

"Baiklah, hyung akan menemanimu tidur. " Putus Mark.





To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FOUR SIBLINGS [NCT 127]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang