09. Wonu Takut Daratan

1.5K 141 33
                                    

Wonu memandang bingung Matthew yang sibuk membawa masuk barang-barang. Ia hanya memandang laki-laki itu dari tepian kolam, menyandarkan kepalanya. Rasa bosan menggerogoti siren manis itu dan ia mulai mengantuk. Maka saat Matthew selesai memasukkan semua peralatan untuk membersihkan kolam, berbalik, ia menemukan sang siren sudah tertidur.

“Aku tidak tahu kalau ada yang lebih menggemaskan dari anak anjing,” gumam Matthew gemas dan melangkah perlahan menghampiri Wonu. Meski ia tahu kalau posisi tidur siren itu tidak nyaman, ia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Ia menyibakkan poni yang menutupi dahi Wonu dan sekali lagi terpukau oleh wajah manis itu. “Benar kata Kak Jean, mungkin kamu keturunan Poseidon.”

Klik, klik.

Matthew bangkit dan berbalik, melihat kalau ternyata seniornya itu sudah kembali dengan satu akuarium berbentuk persegi panjang berdiri. Ia dengan senang hati membantu Halbert mendorong akuarium itu ke sudut ruangan.

“Apa tidak ada akuarium yang lain? Yang persegi panjang biasa,” tanya Matthew, setelah memastikan akan sulit memindahkan Wonwoo ke sana. Berdoa saja Wonu tidak memberontak dan melukai mereka.

Halbert mengusap keringat yang menetes di dahinya dan memandang Matthew dengan kesal. “Hanya ini yang besar. Yang persegi panjang lainnya tidak akan muat menampung ikan itu.”

“Uhm, namanya Wonu, jadi berhenti menyebutnya ikan,” protes Matthew. Rasanya ia tidak suka dengan sebutan ikan untuk Wonu yang manis.

“Kamu memberinya nama?!” Halbert berusaha melebarkan matanya, meski itu hanya berakhir sia-sia dan membuatnya terlihat semakin aneh.

Matthew melangkah kembali menghampiri Wonu yang masih tertidur, diikuti Halbert di belakangnya. Ia berjongkok di hadapan siren muda itu dan tersenyum. “Dia bisa berbicara dan dia bilang namanya Wonu.”

“Kalian mengobrol?!” Halbert pikir mungkin ia sudah gila. Memang ia sendiri pernah mengajak Wonu mengobrol, tapi siren muda itu hanya diam, jadi ia pikir Wonu tidak bisa bicara—atau cara komunikasi mereka yang berbeda.

“Aish, berhenti terkejut! Sekarang bantu aku memindahkannya, mumpung dia tidur,” ujar Matthew kesal.

“Aku harus membantumu bagaimana?”

“Masuk ke kolam, keluarkan ekornya!” ucap Matthew mutlak, seolah ialah seniornya dan Halbert hanyalah pegawai magang payah.

Mereka membalikkan tubuh Wonu secara perlahan, merubah posisi siren itu menjadi terlentang dan Halbert mengeluarkan ekornya dari dalam kolam. Matthew menggendong Wonu ala bridal, membiarkan kepala manusia setengah ikan itu bersandar di dadanya. Pemuda jangkung itu menyadari satu hal—tubuh Wonu sangatlah sexy, dengan lekukan seperti tubuh wanita-wanita model majalah dewasa. Gila. Untung pinggang hingga ke bawah Wonu adalah ekor ikan.

“Sial,” umpat Matthew lirih. Ia lupa kalau akuariumnya belum di isi air dan makhluk dalam gendongannya mulai bergerak-gerak tidak nyaman.

Mata Wonu dan Matthew beradu. Siren muda itu merasa bingung, kenapa ia bisa sedekat ini dengan Matthew. Ia bergerak-gerak dan menyadari kalau ia tidak berada di dalam air. Ekor panjangnya terjuntai begitu saja, dan ujung siripnya menyentuh lantai.  Kepanikan mulai menyapa wajah Matthew.

“Wonu ...”

Wonu dengan panik langsung bergerak. Bobotnya mungkin tidak seberat yang terlihat, tapi, ekor penuh sisik yang licin itu membuatnya dapat bergerak dengan cepat dan masuk ke dalam kolam. Meloloskan diri dari gendongan Matthew dalam sekejap.

“Aaaa!!!” Halbert yang semula masih berada di dalam kolam, bergegas naik dengan panik. Entah, kenapa firasatnya begitu buruk saat berada di kolam yang sama dengan makhluk itu.

[N#1] SIREN || MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang