“Kamu akan kembali ke Yedins besok?” tanya Halbert, melihat tiga koper berdiri di sudut kamar.
Matthew mengangguk. Ia menghela napas dan melempar pandangannya ke luar jendela. Benar. Waktu magangnya sudah habis dan ia harus kembali ke Yedins untuk menyelesaikan pendidikan.
“Kamu ... tidak ingin menemui Wonu?” Halbert mengusap tengkuk lehernya. Meski ia tidak akrab dengan siren itu, ada kenangan yang setidaknya membuatnya tidak bisa melupakannya. “Kamu tahu di mana danaunya, kan?”
“Tidak, maksudku, aku tidak bisa menemuinya,” ucap Matthew lirih. Bukannya ia tidak ingin menemui pencuri hatinya, tapi, itu hanya akan membuatnya semakin sakit. Sejauh ini ia berusaha mengenyahkan segala perasaan yang ia rasa. Namun, sepertinya semua sia-sia. “Kakaknya tidak akan memberi ijin.”
Itu hanya sebuah alasan agar Halbert tidak kembali bertanya. Ya, jika dilihat dari sorot mata Coups yang mengerikan, Matthew tidak meragukan apa yang baru saja ia katakan.
“Eh, itu kan mobil Kak Jean.” Kedua laki-laki itu kompak mendekati jendela. Memastikan kalau mobil yang baru saja memasuki halaman mansion Kim, benar-benar milik dari laki-laki cantik itu.
Tidak biasanya Jean datang berkunjung. Laki-laki yang sekarang naik jabatan menggantikan posisi Daniel itu, selalu beralasan segan jika harus datang ke kediaman keluarga Kim—atasannya, orang yang memberinya gaji setiap bulan. Berbeda dengan Halbert yang sudah menganggap rumah Matthew seperti hotel gratis, yang penting Jordan tidak ada di rumah, ia bisa bebas di sana.
“Woah, lihat dia bersama siapa? Eh, bukannya itu tersangka utama perusakan sistem RARADL,” gumam Halbert, lebih pada dirinya sendiri. Tidak menyadari kulit wajah Matthew yang memucat.
Masih jelas di kepala Matthew saat Coups mematahkan leher para anggota tim keamaan. Tangannya begitu ahli, hingga tidak ada darah setetespun yang keluar. Namun, bagi Matthew, itu adalah poin yang paling menyeramkan. Kakak Wonu terlihat seperti psikopat berdarah dingin.
“Coups, dia kakak Wonu,” ucap Matthew dengan suara bergetar.
***
Coups tidak bisa mengelak kalau ia takjub dengan apa yang dilihatnya. Dimulai dari gerbang tinggi dengan ujung-ujung runcing, dengan logo K besar berada di tengah. Jarak dari gerbang ke gedung utama bahkan menghabiskan 1 km sendiri, dengan kanan kiri jalan yang di penuhi dengan taman berbunga. Ada air mancur besar berdiri di tiga titik, taman halaman di kanan kiri jalan, lantas yang terbesar ada di depan pintu utama. Halaman itu terlalu luas untuk masuk kategori halaman rumah. Coups bahkan tidak bisa melihat dinding tepiannya.
Lantas gedung yang katanya rumah (meski lebih cocok di sebut istana), berdiri megah dengan dinding berbahan marmer putih. Gedung utama terletak di tengah-tengah, terapit dengan gedung yang jauh lebih pendek. Tidak ada tempat parkir, jadi Jean berhenti tepat di depan teras pintu utama.
“Aku tahu rumahnya lebih dari kata wOw, tapi, orang-orangnya sangat baik,” jelas Jean, yang meski samar, bisa menangkap binar kagum di mata orang yang dengan kurang ajar membuat jadwal perawatannya mundur. “Tekan saja belnya, nanti akan ada yang keluar.”
“Terima kasih,” ucap Seungcheol singkat, lantas beranjak turun dari mobil Jean. Ia tidak menoleh saat laki-laki cantik itu melambai, pamit untuk pergi.
Kakinya mulai melangkah menaiki anakan tangga menuju teras, menapaki lantai marmer hitam berkilau, yang membuat orang awam mungkin berpikir kalau mereka sedang berdiri di atas air. Coups sedikit memahami kenapa pamannya sedikit ragu, mengenai ‘ayo menyerang RARADL’. Itu bisa menjadi bencana karena keluarga Kim adalah investor utama C&C Corporation. Kekayaan keluarga Chwe mungkin hanya 15% dari kekayaan keluarga Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
[N#1] SIREN || Meanie
FanfictionAkibat trauma yang dimiliki Seungcheol, Wonwoo tumbuh menjadi siren polos. Sampai suatu hari, karena kecerobohannya, Wonwoo berakhir menjadi objek penelitian manusia. Entah apakah bisa disebut keberuntungan, Wonwoo bertemu dengan seseorang. "Gyuuu~"...